Surat Al-Baqarah Ayat 101
وَلَمَّا جَآءَهُمْ رَسُولٌ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَرَآءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Arab-Latin: Wa lammā jā`ahum rasụlum min 'indillāhi muṣaddiqul limā ma'ahum nabaża farīqum minallażīna ụtul-kitāba kitāballāhi warā`a ẓuhụrihim ka`annahum lā ya'lamụn
Artinya: Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).
« Al-Baqarah 100 ✵ Al-Baqarah 102 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Berkaitan Surat Al-Baqarah Ayat 101
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 101 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan pelajaran menarik dari ayat ini. Terdokumentasikan sekumpulan penafsiran dari banyak ahli tafsir mengenai makna surat Al-Baqarah ayat 101, misalnya seperti termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan ketika Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam datang kepada mereka dengan membawa Alquran yang selaras dengan kandungan Taurat yang ada pada mereka, maka segolongan dari mereka melemparkan kitab Allah, dan meletakkannya di belakang punggung mereka, kelakuan mereka itu seperti kelakuan orang-orang jahil yang tidak mengetahui hakikat nya.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
101. Dan ketika Nabi Muhammad datang kepada orang-orang Yahudi membawa al-Qur’an yang sesuai dengan kabar yang ada dalam Taurat, maka sebagian pendeta mereka kemudian mengingkari dan Taurat, sebab ia menunjukkan tanda kenabian Muhammad, seakan-akan Taurat tidak menyebutkan Muhammad sama sekali dan seakan-akan mereka tidak mengetahui sama sekali tentangnya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
101. Dan tatkala Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang kepada mereka sebagai utusan Allah dengan sifat-sifat yang sesuai dengan apa yang tertera di dalam Taurat, sebagian dari mereka berpaling dari apa yang ditunjukkan oleh kitab suci tersebut dan membuangnya ke belakang punggung mereka serta tidak memperdulikannya. Sifat mereka itu mirip dengan sifat orang bodoh yang tidak mau mengambil manfaat dari kebenaran maupun petunjuk yang ada, dan tidak memperdulikannya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
101. وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ (Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul)
Yakni datang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
.
نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ (sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah)
Yakni orang-orang Yahudi yang diberikan oleh Allah kitab taurat dan dimuliakan dengannya, akan tetapi kemudian mereka melemparnya.
Karena mereka kafir terhadap nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan terhadap apa yang diturunkan kepadanya setelah Allah mengambil perjanjian dengan mereka dalam taurat untuk beriman kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sekaligus membenarkan dan mengikutinya, dan menjelaskan sifat-sifatnya. Sehingga dengan itu mereka dianggap telah melempar taurat dan melanggarnya, serta menolak apa yang ada didalamnya.
كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah))
Yakni beramal amalan orang yang tidak mengetahui.
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
101-102
1 ). Barangsiapa yang meninggalkan hal yang bermanfaat baginya, padahal ia mampu mengambil darinya manfaat tetapi ia tidak mengambilnya, niscaya ia akan disibukkan dengan perkara yang membahayakan dirinya.
2 ). Jika manusia berpaling dari wahyu yang Allah firmankan kepada Rasul-Nya; maka tanpa ia sadari akan mengikuti wahyu syaithon ; perhatikanlah firman Allah tentang kaum Yahudi tatkala mereka melemparkan kitab Allah kebelakang punggung mereka : { وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ } "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan" dan peristiwa ini adalah norma yang telah lampau yang kerap terjadi pada kaum-kaum pembangkang yang menolak kebenaran firman Allah : { وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ } "Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya". [ az-zukhruf : 36 ].
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Ketika Allah mengutus seorang rasul kepada kaum Yahudi dengan seseorang yang bernama Muhammad SAW, mereka bersedia mempercayai sifat-sifat kenabiannya sebagaimana telah dijelaskan dalam Taurat. Namun ada saja sekelompok dari mereka yang menolak dan mengingkari penjelasan pendeta Yahudi tentang Taurat. Mereka tidak mengamalkan perintah Taurat, seakan-akan mereka tidak mengetahui apapun tentang apa yang diperintahkan dalam Taurat. Maka amal mereka menjadi amal orang-orang yang tidak berilmu
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Ketika datang kepada mereka Rasul} nabi Muhammad SAW {dari sisi Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sebagian orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah} Taurat {ke belakang} ke belakang {punggung mereka seakan-akan mereka tidak tahu
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
101. Maksudnya, ketika Rosul yang mulia ini telah datang kepada mereka dengan membawa kitab yang agung dengan kebenaran yang sesuai dengan apa yang ada pada mereka sedang mereka mengaku bahwa mereka berpegang teguh kepada kitab mereka tersebut, lalu ketika mereka mengingkari Rosul tersebut dan apa yang beliau bawa, maka “orang-orang yang diberi kitab (Taurat) meelemparkan kitab Allah” yang diturunkan kepada mereka, maksudnya mereka melemparkannya karena benci terhadapnya, “ke belakang (punggung) nya.” Ini adalah sikap parah dalam pengingkaran, seolah-olah mereka dengan tindakannya itu, adalah orang-orang yang tidak tahu, padahal mereka mengetahui kebenarannya dan hakikat kitab yang dibawanya.
Maka jelaslah dengan hal ini bahwa kelompok ini berasal dari ahli kitab yang mana kitab tersebut tidak akan tetap berada di tangan mereka selama mereka tidak beriman kepada Rosul tersebut, maka kekufuran mereka kepada Nabi adalah sebuah pengingkaran terhadap kitab mereka sendiri, tanpa mereka sadari.
Dan ketika hukum takdir dan hikmah tuhan bahwa barangsiapa yang meninggalkan suatu hal yang bermanfaat baginya dan sangat mungkin dia mengambil manfaat darinya, namun tidak dia manfaatkan, niscaya dia akan diuji dengan disibukkan oleh suatu hal yang justru memudaratkannya, maka barangsiapa yang meninggalkan penyembahan kepada Dzat yang Maha Pengasih, niscaya dia diuji dengan menyembah berhala, dan barangsiapa yang meninggalkan cinta kepada Allah, takut dan berharap kepadaNya, niscaya akan diuji dengan cinta kepada selain Allah, takut dan mengharapnya, barangsiapa yang tidak mengeluarkan hartanya dalam ketaatan kepada Allah niscaya dia akan mengeluarkannya dalam ketaatan kepada setan, barangsiapa yang meninggalkan kepasrahann hanya kepada Rabbnya, niscaya ia akan diuji dengan kepasrahan kepada hamba-hambaNya, dan barangsiapa yang meninggalkan kebenaran, niscaya dia akan diuji dengan kebatilan.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Imam Abu Ja'far bin Jarir berkata tentang firman Allah SWT: (Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas) maknanya yaitu: Kami telah menurunkan kepadamu, wahai Muhammad, tanda-tanda yang jelas yang menunjukkan kenabianmu. Tanda-tanda itu mencakup isi kitab Allah mengenai rahasia ilmu orang Yahudi dan berita tersembunyi mereka, baik berita pendahulu mereka yaitu Bani Israil. Berita tersebut berisi tentang kandungan dalam kitab-kitab mereka yang hanya diketahui oleh para pendata dan orang yang berilmu di antara mereka, dan apa yang telah diubah oleh mereka terkait hukum-hukum mereka yang ada dalam Taurat. Allah SWT menampakkan pengetahuan ini dalam kitab yang Dia turunkan kepada nabiNya, nabi Muhammad SAW, jika ada orang yang berakal dan jujur, maka dia akan dapat melihat tanda-tanda yang jelas dalam hal ini, dan tidak akan mengarahkannya kepada kehancuran berupa iri hati niat jahat. Karena fitrah setiap orang yang benar adalah membenarkan siapa pun yang datang dengan membawa sesuatu (yang benar), seperti apa yang telah dibawa oleh nabi Muhammad SAW berupa ayat-ayat yang jelas yang dijelaskan tanpa belajar dari manusia, dan tidak mengambil sesuatu (pendapat) pun dari anak cucu Adam.
Qatadah berkata: firman Allah (segolongan mereka melemparkannya) yaitu Segolongan dari mereka mengingkarinya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa asal dari kata "nabdz" adalah membuang dan melempar. Oleh karena itu dikatakan “Anak pungut itu dibuang” dan dikatakan juga “An-nabidz” yaitu kurma dan kismis ketika dilemparkan ke dalam air.
Abu Al-Aswad Ad-Du'ali berkata:
Kamu melihat jenisnya, lalu membuangnya seperti membuang alas kaki yang terbuat dari beberapa jenis alas kakimu
Saya berkata: Lalu Allah mencela mereka karena keberpalingan mereka atas perjanjian yang telah diberikan Allah kepada mereka agar dipegang teguh dan dilaksanakan. Karena hal ini, mereka mendustakan Rasulullah SAW yang telah diutus kepada mereka dan kepada seluruh manusia, yang telah disebutkan dalam kitab-kitab mereka, terkait gambaran, sifat , serta berita-berita tentangnya. Mereka diperintahkan dalam kitab-kitab tersebut untuk mengikuti, mendukung, dan membantunya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: ((Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil…..) (Surah Al-A’raf: 157) dan berfirman dalam ayat ini: (Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah) (101)) maknanya yaitu, mereka melemparkan kitab Allah yang ada pada mereka, yang mengandung kabar gembira tentang kedatangan nabi Muhammad SAW, mereka mengabaikannya, seakan-akan mereka tidak mengetahuinya. Sebaliknya, mereka lebih condong untuk mempelajari ilmu sihir dan mengikuti ajarannya. Itulah sebabnya mereka ingin melakukan tipu muslihat kepada Rasulullah SAW dan mereka berusaha menyihirnya.
Qatadah berkata mengenai firman Allah: (seolah-olah mereka tidak mengetahui) bahwa sesungguhnya mereka tahu, tetapi mereka membuang ilmu mereka, menyembunyikannya, dan mengingkarinya.
Firman Allah SWT: (Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman). Maknanya yaitu orang-orang Yahudi yang telah diberi kitab setelah mereka berpaling dari kitab Allah yang ada di tangan mereka, dan menentang dengan Rasulallah SAW, mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan, yaitu apa yang telah diceritakan, diberitakan, dan dibicarakan oleh para setan itu di kerajaan Sulaiman. Frasa itu (Mulki Sulaiman) dikecualikan dengan menggunakan huruf “’Ala” karena “Tatlu” mengandung makna berdusta
Abu Al-Aliyah berkata: huruf “’Ala” di sini mengandung makna “fi”, yaitu yang mereka baca di kerajaan Sulaiman, Dia menuqil hal ini dari Ibnu Juraij dan Ibnu Ishaq
Saya berkata bahwa pendapat yang mengatakan bahwa “Tatlu” memiliki makna yang mengandung dusta itu lebih baik. Hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Abu Al-‘Aliyah berkata: “Mereka tidak dianugerahi ilmu sihir, dia berkata, dua ilmu, yaitu keimanan dan kekufuran. Maka ilmu sihir adalah bagian dari kekufuran. Keduanya adalah sesuatu yang paling dilarang.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Kemudian Ibnu Jarir membantah pendapat ini, bahwa “ma” di sini bermakna “alladzi” dan memperpanjang pembahasan tentang itu. Dia berpendapat bahwa Harut dan Marut adalah dua malaikat diturunkan oleh Allah ke bumi dan memberi izin kepada mereka untuk mengajarkan sihir, sebagai ujian bagi hamba-hambaNya. Hal ini setelah Allah menjelaskan kepada hamba-hambaNya bahwa sihir termasuk perbuatan yang dilarang melalui lisan para rasul. Ibnu Jarir menganggap bahwa bahwa Harut dan Marut patuh dalam hal mengajari hal tersebut karena mereka melaksanakan apa yang diperintahkan.
Ini adalah pendapat yang sangat aneh, dan pendapat yang lebih aneh lagi adalah pendapat yang menyatakan bahwa Harut dan Marut dari golongan jin, sebagaimana yang diungkapkan oleh oleh Ibnu Hazm.
Firman Allah SWT, (Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya ) maknanya yaitu, manusia mempelajari dari Harut dan Marut ilmu sihir yang digunakan untuk perbuatan tercela, agar mereka memisahkan suami istri berupa melakukan hubungan dengan salah satunya.
Ini merupakan perbuatan setan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya dari hadits Al-A'masy yang diriwayatkan dari Abu Sufyan Thalhah bin Naafi' dari Jabir bin Abdullah, dari nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu mengirim bala tentaranya, (setan) yang kedudukannya paling rendah bagi Iblis adalah yang paling besar godaannya. Salah satu diantara mereka datang lalu berkata: 'Aku telah melakukan ini dan itu.' Iblis menjawab: 'Kau tidak melakukan apa pun.' Lalu yang lain datang dan berkata: 'Aku tidak meninggalkannya hingga aku memisahkannya dengan istrinya.' Beliau bersabda: "Iblis mendekatinya lalu berkata: 'Bagus kamu."
Penyebab terpisahnya suami dan istri oleh sihir adalah hal yang membuat seorang laki-laki atau perempuan terganggu dengan pasangannya, seperti buruknya penampilan, bentuk fisik, atau hal-hal lain yang serupa, atau ada konflik, kebencian, atau hal lain yang serupa yang menyebabkan perpisahan.
Kata “Al-ma’u” adalah ungkapan untuk laki-laki, dan bentuk muannatsnya untuk perempuan, dan keduanya diucapkan dengan bentuk masing-masing, tidak digabungkan. Dan Allah lebih mengetahui.
Terkait firman Allah SWT, (Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah) Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Kecuali dengan ketentuan Allah.”
Diriwayatkan Al-Hasan, dia berkata, “Sihir ini tidak berdampak kecuali bagi mereka yang terlibat di dalamnya.”
Firman Allah SWT, (Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat) maknanya yaitu merugikan mereka dalam urusan agama mereka, dan hal itu tidak memberikan manfaat sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan.
(sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat) yaitu sungguh orang-orang Yahudi yang menukar tindakan meninggalkan Rasulullah SAW dengan sihir itu telah mengetahui bahwa mereka tidak akan mendapatkan kebaikan di akhirat. Ibnu Abbas, Mujahid, dan As-Suddi berkata, “Dia tidak akan memiliki bagian di akhirat."
Diriwayatkan dari Qatadah, dia berkata: Dia tidak memiliki hujjah di akhirat di sisi Allah. Al-Hasan berkata: “Dia tidak memiliki agama”. Sa'id meriwayatkan dari Qatadah, (tiadalah baginya keuntungan di akhirat) maknanya adalah sesungguhnya Ahlul Kitab telah mengetahui tentang apa yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka bahwa tukang sihir tidak memiliki penciptaan di akhirat.
Firman Allah SWT, (dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui (102) Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui (103)) Allah berfirman (Wa labi’sa) apa yang mereka tukarankan berupa sihir, sebagai pengganti keimanan dan mengikuti para rasul. Seandainya mereka memiliki pengetahuan tentang apa yang mereka lakukan. (Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik) maknanya yaitu, seandainya mereka beriman kepada Allah, Rasulullah, dan menjaauhi hal-hal yang dilaran maka sungguh pahala dari Allah akan lebih baik bagi mereka daripada apa yang mereka tukar bagi diri mereka sendiri dan mereka senang dengan itu. Sebagaimana Allah SWT berfirman, (Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar"(80)) (Surah Al-Qashash)
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata :
{ رَسُولٞ } Rasul : Bentuk nakirah pada kata rasul untuk mengagungkan, dan yang dimaksud dengan ar-Rasul adalah Muhammad ﷺ, dan sebelumnya adalah Isa ‘alaihissalam.
{ لِّمَا مَعَهُمۡ } Limaa ma’ahum : Pengetahuan mengenai sifat-sifat Rasulullah ﷺ serta penetapan kenabiannya, serta seluruh pokok agama yang ada dalam kitab Taurat.
{ كِتَٰبَ ٱللَّهِ } Kitaaballah : Kitab Taurat. Karena kitab ini menunjukkan kenabian Nabi Muhammad serta kebenaran agama Islam.
{ وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ } waroo’a dzuhuurihim : Mereka berpaling dan tidak menoleh kepada kitab Taurat lagi karena menanggap kitabnya tidak sesuai dengan kekufuran mereka terhadap nabi Muhammad ﷺ. Seakan akan mereka tidak mengetahui isinya, padahal mereka benar-benar mengetahuinya.
Makna ayat :
Dalam ayat 101 Allah Ta’ala mencela sikap para pemuka agama dari kalangan Yahudi yang telah meninggalkan ajaran kitab Taurat, karena mereka melihat bahwa kitab Taurat menetapkan kenabian Muhammad ﷺ . Allah Ta’ala berfirman (وَلَمَّا جَآءَهُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٞ لِّمَا مَعَهُمۡ نَبَذَ فَرِيقٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ كَأَنَّهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ ) “Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)
Pelajaran dari ayat :
• Kitab Taurat merupakan salah satu kitab Allah yang diturunkan kepada hamba dan rasulNya Musa bin Imran ‘alaihissalam
• Besarnya kejahatan orang yang mengingkari kebenaran setelah mengetahuinya, sehingga dia menjadi orang yang seolah-olah tidak mengetahuinya.
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Baqarah ayat 101: Allah mengabarkan bahwasannya yahudi ketika datang Nabi ﷺ kepada mereka yang membenarkan taurat dan kenabian Musa; para ulama mereka mendustakan taurat dan meninggalakan dibelakang mereka karena kesombongan; karena kepada taurat tersebut dikabarkan akan kenabian Muhammad ﷺ . Allah menjelaskan bahwasannya mereka meninggalkan taurat dan menolaknya seolah – olah mereka tidak mengetahui perintah didalamnya berkenaan dengan perintah mengikuti Muhammad ﷺ serta membenarkannya.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada mereka membawa kitab yang membenarkan apa yang ada pada mereka.
Mereka tinggalkan kitab Allah karena sesuai dengan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Yakni mereka seperti orang-orang yang jahil yang tidak mengetahui isi al kitab.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 101
Ayat ini menjelaskan sisi lain dari keburukan orang-orang yahudi. Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari Allah, yakni nabi Muhammad dengan membawa kitab suci yang membenarkan apa yang ada pada mereka, yakni kitab suci, sebagian dari orang-orang yahudi yang diberi kitab taurat melemparkan kitab Allah itu ke belakang punggung, yakni mengabaikan nya sama sekali, seakan-akan mereka tidak tahu yang dilempar nya adalah kitab Allah, padahal mereka sangat mengetahui dan mereka, yakni sebagian pendeta-pendeta yahudi yang meninggalkan taurat, mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan sulaiman. Ketika rasulullah menye butkan sulaiman sebagai seorang nabi, sebagian pendeta yahudi mengatakan, tidakkah kamu heran karena Muhammad mengatakan bahwa sulaiman bin daud adalah nabi, padahal ia adalah seorang tukang sihir' Allah lalu menurunkan ayat yang menyatakan bahwa sulai man itu tidak kafir, tidak pula tukang sihir, tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri babilonia, yaitu harut dan marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan. Sesungguhnya kami hanyalah cobaan yang Allah turunkan bagimu, sebab itu janganlah kafir dan jangan pula kamu mengguna kannya untuk mencelakakan orang lain! maka mereka mempelajari dari keduanya, kedua malaikat itu, apa, yakni sihir yang dapat memisahkan antara seorang suami dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencela kakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli atau menggunakan sihir itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sung guh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah beberapa penjabaran dari beragam ulama terhadap kandungan dan arti surat Al-Baqarah ayat 101 (arab-latin dan artinya), moga-moga memberi kebaikan untuk kita bersama. Bantulah syi'ar kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.