Surat Al-Baqarah Ayat 100
أَوَكُلَّمَا عَٰهَدُوا۟ عَهْدًا نَّبَذَهُۥ فَرِيقٌ مِّنْهُم ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Arab-Latin: A wa kullamā 'āhadụ 'ahdan nabażahụ farīqum min-hum, bal akṡaruhum lā yu`minụn
Artinya: Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman.
« Al-Baqarah 99 ✵ Al-Baqarah 101 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Hikmah Penting Berkaitan Dengan Surat Al-Baqarah Ayat 100
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 100 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan hikmah penting dari ayat ini. Didapati sekumpulan penafsiran dari beragam ahli tafsir berkaitan makna surat Al-Baqarah ayat 100, misalnya sebagaimana termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Alangkah buruk kondisi Bani Israil dalam pelanggaran-pelanggaran mereka terhadap perjanjian-perjanjian, Maka tiap kali mereka mengadakan perjanjian sebagian golongan dari mereka melemparkannya dan melanggarnya, maka kamu saksikan mereka itu menjalin sesuatu perjanjian hari ini dengan serius dan mereka melanggar esok hari, bahkan kebanyakan dari mereka itu tidak membenarkan Wahyu yang dibawa oleh nabi Allah dan rasulnya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
100. Allah mengolok orang-orang Yahudi yang berkali-kali membuat perjanjian, namun sebagian mereka kemudian melanggar perjanjian itu, sebab mereka tidak mempercayai risalah Rasulullah.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
100. Di antara keburukan orang-orang Yahudi ialah setiap kali mereka berjanji kepada diri mereka sendiri -salah satunya ialah mengimani isi Taurat tentang kenabian Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagian dari mereka mengingkari janji tersebut. Bahkan mayoritas orang-orang Yahudi itu tidak beriman kepada Allah dengan sungguh-sungguh, karena iman yang sejati selalu mendorong seseorang untuk menepati janji.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
100. أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ فَرِيقٌ مِنْهُمْ (Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya?)
Makna (نبذه) melempar dan membuangnya. Dan maksudnya adalah melanggarnya.
Dan sifat dari orang mukmin yang benar adalah memegang teguh pada janji dan menunaikannya.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Setiap kali kaum Yahudi berjanji untuk sungguh-sungguh mengamalkan perintah Taurat, selalu ada sekelompok kaum yang mengingkari dan membangkang dengan perintah Taurat maupun janji mereka sendiri. Bahkan, kebanyakan kaum Yahudi tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Lantas bagaimana bisa mereka akan menepati janji mereka? Sebab turunnya ayat ini adalah ketika Nabi Muhammad SAW sudah diutus menjadi nabi, Malik bin Shaif berkata: “Demi Allah, Muhammad tidak diutus untuk kami, dan kami tidak mempunyai ikatan janji apapun dengan Muhammad.” Sehingga turunlah ayat ini
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Mengapa setiap kali mereka mengikat janji sekelompok mereka melanggarnya} mengabaikan dan melanggarnya {Bahkan sebagian besar mereka tidak beriman
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
100. Ayat ini menunjukkan tentang suatu keheranan karena banyaknya perjanjian mereka dan tidak sabarnya mereka untuk menunaikan janji-janji itu. Kata “setiap kali” mengandung makna pengulangan, maka setiap kali ada janji, setiap kali itu juga ada pengingkaran. Apakah sebab dari semua itu?.
Sebabnya adalah bahwa mayoritas mereka tidak beriman, oleh karena ketiadaan iman mereka itulah yang membawa mereka kepada pengingkaran terhadap janji-janji tersebut. Seandainya keimana mereka itu benar maka pasti mereka akan seperti orang yang firmankan :
"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)," (QS. Al-Ahzab : 23)
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Imam Abu Ja'far bin Jarir berkata tentang firman Allah SWT: (Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas) maknanya yaitu: Kami telah menurunkan kepadamu, wahai Muhammad, tanda-tanda yang jelas yang menunjukkan kenabianmu. Tanda-tanda itu mencakup isi kitab Allah mengenai rahasia ilmu orang Yahudi dan berita tersembunyi mereka, baik berita pendahulu mereka yaitu Bani Israil. Berita tersebut berisi tentang kandungan dalam kitab-kitab mereka yang hanya diketahui oleh para pendata dan orang yang berilmu di antara mereka, dan apa yang telah diubah oleh mereka terkait hukum-hukum mereka yang ada dalam Taurat. Allah SWT menampakkan pengetahuan ini dalam kitab yang Dia turunkan kepada nabiNya, nabi Muhammad SAW, jika ada orang yang berakal dan jujur, maka dia akan dapat melihat tanda-tanda yang jelas dalam hal ini, dan tidak akan mengarahkannya kepada kehancuran berupa iri hati niat jahat. Karena fitrah setiap orang yang benar adalah membenarkan siapa pun yang datang dengan membawa sesuatu (yang benar), seperti apa yang telah dibawa oleh nabi Muhammad SAW berupa ayat-ayat yang jelas yang dijelaskan tanpa belajar dari manusia, dan tidak mengambil sesuatu (pendapat) pun dari anak cucu Adam.
Qatadah berkata: firman Allah (segolongan mereka melemparkannya) yaitu Segolongan dari mereka mengingkarinya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa asal dari kata "nabdz" adalah membuang dan melempar. Oleh karena itu dikatakan “Anak pungut itu dibuang” dan dikatakan juga “An-nabidz” yaitu kurma dan kismis ketika dilemparkan ke dalam air.
Abu Al-Aswad Ad-Du'ali berkata:
Kamu melihat jenisnya, lalu membuangnya seperti membuang alas kaki yang terbuat dari beberapa jenis alas kakimu
Saya berkata: Lalu Allah mencela mereka karena keberpalingan mereka atas perjanjian yang telah diberikan Allah kepada mereka agar dipegang teguh dan dilaksanakan. Karena hal ini, mereka mendustakan Rasulullah SAW yang telah diutus kepada mereka dan kepada seluruh manusia, yang telah disebutkan dalam kitab-kitab mereka, terkait gambaran, sifat , serta berita-berita tentangnya. Mereka diperintahkan dalam kitab-kitab tersebut untuk mengikuti, mendukung, dan membantunya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: ((Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil…..) (Surah Al-A’raf: 157) dan berfirman dalam ayat ini: (Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah) (101)) maknanya yaitu, mereka melemparkan kitab Allah yang ada pada mereka, yang mengandung kabar gembira tentang kedatangan nabi Muhammad SAW, mereka mengabaikannya, seakan-akan mereka tidak mengetahuinya. Sebaliknya, mereka lebih condong untuk mempelajari ilmu sihir dan mengikuti ajarannya. Itulah sebabnya mereka ingin melakukan tipu muslihat kepada Rasulullah SAW dan mereka berusaha menyihirnya.
Qatadah berkata mengenai firman Allah: (seolah-olah mereka tidak mengetahui) bahwa sesungguhnya mereka tahu, tetapi mereka membuang ilmu mereka, menyembunyikannya, dan mengingkarinya.
Firman Allah SWT: (Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman). Maknanya yaitu orang-orang Yahudi yang telah diberi kitab setelah mereka berpaling dari kitab Allah yang ada di tangan mereka, dan menentang dengan Rasulallah SAW, mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan, yaitu apa yang telah diceritakan, diberitakan, dan dibicarakan oleh para setan itu di kerajaan Sulaiman. Frasa itu (Mulki Sulaiman) dikecualikan dengan menggunakan huruf “’Ala” karena “Tatlu” mengandung makna berdusta
Abu Al-Aliyah berkata: huruf “’Ala” di sini mengandung makna “fi”, yaitu yang mereka baca di kerajaan Sulaiman, Dia menuqil hal ini dari Ibnu Juraij dan Ibnu Ishaq
Saya berkata bahwa pendapat yang mengatakan bahwa “Tatlu” memiliki makna yang mengandung dusta itu lebih baik. Hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Abu Al-‘Aliyah berkata: “Mereka tidak dianugerahi ilmu sihir, dia berkata, dua ilmu, yaitu keimanan dan kekufuran. Maka ilmu sihir adalah bagian dari kekufuran. Keduanya adalah sesuatu yang paling dilarang.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Kemudian Ibnu Jarir membantah pendapat ini, bahwa “ma” di sini bermakna “alladzi” dan memperpanjang pembahasan tentang itu. Dia berpendapat bahwa Harut dan Marut adalah dua malaikat diturunkan oleh Allah ke bumi dan memberi izin kepada mereka untuk mengajarkan sihir, sebagai ujian bagi hamba-hambaNya. Hal ini setelah Allah menjelaskan kepada hamba-hambaNya bahwa sihir termasuk perbuatan yang dilarang melalui lisan para rasul. Ibnu Jarir menganggap bahwa bahwa Harut dan Marut patuh dalam hal mengajari hal tersebut karena mereka melaksanakan apa yang diperintahkan.
Ini adalah pendapat yang sangat aneh, dan pendapat yang lebih aneh lagi adalah pendapat yang menyatakan bahwa Harut dan Marut dari golongan jin, sebagaimana yang diungkapkan oleh oleh Ibnu Hazm.
Firman Allah SWT, (Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya ) maknanya yaitu, manusia mempelajari dari Harut dan Marut ilmu sihir yang digunakan untuk perbuatan tercela, agar mereka memisahkan suami istri berupa melakukan hubungan dengan salah satunya.
Ini merupakan perbuatan setan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya dari hadits Al-A'masy yang diriwayatkan dari Abu Sufyan Thalhah bin Naafi' dari Jabir bin Abdullah, dari nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu mengirim bala tentaranya, (setan) yang kedudukannya paling rendah bagi Iblis adalah yang paling besar godaannya. Salah satu diantara mereka datang lalu berkata: 'Aku telah melakukan ini dan itu.' Iblis menjawab: 'Kau tidak melakukan apa pun.' Lalu yang lain datang dan berkata: 'Aku tidak meninggalkannya hingga aku memisahkannya dengan istrinya.' Beliau bersabda: "Iblis mendekatinya lalu berkata: 'Bagus kamu."
Penyebab terpisahnya suami dan istri oleh sihir adalah hal yang membuat seorang laki-laki atau perempuan terganggu dengan pasangannya, seperti buruknya penampilan, bentuk fisik, atau hal-hal lain yang serupa, atau ada konflik, kebencian, atau hal lain yang serupa yang menyebabkan perpisahan.
Kata “Al-ma’u” adalah ungkapan untuk laki-laki, dan bentuk muannatsnya untuk perempuan, dan keduanya diucapkan dengan bentuk masing-masing, tidak digabungkan. Dan Allah lebih mengetahui.
Terkait firman Allah SWT, (Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah) Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Kecuali dengan ketentuan Allah.”
Diriwayatkan Al-Hasan, dia berkata, “Sihir ini tidak berdampak kecuali bagi mereka yang terlibat di dalamnya.”
Firman Allah SWT, (Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat) maknanya yaitu merugikan mereka dalam urusan agama mereka, dan hal itu tidak memberikan manfaat sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan.
(sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat) yaitu sungguh orang-orang Yahudi yang menukar tindakan meninggalkan Rasulullah SAW dengan sihir itu telah mengetahui bahwa mereka tidak akan mendapatkan kebaikan di akhirat. Ibnu Abbas, Mujahid, dan As-Suddi berkata, “Dia tidak akan memiliki bagian di akhirat."
Diriwayatkan dari Qatadah, dia berkata: Dia tidak memiliki hujjah di akhirat di sisi Allah. Al-Hasan berkata: “Dia tidak memiliki agama”. Sa'id meriwayatkan dari Qatadah, (tiadalah baginya keuntungan di akhirat) maknanya adalah sesungguhnya Ahlul Kitab telah mengetahui tentang apa yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka bahwa tukang sihir tidak memiliki penciptaan di akhirat.
Firman Allah SWT, (dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui (102) Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui (103)) Allah berfirman (Wa labi’sa) apa yang mereka tukarankan berupa sihir, sebagai pengganti keimanan dan mengikuti para rasul. Seandainya mereka memiliki pengetahuan tentang apa yang mereka lakukan. (Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik) maknanya yaitu, seandainya mereka beriman kepada Allah, Rasulullah, dan menjaauhi hal-hal yang dilaran maka sungguh pahala dari Allah akan lebih baik bagi mereka daripada apa yang mereka tukar bagi diri mereka sendiri dan mereka senang dengan itu. Sebagaimana Allah SWT berfirman, (Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar"(80)) (Surah Al-Qashash)
📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata :
{ أَوَ كُلَّمَا عَٰهَدُواْ } Au kullamaa ‘aahaduu : Huruf hamzah digunakan sebagai istifham inkariy (kata tanya untuk pengingkaran), dan huruf wawu sebagai ‘athof (kata sambung) dengan kalimat tersembunyi yang berbunyi “Apakah mereka ingkar kepada Al-Qur’an dan setiap kali mereka berjanji..”
{ العهد } al-‘Ahdu : Perjanjian yang mengikat
{ نَّبَذَهُ } Nabadzahu : Melemparnya dan membuangnya begitu saja dan tidak mempedulikannya.
Makna ayat :
Pada ayat 100 Allah Ta’ala mengingkari kekufuran orang-orang Yahudi dan kesukaan mereka mengingkari perjanjian. Allah Ta’ala mencatat bahwa kebanyakan orang Yahudi tidak beriman dalam firmanNya (بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ) “Akan tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.”
Pelajaran dari ayat :
• Orang-orang Yahudi tidak bisa menepati perjanjian, maka sudah seharusnya bagi kita tidak mempercayai perjanjian yang mereka buat selamanya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Baqarah ayat 100: Allah mengabarkan bahwasannya mereka yahudi ketika menyetujui persetujuan menyelisihnya, mereka adalah satu kaum yang tidak memiliki perjanjian. Kemudian Allah menjelaskan bahwasannya kebanyakan yahudi tidak beriman dengan Taurat yang diturunkan Allah kepada utusan – utusan mereka, mereka adalah suatu kaum yang tercela yang jahat secara tabiat dan pembohong.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Dalam ayat ini terdapat kesan ta'ajjub, yakni aneh sekali dan sangat mengherankan, mereka banyak berjanji namun tidak memenuhinya; hari ini mereka berjanji, besok sudah melanggarnya.
Inilah sebab mereka mengingkari janji, yakni karena tidak beriman.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 100
Ayat ini berisi kecaman dengan redaksi pertanyaan yang mengandung bukti-bukti yang dipaparkan oleh Allah. Dan mengapa setiap kali mereka mengikat janji dengan Allah, ter masuk janji untuk percaya jika nabi yang diutus-Nya datang, sekelompok mereka melanggarnya, menyepelekannya, dan mengingkarinya' sedikit sekali dari mereka yang menepati janji, sedang kan sebagian besar mereka tidak beriman. Sikap-sikap buruk sudah berkumpul sedemikian rupa dalam diri sebagian besar bani israil. Mereka adalah pendengki, keras kepala, licik, dan selalu mengingkari janji. Namun demi kian, masih ada sebagian kecil dari mereka yang beriman. Ayat ini menjelaskan sisi lain dari keburukan orang-orang yahudi. Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari Allah, yakni nabi Muhammad dengan membawa kitab suci yang membenarkan apa yang ada pada mereka, yakni kitab suci, sebagian dari orang-orang yahudi yang diberi kitab taurat melemparkan kitab Allah itu ke belakang punggung, yakni mengabaikan nya sama sekali, seakan-akan mereka tidak tahu yang dilempar nya adalah kitab Allah, padahal mereka sangat mengetahui.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian beberapa penjabaran dari para mufassirun berkaitan makna dan arti surat Al-Baqarah ayat 100 (arab-latin dan artinya), moga-moga membawa manfaat untuk kita semua. Sokong perjuangan kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.