Surat Asy-Syu’ara Ayat 225
أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِى كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ
Arab-Latin: A lam tara annahum fī kulli wādiy yahīmụn
Artinya: Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah,
« Asy-Syu'ara 224 ✵ Asy-Syu'ara 226 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Mengenai Surat Asy-Syu’ara Ayat 225
Paragraf di atas merupakan Surat Asy-Syu’ara Ayat 225 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beraneka pelajaran menarik dari ayat ini. Diketemukan beraneka penjelasan dari beragam mufassir mengenai makna surat Asy-Syu’ara ayat 225, misalnya sebagaimana di bawah ini:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
224-226. Dan penyair-penyair itu, lantunan syair mereka berasaskan pada kebatilan dan kebohongan. Mereka diikuti oleh orang-orang sesat dan menyimpang yang serupa dengan mereka. Tidakkah kamu, wahai nabi, melihat mereka itu pergi berjalan layaknya orang yang wajahnya tengah kebingungan? Mereka hanyut dalam setiap jenis kedustaan, kata-kata palsu, mencoreng kehormatan manusia, menjelek-jelekkan nasab, melontarkan hinaan terhadap wanita yang terjaga (dari perbuatan keji), dan mereka itu mengatakan apa yang tidak mereka perbuat. Mereka berlebihan dalam memuji para pengusung kebatilan dan mengolok-olok orang-orang yang berada di atas jalan kebenaran.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
225. Tidakkah engkau melihat -wahai Rasul- bahwasanya di antara bentuk kesesatan mereka adalah mereka tersesat di tiap-tiap lembah yang mereka lalui, kadang mereka melaluinya dengan pujian, dan kadang pula dengan celaan, dan kadang pula dengan hal-hal lainnya.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
225. أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِى كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ (Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah)
Yakni mereka larut dalam setiap jenis kebohongan, dan berbicara dalam segala kedustaan; kadang mereka mencela kehormatan orang lain dan kadang mereka larut dalam senda gurau sebagaimana yang dapat didengar dari sya’ir-sya’ir mereka yang memuji minuman keras, zina, homoseks, dan perbuatan keji lainnya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
225. Tidakkah kamu melihat bahwasanya setiap seni dari seni berdusta adalah berkata-kata? Kadang ada yang memuji, ada juga yang sindiran, kadang juga mendatangi pesta besar yang memuja zina. Sodom dan arak. Al Haim adalah orang yang berjalan tanpa tujuan yang jelas
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Apakah kamu tidak melihat bahwa mereka di setiap lembah kepalsuan} cara di antara banyak cara berbuat bathil dan dusta {mereka mengembara} mereka masuki
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
224-226 setelah Allah membebaskannya dari turunnya setan-setan kepada beliau, maka Allah juga membebaskannya dari sya’ir, seraya berfirman, ”dan penyair-penyair itu.” Maksudnya, Aku sampaikan pula berita tentang kondisi para ahli sya’ir dan sifat permanen mereka, yaitu bahwa sesungguhnya mereka, “diikuti oleh orang-orang yang sesat,” dari jalan petunjuk, yang menulusuri jalan menuju kesesatan dan kebinasaan. Mereka sendiri adalah orang-orang yang sesat, dan Anda akan menemukan para pengikutnya adalah setiap orang sesat lagi celaka.
“tidaklah kamu melihat,” betapa sesatnya mereka, “bahwasannya mereka di tiap-tiap lembah,” dari lembah-lembah sya’ir, “mengembara,” kadang-kadang memuji, kadang-kadang mencaci, kadang-kadang dalam kejujuran, dan kadang-kadang memperolok-olok, kadang bersenang-senang dan kadang bersedih. Mereka tidak mempunyai pendirian tetap, dan mereka selalu tidak dalam satu kondisi.
“dan bahwasannya mereka suka mengatakan sesuatu yang mereka sendiri tidak mengerjakan,” maksudnya, ini adalah ciri para penyair. Perkataan mereka menyelisihi perbuatan mereka. Apabila engkau mendengar seorang penyair merayu dengan rayuan lembut, maka engkau akan mengatakan, ”orang ini adalah orang yang paling mabuk cinta,” padahal hatinya kosong dari semua itu. Dan apabila engkau mendengarnya memuji atau mencela, maka engkau akan mengatakan, “ini kejujuran,”! padahal itu dusta! Dan kadang-kadang dia memuji-muji pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah dia lakukan, dan larangan-larangan yang dia sendiri tidak meninggalkannya, dan kedermawanan yang dia sendiri belum pernah terjun di ladangnya, serta keberanian yang mengalahkan pasukan berkuda, sementara anda menjumpainya sebagai manusia yang paling pengecut! Itulah karakter mereka.
Maka cobalah perhatikan, apakah sama dengan keadaan Rasulullah yang sangat bijak lagi baik, yang diikuti oleh setiap orang yang berakal (bijak) lagi mendapat petunjuk, yang telah berkonsisten berjalan di atas hidayah dan menjauhi kebinasaan. Perbuatan-perbuatannya tidak pernah kontradiksi, [dan perkataan perkataannya belum pernah menyelisihi perbuatannya], yang tidak menyuruh kecuali kepada kebaikan, dan tidak mencegah kecuali terhadap keburukan, tidak pernah memberitakan sesuatu melainkan kebenaran, dan tidak pernah memerintahkan sesuatu melainkan beliau adalah orang pertama yang melakukannya, dan tidak pula pernah mencegah sesuatu melainkan beliau adalah orang pertama yang meninggalkannya. Lalu apakah sama kondisi beliau dengan kondisi para penyair, atau mendekati mereka? Ataukah sangta berbeda dari segala sisi? Semoga shalawat dan salam tetap Allah limpahkan kepada Rasul yang sempurna ini, yang paling bersemangat lagi termulia ini sepanjang masa, yang mana beliau bukanlah seorang penyair, bukan seorang ahli sihir dan bukan seorang yang gila (tidak waras), dan tidak ada (gambaran) yang laik dengannya kecuali segala kesempurnaan.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 221-227
Allah SWT berfirman seraya berbicara kepada orang-orang musyrik yang menduga bahwa apa yang disampaikan Rasulullah SAW bukanlah kebenaran, dengan dalih bahwa itu hanyalah buat-buatan beliau sendiri, atau dia diberi penglihatan oleh jin. Maka Allah membersihkan beliau dari ucapan dan tuduhan mereka, dan menegaskan bahwa sesungguhnya apa yang disampaikan olehnya itu dari sisi Allah. Dan bahwa itu adalah wahyuNya yang Dia turunkan kepada beliau melalui malaikat yang mulia, dipercaya dan mempunyai kedudukan agung. Dan bahwa Al-Qur'an itu sama sekali bukan dari setan, karena sesungguhnya setan tidak mempunyai keinginan seperti Al-Qur'an yang agung, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya membisikkan kedustaannya kepada orang-orang yang seperti mereka dan sependapat dengan mereka dari kalangan para dukun yang berdusta. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Apakah akan Aku beritakan kepada kalian) yaitu aku beritahukan kepada kalian (kepada siapa setan-setan itu turun? (221) Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa) yaitu, pendusta dalam ucapannya dan banyak (dosanya), yakni durhaka dalam semua perbuatannya. Orang-orang seperti mereka itulah yang selalu didatangi oleh setan, yaitu para dukun dan orang-orang yang serupa dengan mereka, dari kalangan orang yang berdusta dan durhaka. karena setan juga suka berdusta dan durhaka (mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu) yaitu setan-setan itu mencuri dengar dari berita langit, dan satu kalimat yang mereka dengar tentang ilmu ghaib, lalu mereka menambahinya dengan seratus kedustaan. Kemudian mereka menyampaikannya kepada pendukung-pendukung mereka dari kalangan manusia. Lalu para manusia itu menceritakannya kepada orang lain, dan banyak orang yang membenarkan apa yang mereka katakan karena kebenaran mereka dalam kalimat yang telah didengarkan dari langit itu dengan kenyataan yang terjadi..
Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Urwah bin Az-Zubair. Dia berkata bahwa Aisyah pernah berkata bahwa ada segolongan orang bertanya kepada Nabi SAW tentang dukun, maka beliau SAW menjawab,"Sesungguhnya mereka itu tidak benar sama sekali" Mereka bertanya,"Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka menceritakan sesuatu yang sesuai dengan kejadiannya yang terjadi" Nabi SAW menjawab: “Itu berasal dari berita yang benar yang dicuri oleh jin, lalu dia membisikkan ke telinga kekasihnya bagaikan suara kokokan ayam jantan, dan dia mencampuradukkannya dengan seratus dusta lebih”
Firman Allah SWT: (Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat (224)) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang kafir itu diikuti oleh manusia dan jin yang sesat. Demikian juga dikatakan Mujahid, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dan selain keduanya.
Firman Allah SWT: (Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah (225)) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa mereka larut di setiap perbuatan yang tidak ada gunanya
Qatadah berkata bahwa yang dimaksud adalah penyair yang memuji suatu kaum dengan bathil dan mencaci kaum yang lain dengan bathil.
Firman Allah SWT: (dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya? (226))
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa kebanyakan ucapan mereka adalah dusta.
Apa yang dikatakan Ibnu Abbas ini memang suatu kenyataan, karena para penyair biasa membangga-banggakan ucapan dan perbuatan yang sama sekali tidak dilakukan oleh seorangpun dari mereka dan tidak pula diriwayatkan dari mereka, Mereka selalu mengatakan hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan.
Makna yang dimaksud adalah bahwa Rasulallah SAW yang diturunkan Al-Qur'an kepada beliau bukanlah seorang dukun dan bukan pula seorang penyair, karena keadaan beliau bertentangan dengan keadaan mereka dari berbagai segi secara jelas. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya; Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan (69)), (Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia (40) dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya (41) Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya (42) Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam (43) (Surah Al-Haqqah) Demikian juga Allah berfirman di sini: (Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam (192) dia dibawa turun oleh Ruhul Amin (Jibril) (193) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan (194) dengan-bahasa Arab yang jelas (195)) (Surah Asy-Syu'ara') sampai firmanNya (Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan (210) Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa (211) Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu (212) (Surah Asy-Syu'ara') sampai firmanNya: (Apakah akan Aku beritakan kepada kalian kepada siapa setan-setan itu turun? (221) Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa (222) mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta (223) Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat (224) Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah? (225) dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya (226))
Firman Allah: (kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh)
Akan tetapi pengecualian ini termasuk ke dalam pengertian bahwa semua penyair Anshar dan lainnya, sehingga termasuk juga ke dalamnya para penyair yang serupa dengan mereka dari kalangan para penyair Jahiliah yang mencela Islam dan para penganutnya, kemudian bertaubat dan kembali kepada Allah serta meninggalkan kebiasaan buruknya itu dan beramal shalih serta banyak menyebut nama Allah untuk melawan semua perkataan buruk yang pernah dia ucapkan. Sesungguhnya amal kebaikan itu dapat menghapuskan keburukan.
Firman Allah SWT (dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman) Ibnu Abbas berkata, bahwa mereka menjawab syair orang-orang kafir yang menghina orang-orang mikmun. Demikian juga dikatakan Mujahid, Qatadah dan lainnya. Ini seperti yang disebutkan dalam hadits shahih bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Hassan: “Balaslah mereka atau seranglah syair mereka, dan Jibril akan membantumu”
Firman Allah SWT: (Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali) sebagaimana Allah SWT berfirman: ((yaitu) hari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zhalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk (52)) (Surah Ghafir)
Qatadah bin Di'amah berkata tentang firmanNya: (Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali) yaitu para penyair dan lainnya.
Diriwayatkan dari Shafwan bin Muhriz, bahwa dia ketika membaca ayat ini, dia menangis sehingga aku berkata bahwa tangisannya itu membuatnya sesak (Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali)
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Asy-Syu’ara ayat 225: Yakni kesesatan mereka.
Yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa sebagian penyair-penyair itu suka mempermainkan kata-kata dan tidak mempunyai tujuan yang baik serta tidak punya pendirian. Oleh karena itu, mereka sering melampaui batas baik dalam memuji maupun mencela karena sebuah kepentingan, terkadang benar dan terkadang dusta, terkadang merayu dan terkadang menghina, dst. Mereka tidak memiliki pendirian dan seperti buih yang terombang ambing di tengah lautan.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Asy-Syu’ara Ayat 225
225. Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah dengan mengikuti hawa nafsu mereka' terkadang membenci sesuatu kemudian memujinya dan sebaliknya. 226. Dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak menger-jakan-Nya' inilah bentuk kebohongan mereka. Bandingkan hal ini dengan nabi Muhammad yang selalu bersikap jujur dalam segala hal.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian kumpulan penafsiran dari para ulama mengenai isi dan arti surat Asy-Syu’ara ayat 225 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah bagi kita bersama. Sokonglah dakwah kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.