Surat Al-Kahfi Ayat 60

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبْرَحُ حَتَّىٰٓ أَبْلُغَ مَجْمَعَ ٱلْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِىَ حُقُبًا

Arab-Latin: Wa iż qāla mụsā lifatāhu lā abraḥu ḥattā abluga majma'al-baḥraini au amḍiya ḥuqubā

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".

« Al-Kahfi 59Al-Kahfi 61 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Penting Berkaitan Dengan Surat Al-Kahfi Ayat 60

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Kahfi Ayat 60 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam pelajaran penting dari ayat ini. Ditemukan beragam penafsiran dari banyak mufassirun terhadap isi surat Al-Kahfi ayat 60, misalnya seperti tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan ingatlah ketika musa berkata kepada pelayannya, yusya’ bin Nun, ”aku akan tetap meneruskan perjalananku hingga aku sampai pada tempat pertemuan dua lautan. atau aku akan terus berjalan dalam waktu yang lama hingga berjumpa dengan orang yang shalih itu untuk aku timba darinya ilmu yang tidak aku miliki.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

60. Allah menyebutkan kisah Musa dengan Khidhir, ketika Musa berkata kepada pembantunya, Yusya’ bin Nun: “Aku akan terus berjalan hingga sampai di pertemuan dua laut” atau “Aku akan berjalan jauh hingga sampai di tempat itu agar aku dapat bertemu dengan Khidhir yang shalih itu, supaya dia dapat menambah ilmuku darinya”.

Kisah ini dimulai ketika Musa bercakap dengan Bani Israil, kemudian dia ditanya: “Siapa manusia yang paling banyak ilmunya?” Maka Musa menjawab: “Aku”, sehingga Allah mengoloknya karena dia tidak menyatakan bahwa ilmunya itu dari Allah.

Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: “Aku memiliki seorang hamba yang berada di pertemuan dua laut, dia lebih banyak ilmunya darimu.”

Maka Musa bertanya: “Ya Tuhanku, bagaimana aku dapat menemuinya?”

Allah menjawab: “Bawalah ikan dengan keranjang, jika kamu telah kehilangan ikan itu maka itulah tempat yang kamu tuju.”


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

60. Dan ingatlah -wahai Rasul- ketika Musa -'alaihissalām- berkata kepada pelayannya Yūsya' bin Nūn, "Aku tidak akan berhenti berjalan hingga sampai pada tempat pertemuan dua lautan, atau aku akan terus berjalan hingga bertahun-tahun sampai menjumpai hamba yang saleh itu dan aku belajar darinya."


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

60. وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ (Dan (ingatlah) ketika Musa berkata)
Yakni Musa bin Imran, Nabi yang diutus kepada Fir’aun.

لِفَتَىٰهُ(kepada muridnya)
Dia adalah Yusya’ bin Nun, dia selalu menyertai Nabi Musa untuk menimba ilmu darinya dan untuk menjadi pelayannya.

لَآ أَبْرَحُ حَتَّىٰٓ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ(Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua lautan)
Yakni aku akan terus berjalan hingga aku sampai di sana.
Terdapat pendapat mengatakan yang dimaksud dengan dua lautan adalah laut Urdun dan laut Merah, yakni pertemuan antara teluk Suez dan teluk Aqabah. Pendapat lain mengatakan yakni pertemuan antara dua lautan Tangier.

أَوْ أَمْضِىَ حُقُبًا (atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun)
Yakni aku akan berjalan dalam waktu yang sangat lama.
Diriwayatkan bahwa Nabi Musa ditanya: “Siapakah orang yang paling berilmu?” Nabi Musa menjawab: “aku adalah yang paling berilmu.” Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya: “Sesungguhnya orang yang paling berilmu adalah hamba-Ku yang berada di pertemuan dua lautan.”


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

1 ). Imam Bukhori dalam shahihnya pada kitab al-'Ilm memberi judul suatu bab dengan (bab al-Khuruj atau al-Rihlatu wa as-Safar fi Thalabi al-'Ilm) dan beliau mencantumkan dalam bab itu kisah Musa -عليه السلام- tatkala melakukan perjalanan untuk bertemu dengan Nabi Khidr; untuk menimba 'Ilmu kepada beliau, dan ketika itu Khidr sedang berada ditempat yang dimana dua aut yang saling bertemu : { وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبْرَحُ حَتَّىٰٓ أَبْلُغَ مَجْمَعَ ٱلْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِىَ حُقُبًا } "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun" yakni : waktu yang sangat panjang demi mencari dan bertemu Khidr.

2 ). Sesungguhnya apa yang dimaksud Musa sehingga ia bersusah payah melakukan perjalanan panjang dengan kesabaran yang tinggi untuk mengambil Ilmu, padahal posisi Musa sebagai Nabi Allah, menunjukkan kedudukan ilmu yang begitu tinggi, dan tingginya kedudukan orang yang memilikinya, dan besarnya ketawadhuan orang yang diambil darinya ilmu itu.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

60. Ingatlah wahai Nabi ketika Musa bin Imran berkata kepada pembantu dan muridnya Yusya’ bin Nun keturunan Nabi Yusuf: "Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, - yaitu laut Urdun dan Laut Merah, atau pertemuan terusan Suez dengan teluk Uqbah. Dikatakan juga pada titik temu antara Laut putih dan samudera Antlantik- atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun"


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Ketika Musa berkata kepada pembantunya“} pelayannya Yusa’ bin Nun {Aku tidak akan berhenti} Aku akan terus berjalan {sampai ke pertemuan} pertemuan {dua laut atau aku akan berjalan bertahun-tahun”} berjalan sampai waktu yang lama sehingga aku mendapati orang alim ini sehingga aku bisa belajar darinya


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

60. Allah memberitahukan tentang NabiNya,Musa dan kecintaannya kepada kebaikan dan pencarian ilmu, bahwa beliau berkata kepada pemudanya, maksudnya, pelayannya yang menyertainya saat berada di rumah dan dalam perjalanan. Ia adalah Yusya’ bin Nun, Allah menceritakan setelah itu, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan sua belah lautan,” maksudnya aku akan tetap menempuh perjalan meskipun jarak semakin jauh dan kesulitan menghampiriku, sampai aku mencapai tempat pertemuan dua belah lautan. Ia adalah tempat yang sudah diwahyukan (oleh Allah) kepadanya, ‘Bahwa engkau akan menjumpai seorang hamba dari hamba-hamba Allah yang berilmu, dia memiliki ilmu yang tidak engkau punyai’. “Atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun,” maksudnya (sampai) jaraj yang jauh. Maknanya, kerinduan dan keinginanlah yang menyebabkan Musa berkata demikian kepada pelayannya.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 60-65
Penyebab ucapan nabi Musa kepada muridnya yaitu Yusya' bin Nun, adalah pembahasan ini yaitu ketika diceritakan kepada nabi Musa bahwa ada seorang hamba Allah yang tinggal di tempat bertemunya dua laut, dia memiliki ilmu yang tidak dimiliki oleh nabi Musa. Maka nabi Musa ingin berangkat mene­muinya. Jadi nabi Musa berkata kepada muridnya: (Aku tidak akan berhenti) yaitu aku akan terus berjalan (sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan) yaitu di tempat yang menjadi pertemuan dua laut.
Al-Farazdaq berkata, "Mereka tidak berangkat sampai istri-istri mereka bersenang-senang di dataran Dhi Qar, memamerkan bejana kasturi mereka"
Firman Allah (atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun) yaitu sekalipun saya harus berjalan bertahun-tahun.
Ibnu Jarir berkata, sebagian ulama bahasa Arab menyebutkan bahwa “al-huqub” dalam dialek bani Qais adalah satu tahun.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun) bahwa maknannya adalah satu tahun. Hal yang sa­ma juga dikatakan Qatadah dan Ibnu Zaid.
Firman Allah: (Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya) Demikian itu karena murid tersebut diperintahkan untuk membawa ikan yang diasinkan, dan dikatakan kepadanya bahwa ketika kamu kehilangan ikan itu, maka itu di sana. Lalu keduanya berangkat hingga sampai di tempat bertemunya dua laut, Di tempat itu keduanya ter­tidur lelap dan ikan itu terkena percikan air itu, maka ikan bergerak hidup kembali dalam kantong Yusya', lalu melompat dari kantong itu ke laut. Yusya' terbangun, dan ikan itu terjatuh ke dalam laut dan dan ikan menempuh jalannya di dalam laut, sedangkan air yang dilaluinya tidak bersatu lagi melainkan membentuk terowongan. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut (membentuk lubang)) yaitu seperti terowongan dalam tanah.
Firman Allah: (Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh) yaitu tempat yang mereka melupakan ikannya. Kelalaian ini dinisbatkan kepada keduanya, sekalipun yang lupa hanyalah Yusya'. Sebagaimana firman Allah SWT: (Dari keduanya keluar mutiara dan marjan (22)) (Surah Ar-Rahman) Sesungguhnya itu hanya keluar dari salah satu di antara dua lautan
Setelah keduanya berjalan jauh dari tempat yang mereka melalaikan ikan: (Musa berkata) nabi Musa (kepada muridnya.”Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”) yaitu yang mereka berdua melewati tempatnya (Nasaban) adalah letih (Muridnya menjawab, "Tahukah kamu tatkala kita mencari tem­pat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (men­ceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan”) Qatadah berkata bahwa Ibnu Mas’ud membaca (Maa ansaaniihi an adzkurahu illasy-syaithaan) Oleh karena itu Allah berfirman (dan ikan itu mengambil jalannya) jalannya (ke laut dengan cara yang aneh sekali (63) Musa berkata, "Itulah (tempat) yang kita cari”) Itulah tempat yang kita cari (Lalu keduanya kembali) kembali (mengikuti jejak mereka) yaitu jejak mereka (semula) keduanya kembali menelusuri jejak semula menuju tempat tersebut (Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (65)) Inilah nabi Khidhir, sebagaimana yang ditunjukkan hadits-hadits shahih dari Rasulullah SAW
Ibnu Abbas berkata,”Telah bercerita kepada kami Ubay bin Ka'b, dia berkata,”Aku pernah mende­ngar Rasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya nabi Musa berdiri berkhutbah di hadapan Bani Israil, lalu dia bertanya kepada mereka, “Siapakah orang yang paling berilmu?” lalu nabi Musa berkata, “Akulah orangnya" Maka Allah menegurnya karena dia tidak menisbatkan ilmu kepada Allah. Allah menurunkan wahyu kepadanya, "Sesungguhnya Aku mem­punyai seorang hamba yang tinggal di tempat bertemunya dua lautan, dia lebih berilmu daripada kamu" nabi Musa bertanya,"Wahai Tuhanku bagaimanakah caranya aku dapat bertemu dengannya?" Allah SWT berfirman,"Bawalah bersamamu ikan, lalu masukkan ikan itu ke dalam kantung ikan. Ketika kamu merasa kehilangan ikan itu, maka dia di tempat itu" Nabi Musa membawa ikan, lalu memasukkannya ke dalam kantung ikan, dan dia berangkat dengan muridnya Yusya' bin Nun sehingga keduanya sampai di sebuah batu besar, maka keduanya merebah­kan diri dan tertidur. Ikan yang di dalam kantung itu bergerak, lalu keluar da­ri kantung itu dan melompat ke laut. Ikan mengambil jalannya di laut dengan membentuk terowongan. Allah menahan aliran air terhadap ikan itu, sehingga jalan yang dilaluinya seperti liang. Ketika nabi Musa terbangun, muridnya lupa memberitahukan kepadanya tentang ikan itu, bahkan keduanya melanjutkan perjalanan untuk menggenapkan masa dua hari dua malamnya. Pada keesokan harinya nabi Musa bertanya kepada muridnya: (Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini) nabi Musa masih belum merasa letih sehingga setelah melewati tempat yang diperintahkan Allah kepadanya. Muridnya berkata kepadanya (Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakan­nya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut de­ngan cara,yang aneh sekali) dia berkata bahwa ikan itu membentuk liang, sehingga membuat nabi Musa dan muridnya merasa aneh. Lalu nabi Musa berkata: (Itulah (tempat) yang kita cari. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula) Keduanya kembali menelusuri jalan semula, hingga sampailah di batu besar tempat mereka berlindung. Tiba-tiba nabi Musa bertemu dengan seorang laki-laki berpakaian lengkap. Nabi Musa mengucapkan salam kepadanya, dan nabi Khidir menjawab, "Di manakah ada salam di bumimu ini?" Nabi Musa berkata,"Aku adalah Musa" Nabi Khidir bertanya,”Musa Bani Israil?" Nabi Musa menjawab,"Ya" Nabi Musa berkata,"Aku datang kepadamu untuk agar kamu mengajariku petunjuk yang telah kamu pelajari (Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku” (67)) (Surah Al-Kahfi) Wahai Musa, sesungguhnya aku mempunyai ilmu yang telah diajarkan Allah kepadaku, sedangkan kamu tidak mengetahuinya, dan kamu mem­punyai ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu, sedangkan aku tidak mengetahuinya. Nabi Musa berkata: (Insya Allah kamu akan mendapati saya sebagai seorang yang sabar, dan saya tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun) (Surah Al-Kahfi: 69) Nabi Khidhir berkata kepadanya: (Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerang­kannya kepadamu) (Surah Al-Kahfi: 70)
Kemudian keduanya berjalan di tepi pantai, dan menjumpai perahu. Lalu keduanya meminta kepada para pemilik perahu itu agar mengangkut keduanya. Para pemilik perahu mengenal nabi Khidhir, jadi mereka mengangkut keduanya tanpa membayar Ketika keduanya menaiki perahu, nabi Musa terkejut karena tiba-tiba nabi Khidhir memecahkan sebuah papan perahu itu dengan kapak. Lalu nabi Musa berkata kepadanya, "Mereka telah mengangkut kita tanpa membayar, lalu kamu dengan sengaja merusak perahu mereka dengan melubanginya sehingga para penumpangnya tenggelam. Sesungguhnya kamu telah melakukan perbuatan yang ingkar" (Dia (Khidir) berkata, "Bukankah aku telah berkata,”Sesungguh­nya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku” (72) Musa berkata, "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku” (73)) (Surah Al-Kahfi) Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya, bahwa itu adalah pertama kali ini nabi Musa lupa. Kemudian ada seekor burung pipit hinggap di sisi perahu itu, lalu minum air laut itu dengan paruhnya sekali atau dua kali. Lalu nabi Khidir berkata kepada nabi Musa, "Tidaklah ilmuku dan ilmumu diban­dingkan ilmu Allah, melainkan seperti berkurangnya air laut ini dari apa yang diminum burung pipit ini"
Lalu keduanya turun dari perahu itu. Ketika keduanya sedang berjalan di pantai, tiba-tiba nabi Khidhir melihat seorang anak yang sedang bermain dengan beberapa anak lainnya. Lalu nabi Khidhir memegang kepalanya dan mencabutnya dengan tangannya, sehingga anak itu mati. Lalu nabi Musa berkata kepadanya,”(Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia mem­bunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan, sesua­tu yang mungkar" (74) Khidhir berkata,"Bukankah sudah kukata­kan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" (75)) (Surah Al-Kahfi) Ini lebih keras daripada yang pertama, (Musa berkata, "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku" (76) Maka keduanya berjalan; hingga tatkala ke­duanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya menjumpai dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh) (Surah Al-Kahfi) yaitu miring. Lalu nabi Khidhir mengisyaratkan de­ngan tangannya: (maka Khidir menegakkan dinding rumah itu) Lalu nabi Musa berkata,"Mereka adalah kaum yang kita kunjungi, tetapi mereka tidak memberi kita makan dan tidak menjamu kita" ("Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu" (77) Khidhir berkata, "Inilah perpisahan antara aku dan kamu, kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak sabar terhadapnya" (78)) (Surah Al-Kahfi) Lalu Rasulullah SAW bersabda.”Seandainya saja nabi Musa bersabar, sampai Allah menceritakan kisah keduanya kepada kita” Sa'id bin Jubair berkata bahwa Ibnu Abbas membacanya ("Karena di hadapan mere­ka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera yang baik") Dia juga membacanya. ("Adapun anak muda itu adalah orang yang kafir, se­dangkan kedua orang tuanya kedua-duanya adalah orang mukmin")
(kedua orang tuanya mukmin) (Surah Al-Kahfi: 80) dan dia adalah seorang yang ingkar (dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran) (Surah Al-Kahfi: 80) yaitu membuat kedua orang tuanya yang sangat mencintainya mengikuti agamanya (Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak) lain yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu) (Surah Al-Kahfi: 81) sebagaimana firmanNya (Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih) (Surah Al-Kahfi: 74) dan (dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya)) (Surah Al-Kahfi: 81) Keduanya lebih disayangi oleh keduanya daripada anak pertama yang dibunuh nabi Khidhir


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Surat Al-Kahfi ayat 60: Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan tentang Nabi-Nya, yaitu Musa ‘alaihis salam, rasa cintanya kepada kebaikan dan mencari ilmu.

Menurut ahli tafsir, murid Nabi Musa ‘alaihis salam itu adalah Yusya 'bin Nun, di mana ia menemani Nabi Musa ‘alaihis salam, melayaninya dan mengambil ilmu darinya.

Di mana di tempat itu ada seorang hamba Allah yang dalam ilmunya.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Kahfi Ayat 60

Dan ingatlah wahai nabi Muhammad, ketika nabi musa berkata kepada pembantunya yang juga muridnya, aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan terus sampai bertahun-tahun lamanya tanpa henti. Terdapat perbedaan pendapat tentang siapa yang dimaksud dengan pembantu atau murid nabi musa yang disebut dalam ayat ini. Menurut sebagian besar ulama, ia adalah seorang pemuda bernama yusya' bin nun, ia adalah salah seorang dari keturunan nabi yusuf. Ada juga yang berpendapat bahwa pemuda itu itu adalah kemenakan nabi musa, yakni anak saudara perempuannya. Demikian juga terdapat perbedaaan pendapat tentang apa yang dimaksud pertemuan dua laut pada ayat ini. Di antara pendapat itu mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua laut ialah laut merah dan laut putih, dan tempat pertemuan itu ialah danau at-timsah dan danau murrah, yang merupakan pertemuan antara teluk aqabah dan suez di laut merah. Maka ketika mereka, yakni nabi musa dan pembantunya sampai ke suatu tempat yang merupakan pertemuan dua laut itu, mereka lupa ikannya, yaitu bekal yang mereka bawa dalam perjalanan. Ketika keduanya lupa akan bekal yang mereka bawa, lalu ikan itu tiba-tiba hidup kemudian melompat dan mengambil jalannya ke laut itu menceburkan diri dan hilang tak dapat ditemukan lagi. Sungguh menakjubkan peristiwa itu. Persitiwa tersebut merupakan pertanda yang telah diketahui sebelumnya oleh nabi musa bahwa apa yang dituju telah dekat dan yang dicari hampir ditemukan.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikian beberapa penjelasan dari beragam mufassirun berkaitan kandungan dan arti surat Al-Kahfi ayat 60 (arab-latin dan artinya), moga-moga berfaidah bagi kita. Sokong dakwah kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Terbanyak Dicari

Baca ratusan materi yang terbanyak dicari, seperti surat/ayat: Ali ‘Imran 104, Ali ‘Imran 191, Al-Baqarah 284-286, Al-Fatihah 2, Al-Fatihah 1, Yasin 40. Ada juga Assalaamualaikum, Al-A’raf, Luqman 13-14, Yunus 41, Al-Fatihah 7, Al-Baqarah 216.

  1. Ali ‘Imran 104
  2. Ali ‘Imran 191
  3. Al-Baqarah 284-286
  4. Al-Fatihah 2
  5. Al-Fatihah 1
  6. Yasin 40
  7. Assalaamualaikum
  8. Al-A’raf
  9. Luqman 13-14
  10. Yunus 41
  11. Al-Fatihah 7
  12. Al-Baqarah 216

Pencarian: al maidah ayat 19, albaqarah ayat 183, anaziat latin, arab alif lam mim, al mukmin ayat 78

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: