Surat Ar-Rum Ayat 32
مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍۭ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Arab-Latin: Minallażīna farraqụ dīnahum wa kānụ syiya'ā, kullu ḥizbim bimā ladaihim fariḥụn
Artinya: Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Kandungan Menarik Berkaitan Surat Ar-Rum Ayat 32
Paragraf di atas merupakan Surat Ar-Rum Ayat 32 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beberapa kandungan menarik dari ayat ini. Terdapat beberapa penjabaran dari kalangan mufassir berkaitan isi surat Ar-Rum ayat 32, misalnya seperti berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan Janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, pengikut hawa nafsu dan bid’ah dalam agama yang mengganti agama dan merubahnya, yang mana mereka mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain, hanya untuk mengikuti hawa nafsu mereka, sehingga mereka terbelah menjadi aliran-aliran dan kelompok-kelompok, mereka menginduk kepada tokoh-tokoh mereka, aliran-aliran dan pendapat-pendapat mereka, sebagian membantu sebagian yang lain di atas kebatilan, masing-masing aliran berbahagia dan berbangga dengan apa yang dimilikinya. Mereka menetapkan diri mereka di atas kebenaran, sedangkan selain mereka di atas kebatilan.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
32. Dan janganlah kalian menjadi bagian dari orang-orang musyrik yang merubah agama mereka, beriman dengan sebagian darinya dan mengingkari sebagian lainnya, mereka terpecah belah dalam berbagai kelompok-kelompok dan golongan-golongan, setiap golongan dari mereka merasa bangga dengan kebatilan yang ada pada mereka, mereka merasa bahwa hanya mereka yang benar sementara yang lainnya berada dalam kebatilan.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
32. مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا ۖ (yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan)
Yakni terpecah belah menjadi firqah-firqah dalam beragama yang saling bantu membantu, yaitu para ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu, orang-orang Yahudi, orang-orang dan Nasrani.
كُلُّ حِزْبٍۭ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ(Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka)
Yakni setiap golongan merasa senang dan bangga dengan agama mereka yang terbangun di atas ketidakbenaran, karena mereka mengira berada di atas kebenaran padahal mereka benar-benar jauh dari kebenaran.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
32. Yaitu orang-orang musyrik yang menyimpang dalam beribadah dengan mengikuti hawa nafsunya. Mereka (terbagi) menjadi kelompok-kelompok dan golongan-golongan. Mereka saling mendukung satu sama lain. Setiap kelompok senang dengan agama yang mereka ciptakan, dan dengan itu mereka beranggapan bahwa mereka berada dalam kebenaran
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Orang-orang yang memecah-belah agama mereka} mengubah agama mereka, sehingga mereka beriman kepada sebagian dan mengingkari sebagian lain {sehingga menjadi beberapa golongan} beberapa golongan dan kelompok yang berbeda {Setiap golongan} golongan {merasa bangga} bahagia {dengan apa yang ada pada mereka
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
32. kemudian Allah menjelaskan kondisi orang-orang musyrikin dengan nada mencela dan memburuk-burukkannya, seraya berfirman,”yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka,” padahal agama itu hanya satu, yaitu ketulusan ibadah hanya kepada Allah saja; sedangkan mereka, kaum musyrikin memecah belahnya. Diantara mereka ada yang menyembah patung dan berhala, dan ada pula yang menyembah matahari dan bulan, dan ada juga di antara mereka yang menyembah para wali dan orang-orang shalih, dan di antara mereka adalah orang-orang yahudi, dan ada pula orang-orang nasrani. Maka dari itu Allah berfirman, ”dan mereka menjadi beberapa golongan,” maksudnya, setiap kelompok dari kelompok-kelompok kesyirikan itu tersesat dan fanatic untuk membela kebatilan yang mereka anut, menentang dan memerangi selain mereka, “tiap-tiap golongan, dengan apa yang ada pada mereka,” berupa ilmu yang menyalahi ilmu para rasul, “mereka bangga” dengannya. Mereka mengklaim bahwa apa yang mereka anut itulah yang haq (benar), dan bahwa orang-orang selain mereka berada di atas kebatilan.
Dalam uraian diatas terdapat peringatan untuk kaum Muslimin agar tidak tercerai berai dan terpecah belah menjadi bergolong-golongan seperti mereka; setiap golongan fanatic dengan kebenaran dan kebatilan yang mereka miliki. Kalau demikian maka mereka (kaum Muslimin) menjadi serupa dengan kaum musyrikin dalam berpecah belah. Sesungguhnya agama itu satu, rasul pun satu, sembahan (ilah) juga satu, dan kebanyakan permasalahan agama telah menjadi ijma’ diantara para ahli ijtihad dan para pemuka agama, sedangkan ukhuwah imaniyah telah diikat kuat oleh Allah dengan sekuat-kuat ikatan, lalu bagaiamana bisa semua itu dibatalkan, kemudian dibangun perpecahan dan pertikaian di antara kaum muslimin dikarenakan beberapa permasalahan yang rumit atau masalah furu’ khilafiyah yang karenanya sebagian memvonis sesat sebagian yang lain, dan sebagian membedakan diri dengannya dari kelompok lain? Tidakkah semua ini merupakan adu domba terbesar setan dan angan-angannya yang paling besar yang dengannya ia memperdaya kaum muslimin? Tidakkah mengupayakan persatuan kalimat (kesatuan) mereka dan memberantas pertikaian yang ada pada mereka, (pertikaian) yang dibangun di atas prinsip yang palsu itu merupakan jihad yang paling utama fisabilillah dan merupakan amal yang paling afdhal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah?
Setelah Allah memerintahkan berinabah kepadaNya, sedangkan yang diperintahkan darinya adalah inabah yang bersifat suka rela, yaitu yang terjadi dalam kondisi sulit dan mudah, kondisi lapang dan sempit, maka Dia menjelaskan inabah yang bersifat terpaksa, yaitu yang tidak akan ada bersama manusia kecuali pada saat kesempitan dan kesulitan. Lalu, apabila kesempitan itu sudah tidak ada padanya, maka dia membuang inabah itu ke belakang punggungnya. Dan hal seperti ini tidak berguna.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 30-32
Allah SWT berfirman,”Luruskanlah wajahmu dan teruslah berada pada agama yang telah disyariatkan Allah bagimu, yaitu agama yang lurus, agama nabi Ibrahim, yang telah ditunjukkan Allah kepadamu dan Dia sempurnakan bagimu dengan sangat sempurna. Bersamaan dengan semua itu kamu adalah orang yang tetap berada pada fitrahmu yang suci yang telah dibekalkan Allah kepada semua makhlukNya. Karena sesungguhnya Allah membekalkan kepada semua makhlukNya pengetahuan tentang keesaanNya bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, sebagaimana yang telah dijelaskan pembahasannya dalam firmanNya: (dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami)") (Surah Al-A'raf: 172) Disebutkan dalam hadits:”Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan lurus kemudian setan-setan menyesatkan mereka dari agama mereka”
Firman Allah SWT: (Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) Sebagian mereka berkata bahwa maknanya adalah “janganlah mengubah ciptaan Allah, sehingga kalian mengubah manusia dari fitrah mereka yang telah dibekalkan Allah kepada mereka” Sehingga ini merupakan berita yang mengandung makna perintah, sebagaimana firmanNya: (barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia) (Surah Ali-Imran: 97) Ini merupakan pendapat yang baik dan benar.
Ulama lainnya berkata bahwa ini adalah berita sesuai dengan apa adanya, yaitu bahwa Allah SWT memberikan secara rata di antara semua makhlukNya fitrah yang lurus. Tidak ada seorangpun yang dilahirkan melainkan dibekali dengan fitrah itu dan tidak ada perbedaan di antara manusia dalam hal itu.
Oleh karena itu Ibnu Abbas, Ibrahim An-Nakha'i, Sa'id bin Jubair, Mujahid, Ikrimah, Qatadah, Ad-Dhahhak, dan Ibnu Zaid berkata tentang firmanNya: (Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) yaitu pada agama Allah.
Imam Bukhari berkata tentang firmanNya: (Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) yaitu untuk agama Allah. Dia menciptakan orang-orang terdahulu pada agama orang-orang terdahulu, agama dan fitrahnya adalah Islam
Diriwayatkan dari Az-Zuhri,”Telah bercerita kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Tidak ada seorang pun yang dilahirkan melainkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana dengan hewan ternak yang melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, maka apakah kalian melihat adanya kecacatan pada anak hewan itu?” Kemudian Nabi SAW membacakan: ((tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus)
Firman Allah SWT: ((Itulah) agama yang lurus) yaitu berpegang kepada syariat dan fitrah yang utuh merupakan agama yang tegak dan lurus (tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui) Oleh karena itu maka kebanyakan orang tidak mengetahuinya, dan mereka berpaling darinya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya (103)) (Surah Yusuf) dan (Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah) (Surah Al-An'am: 116).
Firman Allah SWT: (dengan kembali bertaubat kepadaNya) Ibnu Zaid dan Ibnu Juraij berkata bahwa maknanya adalah kembali kepadaNya.
(dan bertakwalah kepada-Nya) yaitu, takutlah kepadaNya dan merasa diawasi olehNya (serta dirikanlah shalat) yaitu ketaatan yang agung (dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah) yaitu jadilah orang-orang yang mengesakanNya, mengikhlaskan diri hanya kepadaNya dalam beribadah, dan tidak menghendaki kepada selainNya dalam peribadatan itu.
Firman Allah SWT: (yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (32)) yaitu Janganlah menjadi orang-orang musyrik yang telah memecah belah agama mereka, yaitu mereka mengganti dan mengubahnya. Mereka beriman kepada sebagiannya dan ingkar kepada sebagian lainnya.
Sebagian mereka membacanya (wa faaraquu diinahum) yaitu mereka meninggalkan agamanya di belakang mereka. Mereka seperti orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, para penyembah berhala dan para pemeluk agama-agama bathil lainnya, selain agama Islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat (159)) (Surah Al-An'am) Agama-agama lain sebelum agama kita itu berselisih pendapat di antara mereka berpegang kepada pendapat-pendapat dan prinsip-prinsip yang bathil. Setiap golongan menyangka bahwa merekalah yang benar atas sesuatu. Umat ini juga berselisih pendapat di antara mereka sehingga menjadi beberapa golongan. Semuanya sesat kecuali satu golongan, mereka adalah ahlussunnah wal jama'ah yang berpegang teguh kepada kitab Allah dan sunnah RasulNya SAW, serta apa yang biasa diamalkan di abad pertama Islam dari kalangan para sahabat, para tabi'in, dan para Imam orang-orang muslim, sejak zaman dahulu hingga sekarang. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab Mustadraknya, bahwa Rasulallah SAW ditanya tentang golongan yang selamat di antara mereka. Maka beliau bersabda:”Apa yang biasa diamalkan olehku dan juga para sahabatku"
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Ar-Rum ayat 32: Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan keadaan kaum musyrik sambil menerangkan buruknya keadaan mereka.
Dalam sebuah qira’aat, dibaca “Faaraquu” (meninggalkan). Maksudnya, meninggalkan agama tauhid (Islam) dan menganut berbagai kepercayaan menurut hawa nafsu mereka. Di antara mereka ada yang menyembah patung dan berhala, ada pula yang menyembah api, ada pula yang menyembah matahari, ada yang menyembah wali dan orang-orang saleh, dsb.
Para pengikut golongan tersebut bersikap fanatik kepada golongannya dan membela kebatilan yang ada pada golongan tersebut, serta menentang orang yang berada di luar golongannya dan memeranginya.
Berupa ilmu yang menyelisihi ilmu para rasul. Mereka bangga dengannya, sehingga mereka memutuskan bahwa yang ada pada mereka adalah yang hak, sedangkan selain mereka adalah batil. Dalam ayat ini terdapat peringatan kepada kaum muslimin agar tidak terpecah-pecah ke dalam beberapa kelompok, di mana masing-masing bersikap fanatik kepada apa yang ada bersama mereka, hak atau batil, sehingga mereka mirip dengan kaum musyrik dalam perpecahan, padahal agamanya satu, rasul mereka satu, dan Tuhan yang disembah hanya satu.
Kebanyakan masalah-masalah agama (seperti masalah ushuluddin) telah terjadi kesepakatan di kalangan para ulama dan para imam, dan persaudaraan seiman pun telah Allah ikat dengan kuat, maka mengapa semua itu tidak dianggap dan perpecahan di antara kaum muslimin malah dibangun di atas masalah-masalah yang samar, masalah furu’ yang di sana terjadi khilaf, sampai-sampai yang satu menyesatkan yang lain, dan sebagian mereka memisahkan diri dari yang lain. Ini tidak lain karena godaan setan yang ditimpakan kepada kaum muslimin. Oleh karena itu, usaha untuk menyatukan kesatuan mereka, menghilangkan pertengkaran yang terjadi yang didasari atas asas yang batil termasuk jihad fii sabilillah dan amal utama yang mendekatkan diri kepada Allah?
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ar-Rum Ayat 32
Janganlah kamu termasuk kaum musyrik, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dengan cara meninggalkan agama tauhid dan menganut berbagai kepercayaan menurut hawa nafsu mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan dengan agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka, meskipun itu menyimpang dari agama yang benar. 33. Usai menguraikan dalil-dalil tauhid, pada rangkaian ayat berikut ini Allah beralih menerangkan sifat buruk orang-orang musyrik dan kafir. Dan apabila manusia, yakni orang musyrik atau kafir, ditimpa oleh suatu bahaya atau musibah, mereka menyeru tuhannya dengan berdoa dan kembali bertobat kepada-Nya, kemudian apabila dia memberikan sedikit rahmat-Nya kepada mereka dengan membebaskan mereka dari bahaya atau musibah, tiba-tiba sebagian mereka mempersekutukan Allah kembali, sedangkan yang lain benar-benar bertobat.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah sekumpulan penafsiran dari beragam pakar tafsir terhadap kandungan dan arti surat Ar-Rum ayat 32 (arab-latin dan artinya), semoga bermanfaat untuk kita bersama. Sokong perjuangan kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.