Surat Al-Mu’minun Ayat 74

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

وَإِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ عَنِ ٱلصِّرَٰطِ لَنَٰكِبُونَ

Arab-Latin: Wa innallażīna lā yu`minụna bil-ākhirati 'aniṣ-ṣirāṭi lanākibụn

Artinya: Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus).

« Al-Mu'minun 73Al-Mu'minun 75 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Tafsir Penting Terkait Surat Al-Mu’minun Ayat 74

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Mu’minun Ayat 74 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada variasi tafsir penting dari ayat ini. Ditemukan variasi penjabaran dari beragam ahli ilmu terhadap kandungan surat Al-Mu’minun ayat 74, antara lain sebagaimana di bawah ini:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak mengimani Hari Kebangkitan dan perhitungan amal perbuatan, dan tidak mengerjakan amal shalih untuk menyongsong keduanya, mereka benar-benar menyimpang dari jalan lurus ke jalan yang lain.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

74. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari Akhirat dan perkara yang terjadi di dalamnya berupa hisab, pemberian pahala dan siksaan, benar-benar telah menyimpang dari jalan Islam, menuju kapada jalan yang penuh penyimpangan yang mengantarkan mereka ke Neraka.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

74. وَإِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْاٰخِرَةِ عَنِ الصِّرٰطِ لَنٰكِبُونَ (Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus))
Yakni menyimpang dari jalan yang benar menuju jalan-jalan kesesatan.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

74. Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat benar-benar menyimpang dari jalan yang lurus menuju jalan kesesatan.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat benar-benar telah menyimpang} benar-benar menyimpang {dari jalan (lurus)


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

73-74 Dalam ayat-ayat yang mulia ini, Allah menyebutkan semua faktor yang mendatangkan keimanan dan menerangkan hal-hal yang menghalanginya. Allah menjelaskan sisi kerusakannya, satu persatu. Diantara faktor penghalang yang disebutkan, yaitu hati mereka berada dalam kesesatan, mereka tidak merenungi al-qur’an dengan alasan ingin mengikuti nenek moyang mereka. Mereka berdalih bahwa terdapat kegilaan pada Rasulullah, sebagaimana tertuang pada keterangan sebelumnya.
Sementara faktor-faktor yang menghidupkan keimanan, seperti tadabbur (merenungi) al-qur’an,menerima kenikmatan Allah dengan tulus, mengenal sosok Rasulullah, Muhammad dan kesempurnaan kejujuran serta manahnya, beliau tidak meminta upah kepada mereka atas dakwah yang beliau jalankan. Justru, usaha beliau semata-mata untuk kemanfaatan dan kebaikan mereka. Jalan yang beliau serukan kepada mereka merupakan jalan yang lurus, mudah ditapaki bagi orang-orang yang mengamalkannya karena kestabilannya, mengantarakan kepada tujuan yang ingin dicapai melalui jalur pintas, merupakan agama yang hanif (lurus sesuai dengan fitrah) lagi samhah (mudah). Hanif dalam ketauhidan dan samhah dalam amalan.
Seruanmu kepada mereka menuju jalan yang lurus menjadi pendorong bagi orang yang menginginkan kebenaran untuk mengikutimu. Pasalnya, kebenaran itu, termasuk yang dapat dibuktikan aspek kebaikan dan keselarasnnya oleh akal-akal sehat dan fitrah yang lurus. Kemanakah arah yang mereka tuju, bila tidak mengikutimu? Mereka tidak mempunyai pegangan yang cukup dan memadai bagi mereka untuk tidak mengikutimu.
Sesungguhnya mereka “dari jalan (yang lurus),” berpaling lagi menjauhkan diri, membelok dari lintasan yang mengantarkan mereka kepada Allah dan tempat kemuliaanNya. Tidaklah ada yang mereka miliki melainkan bermacam-macam kesesatan dan kebodohan. Demikianlah ciri khasorang yang berlawanan dengan kebenaran, mereka pasti mengalami penyimpangan di setiap aspek kehidupannya. Allah berfirman ”maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketauhilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun?”


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 68-75
Allah SWT mengingkari orang-orang musyrik karena mereka tidak mau memahami dan merenungi Al-Qur'an yang agung, bahkan berpaling darinya. Padahal mereka itu dikhususkan untuk kitab ini dimana tidak ada suatu kitab pun yang diturunkan Allah kepada rasulNya yang lebih sempurna dan lebih mulia daripada Al-Qur'an. Terlebih lagi nenek moyang mereka yang telah mati di masa Jahiliyah itu belum sampai kepada mereka suatu kitab pun dan belum pernah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan. Maka sudah selayaknya mereka menerima nikmat yang dianugerahkan Allah ini, yaitu dengan menerimanya, mensyukurinya, memahaminya dan meng­amalkan apa yang terkandung di dalamnya sepanjang malam dan siang hari. Sebagaimana yang telah dilakukan para cendekiawan dari kalangan mereka yang masuk Islam dan mengikuti Rasulullah SAW serta beliau ridha kepada mereka.
Qatadah berkata tentang firmanNya: (Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami)) Jika demikian, maka demi Allah, mereka pasti menemukan di dalam Al-Qur'an sesuatu yang dapat mengekang mereka dari perbuatan maksiat terhadap Allah, seandainya mereka mau merenungi dan memahami maknanya. Akan tetapi, mereka hanya mengambil ayat-ayat mutasyabihat sehingga mereka binasa.
Kemudian Allah berfirman seraya mengingkari orang-orang kafir dari kalangan Quraisy: (Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? (69)) yaitu apakah mereka tidak mengenal nabi Muhammad, kejujuran, amanah dan kepribadiannya yang ada pada mereka? yaitu, apakah mereka mampu mengingkari kenyataan itu dan bersikap tidak mau tahu terhadapnya? Oleh karena itu Ja'far bin Abi Thalib berkata kepada Raja Najasyi, raja Habsyah, "Wahai Raja, sesungguhnya Allah telah mengutus kepada kami seorang rasul yang telah kami kenal nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya"
Firman Allah: (Atau (apakah patut) mereka berkata, "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila”) Ini menceritakan tentang perkataan orang-orang musyrik terhadap nabi Muhammad SAW bahwa beliau membuat-buat Al-Qur'an, yaitu membuatnya sendiri, atau beliau berpenyakit gila yang tidak mengetahui apa yang dikatakan sendiri. Allah memberitahukan tentang mereka, bahwa hati mereka tidak beriman kepadanya, dan mereka mengetahui kebathilan dari apa yang mereka katakan tentang Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu datang kepada mereka dari kalam Allah yang tidak bisa ditandingi. Sesungguhnya Allah menantang mereka dan seluruh penduduk bumi untuk mendatangkan hal yang serupa dengan Al-Qur'an jika mereka mampu, dan pasti mereka tidak akan mampu untuk selamanya. Oleh karena itu Allah berfirman: (Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu) bisa juga diartikan bahwa kalimat ini merupakan kalimat keadaan, yaitu dalam keadaan bahwa kebanyakan dari mereka tidak menyukai kebenaran. Bisa juga sebagai kalimat berita. Hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Firman Allah: (Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya) Mujahid, Abu Shalih dan As-Suddi berkata bahwa yang dimaksud dengan “al-haq” adalah Allah SWT. Dan makna yang dimaksud adalah bahwa sekiranya Allah memperkenankan hawa nafsu mereka dan mensyariatkan peraturan sesuai dengan keinginan mereka. (pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya) yaitu binasa karena hawa nafsu dan keinginan mereka yang berbeda-beda,
Sebagaimana Allah SWT memberitahukan tentang mereka, dalam ucapan mereka: (Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini) Kemudian Allah berfirman: (Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?) (Surah Az-Zukhruf: 31-32)
Allah SWT berfirman: (Katakanlah, "Kalau seandainya kalian menguasai per­bendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kalian tahan karena takut membelanjakannya”Dan manusia itu memang sangat kikir (100)) (Surah Al-Isra’).
Dalam hal ini terdapat keterangan tentang ketidakmampuan, perbedaan pendapat, dan keinginan hawa nafsu para hamba. Dan bahwa hanya Allah sajalah Yang Maha Sempurna dalam semua sifat, firman, perbuatan, syariat, takdir, dan pengaturan terhadap makhlukNya. Maha Suci Allah, tidak ada Tuhan dan Rabb selain Dia dan tiada Rabb selain Dia. Oleh karena itu Allah berfirman: (Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka) yaitu Al-Qur'an (tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu)
Firman Allah SWT: (Atau kamu meminta upah kepada mereka?) Al-Hasan berkata maknanya adalah upah. Qatadah berkata bahwa maknannya adalah imbalan (maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik)
yaitu kamu tidak meminta suatu upah, imbalan, dan apa pun dari seruanmu kepada mereka menuju petunjuk. Bahkan engkau hanya mengharapkan pahala yang melimpah dari Allah atas hal itu, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Katakanlah, "Upah apa pun yang aku minta kepada kalian, maka itu untuk kalian. Upahku hanyalah dari Allah”) (Surah Saba: 47)
Firman Allah: (Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus) (74)) yaitu benar-benar membelok, melampaui batas, dan menyimpang. Orang-orang Arab berkata,"Nakaba Fulanun an ath-thariq” (Fulan menyimpang dari jalan)" yaitu jika dia menyimpang darinya.
Firman Allah: (Andaikata Kami belas kasihani mereka, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka (75)) Allah SWT memberitahukan tentang kekerasan mereka dalam kekafirannya, bahwa seandainya Allah melenyapkan mudharat yang menimpa mereka dan memberikan pengertian kepada mereka tentang Al-Qur'an, maka mereka tidak mau tunduk kepadanya dan tetap berada dalam kekafiran, keingkaran, dan kesesatan mereka. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu) (23)) (Surah Al-Anfal)
Hal ini termasuk dalam ilmu Allah yang mengetahui segala sesuatu yang tidak akan terjadi, dan bagaimanakah kejadiannya seandainya terjadi.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Surat Al-Mu’minun ayat 74: Yakni tidak beriman kepada kebangkitan, pahala dan siksa.

Demikian pula semua orang yang menyelisihi yang hak lainnya, pasti jalannya menyimpang; tidak lurus.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Mu’minun Ayat 74

73-75. Dan sesungguhnya engkau pasti telah menyeru mereka kepada jalan yang lurus. Orang-orang kafir itu menolak seruan nabi karena mereka tidak meyakini adanya hari pembalasan. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat benar-benar telah menyimpang jauh dari jalan yang lurus menuju jalan kesesatan. Tidak ada jalan menuju kebahagiaan selain jalan Allah. Allah mengazab dan membinasakan mereka akibat bersikap keras kepala. Namun, seandainya mereka kami kasihani, dan kami lenyapkan malapetaka yang menimpa mereka, pasti mereka akan terus-menerus terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka akan tetap pada kekufuran dan kedurhakaan mereka seperti sediakala


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikianlah beragam penafsiran dari para ahli ilmu terhadap isi dan arti surat Al-Mu’minun ayat 74 (arab-latin dan artinya), moga-moga berfaidah bagi ummat. Sokong dakwah kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Tersering Dikaji

Kami memiliki berbagai topik yang tersering dikaji, seperti surat/ayat: Al-Furqan 63, Ath-Thariq, At-Tahrim 6, Al-Waqi’ah 35-38, Al-Baqarah 275, Al-Hujurat. Termasuk As-Sajdah, Ar-Ra’d 28, An-Nahl 125, At-Taubah 128-129, Al-Baqarah 1-5, Al-Baqarah 155.

  1. Al-Furqan 63
  2. Ath-Thariq
  3. At-Tahrim 6
  4. Al-Waqi’ah 35-38
  5. Al-Baqarah 275
  6. Al-Hujurat
  7. As-Sajdah
  8. Ar-Ra’d 28
  9. An-Nahl 125
  10. At-Taubah 128-129
  11. Al-Baqarah 1-5
  12. Al-Baqarah 155

Pencarian: al imran 131, surat ar.rahman, ayat kahfi, arti surah alkafirun, innama'al usri yusro

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: