Ayat Tentang Istiqomah

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

أَوْ تَقُولُوا۟ لَوْ أَنَّآ أُنزِلَ عَلَيْنَا ٱلْكِتَٰبُ لَكُنَّآ أَهْدَىٰ مِنْهُمْ ۚ فَقَدْ جَآءَكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَذَّبَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَصَدَفَ عَنْهَا ۗ سَنَجْزِى ٱلَّذِينَ يَصْدِفُونَ عَنْ ءَايَٰتِنَا سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ بِمَا كَانُوا۟ يَصْدِفُونَ

Arab-Latin: au taqụlụ lau annā unzila 'alainal-kitābu lakunnā ahdā min-hum, fa qad jā`akum bayyinatum mir rabbikum wa hudaw wa raḥmah, fa man aẓlamu mim mang każżaba bi`āyātillāhi wa ṣadafa 'an-hā, sanajzillażīna yaṣdifụna 'an āyātinā sū`al-'ażābi bimā kānụ yaṣdifụn

Artinya: Atau agar kamu (tidak) mengatakan: "Sesungguhnya jikalau kitab ini diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk dari mereka". Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya? Kelak Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksa yang buruk, disebabkan mereka selalu berpaling.

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَن يَضِلُّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Arab-Latin: inna rabbaka huwa a'lamu may yaḍillu 'an sabīlih, wa huwa a'lamu bil-muhtadīn

Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang Istiqomah

Terdapat variasi penafsiran dari banyak mufassirin mengenai isi ayat tentang istiqomah, sebagiannya sebagaimana terlampir:

Sesungguhnya tuhanmu, Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang istiqamah dan berada di atas jalan lurus.dan Dia lebih mengetahui siapa dianatara kalian dan diantara mereka siapa saja yang berada di jalan istiqomah dan kebenaran. Tidak ada yang samar bagiNya seorangpun. (Tafsir al-Muyassar)

Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- lebih tahu tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan lebih tahu tentang orang yang mengikuti jalan-Nya. Tidak ada sesuatu pun terkait hal itu yang luput dari pengetahuan-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)

117 Sesungguhnya Tuhanmu wahai nabi, Dialah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang istiqamah dan mendapat petunjuk. (Tafsir al-Wajiz)

فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدُهُم مِّن فَضْلِهِۦ ۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسْتَنكَفُوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

Arab-Latin: fa ammallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti fa yuwaffīhim ujụrahum wa yazīduhum min faḍlih, wa ammallażīnastangkafụ wastakbarụ fa yu'ażżibuhum 'ażāban alīmaw wa lā yajidụna lahum min dụnillāhi waliyyaw wa lā naṣīrā

Artinya: Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah.

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dengan keyakinan,ucapan dan perbuatan,dan istiqomah diatas ajaran syariatNya, maka Allah akan menyempurnakan balasan pahala amal perbuatan mereka, dan menambahkan kepada mereka bagian dari karuniaNYa. Sedangkan orang-orang yang menolak untuk taat kepada Allah dan menyombongkan diri untuk mau menghinakan diri kepadaNya, niscaya Dia akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung bagi mereka yang menyelamatkan mereka dari siksaanNya dan tidak pula penolong yang dapat menolong mereka selain Allah (Tafsir al-Muyassar)

"Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan percaya kepada rasul-rasul-Nya, serta mengerjakan amal saleh secara ikhlas kepada Allah dan sesuai dengan ketentuan syariat-Nya, Allah akan memberikan ganjaran amal perbuatan mereka itu tanpa dikurangi sedikit pun, bahkan Dia akan memberi mereka tambahan dari anugerah dan kebaikan-Nya. Sedangkan orang-orang yang enggan untuk mengabdi maupun patuh kepada-Nya, dan memilih bersikap angkuh dan sombong, Allah akan menghukum mereka dengan azab yang menyakitkan." Dan mereka tidak akan menemukan penolong lain selain Allah, yang dapat mendatangkan keuntungan bagi mereka serta tidak akan menemukan pelindung yang dapat melindungi mereka dari mara bahaya. (Tafsir al-Mukhtashar)

173 Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala amal mereka dan menambah karunia-Nya yang tiada batas untuk mereka. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri dari menyembah Allah, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih sebagai balasan atas kesombongan mereka, dan mereka tidak akan pelindung dan penolong yang kuasa menyelamatkan mereka dari siksa selain Allah. (Tafsir al-Wajiz)

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

Arab-Latin: ṣirāṭallażīna an'amta 'alaihim gairil-magḍụbi 'alaihim wa laḍ-ḍāllīn

Artinya: (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan kepada mereka dari kalangan para nabi, orang-orang yang benar imannya, orang-orang yang mati syahid, orang-orang Shalih. Mereka  itulah orang-orang yang memperoleh Hidayah dan istiqomah. Dan jangan Jadikan kami termasuk orang-orang yang menempuh jalan orang-orang yang dimurkai,yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran namun tidak mengamalkannya. Mereka adalah  orang-orang Yahudi dan orang-orang seperti mereka. Sedangkan orang-orang yang sesat adalah orang-orang yang tidak diberi petunjuk dari kejahilan mereka hingga akibatnya mereka sesat jalan. Mereka adalah orang-orang Nasrani dan orang-orang yang mengikuti jalan hidup mereka. Di dalam doa ini terkandung obat bagi hati seorang muslim dari penyakit pembangkangan,kebodohan dan kesesatan. dan juga terkandung dalil bahwasannya nikmat paling Agung secara mutlak adalah nikmat Islam. Maka barangsiapa yang lebih mengetahui kebenaran dan lebih mengikutinya maka dia lebih pantas meraih Hidayah jalan yang lurus. Dan  tidak ada keraguan bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam adalah  orang-orang yang paling utama meraih hal itu setelah para nabi alaihim salam. maka ayat ini menunjukkan keutamaan dan Agung nya kedudukan mereka. Semoga Allah meridoi mereka. Dan disunnahkan bagi orang yang membaca Alquran dalam sholat untuk mengucapkan “Amin”  setelah membaca surat al-fatihah. dan maknanya adalah  “Ya Allah kabulkanlah doa kami”. dan ia bukan suatu ayat dari surat al-fatihah menurut kesepakatan para ulama oleh karena itu mereka telah bersepakat untuk tidak  menulisnya di dalam mushaf. (Tafsir al-Muyassar)

Jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dari hamba-hamba-Mu berupa hidayah, seperti para Nabi, para ṣiddīqīn (pecinta kebenaran), para syuhada dan orang-orang saleh. Mereka adalah teman terbaik; bukan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang dimurkai, yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran tetapi tidak mau mengikutinya seperti orang-orang Yahudi; dan bukan pula jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang tersesat dari jalan yang benar, yaitu orang-orang yang tidak menemukan jalan yang benar karena keteledoran mereka dalam mencari kebenaran dan mencari petunjuk seperti orang-orang Nasrani. (Tafsir al-Mukhtashar)

Jalannya orang-orang yang Engkau anugerahi nikmat, yaitu para malaikat, para nabi, orang-orang yang membenarkan (agamaMu), orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Bukan (jalannya) mereka yang Engkau murkai, yaitu orang-orang yang karena kesombongannya mereka menyimpang dari jalan kebenaran dan lurus, orang-orang yang karena kebodohannya mereka menjauh dari jalan kebenaran, orang yang mengikuti kepercayaan dan keyakinan selain Islam, orang-orang yang fasik dan orang-orang munafik. ((Amin)) Ya Allah kabulkanlah (doa) kami (Tafsir al-Wajiz)

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ Mereka adalah orang-orang yang disebutkan dalam surat an-Nisa’ ayat 69-70 : “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu dengan Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah (sebagai Dzat yang) Maha mengetahui. غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ Yakni orang-orang Yahudi. وَلَا الضَّالِّينَ Yakni orang-orang Nasrani. Hal ini disebabkan karena orang-orang Yahudi mengetahui kebenaran akan tetapi memeranginya sehingga mereka berhak mendapat kemarahan dari Allah Ta’ala. Sedangkan orang-orang Nasrani memerangi kebenaran disebabkan kebodohan yang ada pada mereka sehingga mereka berada dalam kesesatan yang nyata dalam masalah nabi Isa. Disebutkan dalam hadist yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Aisyah bahwa Rasulullah bersabda: “tidaklah orang-orang Yahudi dengki terhadap sesuatu melebihi kedengkian mereka terhadap salam dan kalimat amin (yang ada dalam Islam)”. Dan makna dari kalimat amin adalah Ya Allah kabulkanlah untuk kami. (Zubdatut Tafsir)

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

Arab-Latin: ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm

Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus,

Tunjukilah dan bimbinglah kami serta berilah Taufik bagi kami menuju jalan yang lurus, teguhkanlah kami di atasnya hingga kami bertemu dengan-Mu kelak. Yaitu agama Islam yang merupakan Jalan yang jelas  yang menyampaikan kepada keridhoan Allah dan kepada surga-Nya yang telah ditunjukkan oleh penutup para Rosul dan Para Nabi Allah, yaitu  Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. maka tidak ada jalan menuju kebahagiaan bagi seorang hamba kecuali dengan Istiqomah di atas jalan tersebut. (Tafsir al-Muyassar)

Tunjukilah kami jalan yang lurus, tuntunlah kami ke sana, dan teguhkanlah kami di atasnya serta tambahkanlah hidayah bagi kami. Arti "aṣ-Ṣirāṭ al-Mustaqīm" adalah jalan yang terang serta tak berkelok, yaitu Islam yang Allah mengutus Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengannya. (Tafsir al-Mukhtashar)

Tuntunlah kami menuju jalan yang lurus, jelas dan tidak menyimpang, yaitu islam dan iman (Tafsir al-Wajiz)

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ Makna dari (الهداية) adalah petunjuk atau pertolongan untuk menjalankan ketaatan; sedangkan permintaan petunjuk dari yang diungkapkan oleh orang yang telah mendapat petunjuk berarti ia meminta tambahan hidayah dari hidayah yang telah ada. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala: “Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (QS. Muhammad : 17) Makna dari (الصراط المستقيم) secara bahasa adalah: jalan yang tidak berbelok; dan yang dimaksud dalam ayat adalah jalan Islam. Dijelaskan dalam hadist yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi dari an-Nawwas bin Sam’an dari Rasulullah SAW beliau Bersabda: “Allah memberikan perumpamaan berupa sirath mustaqim (jalan yang lurus). Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua dinding. Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar. Kemudian di atas setiap pintu terdapat tabir penutup yang tejulur. Dan di atas pintu jalan terdapat penyeru yang berkata, “Wahai sekalian manusia, masuklah kalian semua ke dalam Shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari!” Sementara di bagian dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu mengajak untuk menapaki Shirath, dan jika seseorang hendak membuka pintu-pintu yang berada di sampingnya, maka ia berkata, “Celaka kau! Janganlah sekali-kali membukanya! Karena jika kau membukanya maka kau akan masuk kedalamnya.” Ash-Shirath itu adalah Al-Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan Allah Ta’ala. Sementara pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Dan adapun penyeru di depan Shirath itu adalah Kitabullah (Al-Qur`an) ‘Azza wa Jalla. Sedangkan penyeru dari atas Shirath adalah penasihat Allah (naluri) yang terdapat pada setiap kalbu seorang mukmin.” (Zubdatut Tafsir)

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Arab-Latin: innallażīna qālụ rabbunallāhu ṡummastaqāmụ fa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah.” kemudian mereka berpegang teguh kepada iman tersebut, maka tidak ada ketakutan atas mereka dari kegoncangan dan kengerian Hari Kiamat, mereka juga tidak sedih atas apa yang mereka tinggalkan di belakang mereka dari bagian dunia yang tidak mereka raih. (Tafsir al-Muyassar)

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah, kami tidak mempunyai Rabb lagi selain-Nya.” Kemudian mereka istikamah dalam keimanan dan amal saleh, maka tidak ada ketakutan bagi mereka pada apa yang akan mereka hadapi nanti di Akhirat, dan tidak pula mereka bersedih atas kekayaan dunia yang tidak mereka dapatkan ataupun kekayaan dunia yang mereka tinggalkan. (Tafsir al-Mukhtashar)

Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Tuhan kami adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kemudian mereka tetap istiqamah dalam menjalankan syariat. Mereka menyelaraskan antara tauhid dan taat terhadap syariat. Sehingga tidak ada lagi ketakutan dalam diri mereka terhadap hiruk pikuk hari kiamat. Mereka juga tidak merasa sedih ketika kehilangan segala yang mereka cintai selama di dunia (Tafsir al-Wajiz)

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقٰمُوا۟ (Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah) Mereka mengesakan Allah dan teguh di atas syari’at-Nya. فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita) Yakni mereka tidak takut akan terjerumus ke dalam hal yang tidak mereka harapkan, dan mereka tidak merasa sedih atas terlewatnya hal yang mereka sukai; keadaan mereka ini berlangsung selamanya. (Zubdatut Tafsir)

ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ ٱتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Arab-Latin: ṡumma auḥainā ilaika anittabi' millata ibrāhīma ḥanīfā, wa mā kāna minal-musyrikīn

Artinya: Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Kemudian kami wahyukan kepadamu (wahai rasul), agar kamu mengikuti ajaran islam sebagaimana ibrahim telah mengikutinya dan agar kamu istiqamah (lurus) diatasnya. Dan jangan menyimpang darinya. Sesungguhnya ibrahim bukanlah termasuk orang-orang musyrik yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah. (Tafsir al-Muyassar)

Kami mewahyukan kepadamu -wahai Rasul- agar kamu mengikuti agama Ibrahim dalam Tauhid dan berlepas diri dari orang-orang musyrikin, berdakwah kepada Allah dan mengamalkan syariat-Nya, cenderung dari segala agama menuju agama Islam, dia bukan termasuk orang-orang musyrikin sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang musyrikin, sebaliknya dia adalah orang yang mentauhidkan Allah. (Tafsir al-Mukhtashar)

Lalu Kami mewahyukan kepadamu wahai nabi untuk mengikuti millah (keyakinan) Ibrahim dalam bertauhid dan berdakwah dengan halus, berpaling dari agama lain dan menghadap kepada agama yang benar, beribadah hanya kepada Allah dan tidak termasuk orang-orang musyrik, melainkan menjadi teladan bagi orang-orang yang bertauhid, berbeda dengan anggapan orang-orang Musyrik Quraisy bahwa mereka mengikuti millah Ibrahim (Tafsir al-Wajiz)

ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ (Kemudian Kami wahyukan kepadamu) Disamping derajatmu yang Kami tinggikan, wahai Muhammad. أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرٰهِيمَ(Ikutilah agama Ibrahim) Dalam hal tauhid dan dakwah kepadanya, dan dalam hal berlepas diri dari berhala-berhala, serta dalam memeluk agama Islam dan menjalankan syariatnya kecuali yang telah dinasakh (dihapus/diganti). (Zubdatut Tafsir)

يَكَادُ ٱلْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَٰرَهُمْ ۖ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم مَّشَوْا۟ فِيهِ وَإِذَآ أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا۟ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَٰرِهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Arab-Latin: yakādul-barqu yakhṭafu abṣārahum, kullamā aḍā`a lahum masyau fīhi wa iżā aẓlama 'alaihim qāmụ, walau syā`allāhu lażahaba bisam'ihim wa abṣārihim, innallāha 'alā kulli syai`ing qadīr

Artinya: Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Begitu dekatnya dari dahsyatnya cahaya kilat menyambar pandangan mereka, walaupun  demikian setiap kali  cahaya menerangi mereka, maka mereka berjalan pada cahaya itu,  dan jika cahayanya menghilang maka jalan pun menjadi gelap bagi mereka sehingga mereka menghentikan langkah di tempat mereka . dan seandainya bukan karena Allah menunda siksa bagi mereka pastilah Allah akan mencabut pendengaran dan penglihatan mereka. Dan Allah Maha Kuasa atas hal tersebut di setiap waktu dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Tafsir al-Muyassar)

Kilat itu nyaris membutakan mata mereka karena kuatnya kilauan dan cahayanya. Setiap kali kilat itu muncul dan bersinar mereka bergerak maju. Jika kilat itu tidak menunjukkan sinarnya mereka bertahan di tengah kegelapan dan tidak bisa bergerak. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka dengan kekuasaan-Nya yang mencakup segala sesuatu, sehingga mereka tidak bisa lagi mendengar dan melihat, karena mereka telah berpaling dari kebenaran. Hujan itu adalah perumpamaan bagi Al-Qur`ān, suara petir itu adalah perumpamaan bagi larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan sinar kilat itu adalah perumpamaan bagi kebenaran yang kadang-kadang muncul untuk mereka, sedangkan menutup telinga karena kerasnya suara petir adalah perumpamaan bagi sikap mereka yang berpaling dari kebenaran dan keengganan mereka menerimanya. Titik kesamaan antara orang-orang munafik dan orang-orang yang ada di dalam dua perumpamaan tersebut ialah tidak bisa mengambil manfaat yang ada. Dalam perumpamaan dengan api, orang yang menyalakan api itu tidak mendapatkan manfaat apapun selain kegelapan dan sisa-sisa pembakaran. Sedangkan dalam perumpamaan air, orang-orang yang ditimpa air hujan itu tidak mendapatkan manfaat apa-apa selain petir dan kilat yang membuat mereka ketakutan. Begitu juga dengan orang-orang munafik, mereka tidak melihat apapun di dalam Islam selain kekerasan. (Tafsir al-Mukhtashar)

Orang-orang munafik itu seperti orang yang menerjang petir, mereka berjalan dalam cahaya namun berhenti dalam kegelapan. Ketika kondisi materi keduniaan mereka membaik, mereka mengambil keuntungan dari kenikmatan-kenikmatan itu. Mereka mengumumkan keimanan mereka dan menegakkan Islam. Akan tetapi ketika mereka mendapatkan cobaan, mereka berhenti berjalan, marah, memakai pakaian kafir mereka dan menunjukkan kemunafikan mereka. Dan Allah berkuasa untuk tidak membuat mereka cacat sedikitpun. Apabila berkehendak, niscaya Dia akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka (Tafsir al-Wajiz)

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ (Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka) Yakni hampir-hampir ayat-ayat al-Qur’an yang jelas itu membuka aib-aib para orang munafik كُلَّمَآ اَضَاۤءَ لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ (Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu) Yakni apabila harta dan anak-anak mereka banyak dan mendapatkan harta rampasan perang dan menakhlukkan maka mereka berjalan sambal berkata: sesungguhnya agama Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah agama yang benar. Dan merekapun mencoba untuk istiqamah diatas agama islam. وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا (dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti) Yakni apabila harta mereka musnah dan musibah menimpa mereka, mereka berkata: ini disebabkan oleh agama Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dan merekapun murtad dari agama Allah. (Zubdatut Tafsir)

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوا۟ هَٰذَا ٱلَّذِى رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَٰبِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

Arab-Latin: wa basysyirillażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti anna lahum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hār, kullamā ruziqụ min-hā min ṡamaratir rizqang qālụ hāżallażī ruziqnā ming qablu wa utụ bihī mutasyābihā, wa lahum fīhā azwājum muṭahharatuw wa hum fīhā khālidụn

Artinya: Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.

Dan kabarkanlah -wahai Rosul- kepada orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dengan satu berita yang akan memenuhi hati mereka dengan suka cita, bahwasanya di akhirat kelak mereka akan memperoleh kebun-kebun yang mengagumkan, sungai-sungai akan mengalir di bawah istana-istananya yang menjulang tinggi dan pepohonannya yang rindang. setiap kali Allah memberi rizki kepada mereka berupa sejenis buah yang lezat, mereka berkata “Sungguh Allah telah memberi rizki kepada kami sejenis ini sebelumnya (di dunia).” Ketika memulai menikmatinya, mereka mendapatkan hal yang baru dari rasa dan kelezatannya, walaupun serupa dengan jenis sebelumnya (di dunia) dari segi warna, bentuk dan nama. Di dalam surga mereka juga akan mendapatkan istri-istri yang disucikan dari segala jenis kotoran fisik seperti air kencing, dan haid, serta kotoran maknawi seperti dosa dan kepribadian buruk. Di dalam surga dan kenikmatannya, mereka akan abadi, tidak akan meninggal dan tidak akan keluar darinya. (Tafsir al-Muyassar)

Jika ancaman tersebut di atas diperuntukkan bagi orang-orang kafir, maka berikanlah kabar gembira, wahai Nabi, kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan beramal saleh bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang menyenangkan, yaitu surga yang sungai-sungainya mengalir dari bawah istana-istana dan pohon-pohonnya. Setiap kali mereka disuguhi makanan berupa buah-buahan yang bagus, mereka berkata, “Ini sama seperti buah-buahan yang pernah kita nikmati sebelumnya,” karena buah-buahan itu mirip sekali dengan buah-buahan yang ada di dunia. Mereka diberi hidangan buah-buahan yang bentuk dan namanya mirip dengan buah-buahan yang ada di dunia agar mereka tertarik kepadanya karena merasa sudah mengenalnya. Namun cita rasa dan kelezatannya benar-benar berbeda. Di dalam surga itu mereka mempunyai istri-istri yang bersih dari segala hal menjijikkan yang terbayang di benak penduduk dunia. Mereka hidup dalam kenikmatan abadi yang tidak akan berbatas, berbeda dengan kenikmatan dunia yang serba terbatas. (Tafsir al-Mukhtashar)

Wahai Muhammad! Kabarkanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin yang melakukan amal shalih yang diwajibkan dan hal-hal yang diperintahkan atas mereka dengan kebun-kebun hijau yang di bawah pohon-pohon dan rumah-rumahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali, mereka diberi rejeki buah-buahan yang masak mereka berkata: “Ini serupa dengan rejeki (kami) di dunia dalam kualitas dan kebaikannya. Bagi mereka, rejeki tersebut telah mereka terima sebelumnya dan saling menyerupai satu sama lain dalam warna, ukuran, bentuk, rasa dan baunya. Akan tetapi ketika memakannya, mereka menyadari bahwa rasa buah itu berbeda dengan buah sebelumnya. Dan bagi mereka di dalam surga ada istri-istri yang disucikan dari semua kotoran hati dan moral seperti sesuatu yang keji. Dan mereka bermukim dalam kenikmatan abadi yang tidak ada batasnya (Tafsir al-Wajiz)

وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا (Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman) Makna dari (التبشير) adalah memberi kabar gembira yang menjadikan wajah orang yang diberi kabar terlihat berseri-seri. الصّٰلِحٰتِ (amalan-amalan kebaikan) Yakni amal-amal yang diwajibkan dan disunnahkan kepada mereka yang dikerjakan secara istiqamah. Dan surga dapat diraih dengan keimanan dan amal shaleh. جَنّٰتٍ (surga-surga) Yakni taman-taman. Dan (الجنة) merupakan nama dari tempat pembalasan (orang-orang mukmin) yang terdiri atas taman-taman yang banyak. تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ (yang mengalir sungai-sungai di dalamnya) Yakni mengalir dibawah pohon-pohon surga dan istana-istana. كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ (Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan) Yakni salah satu jenis buah dari berbagai jenisnya. قَالُوْا هٰذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ (mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”) Yakni buah ini mirip dengan buah yang sebelumnya mereka makan, dengan warna yang sama namun ukuran, rasa, dan aromanya berbeda. Sehingga ketika mereka memakannya mereka mendapati rasa buah ini berbeda dari buah sebelumnya. مُتَشَابِهًا (yang serupa) Yakni serupa dari sisi kualitas yang tidak ada kekurangannya. وَلَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ (dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci) Maksud dari istri-istri yang suci adalah mereka tidak mengalami yang biasa dialami para wanita seperti haid, nifas, dan kotoran yang lain. Sedangkan maksud dari kekal adalah kekekalan abadi yang terputus. (Zubdatut Tafsir)

لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Arab-Latin: lā ikrāha fid-dīn, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur biṭ-ṭāgụti wa yu`mim billāhi fa qadistamsaka bil-'urwatil-wuṡqā lanfiṣāma lahā, wallāhu samī'un 'alīm

Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Disebabkan kesempurnaan agama ini dan jelasnya ayat-ayatnya,maka tidak diperlukan tindakan pemaksaan untuk memeluknya, bagi orang-orang yang diambil jizyah darinya. Bukti-bukti petunjuk itu amat nyata, yang dapat menampakkan mana yang haq dan mana yang batil, petunjuk dan kesesatan. Maka barang siapa yang kafir pada semua sesembahan selain Allah dan beriman kepada Allah, sesungguhnya dia telah teguh dan istiqamah di atas jalan terbaik dan teguh dalam beragama dengan memegangi pegangan yang paling kuat yang tidak akan pernah putus. Dan Allah Maha Mendengar ucapan-ucapan hamba-hambaNya, lagi Maha Menegetahui perbuatan-perbuatan mereka dan niat-niat mereka dan akan memberikan balasan kepada mereka sesuai amal perbuatan itu. (Tafsir al-Muyassar)

Tidak ada seorangpun yang berhak memaksa orang lain untuk memeluk agama Islam, karena Islam adalah agama yang benar dan terang, sehingga tidak perlu ada paksaan kepada siapapun untuk memeluknya. Sudah terlihat jelas kebenaran dan kesesatan. Siapa yang ingkar kepada segala sesuatu yang disembah selain Allah dan berlepas diri darinya, kemudian beriman kepada Allah semata, maka dia benar-benar telah berpegang kepada agama dengan sekuat-kuatnya untuk menggapai keselamatan di hari kiamat. Dan Allah Maha mendengar ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui perbuatan mereka, dan akan memberi mereka balasan yang setimpal. (Tafsir al-Mukhtashar)

Tidak ada paksaan untuk masuk Islam. Sungguh telah jelas jalan petunjuk (yaitu jalan keimanan dan hidayah), jalan kesesatan dan kebodohan yang muncul dari keyakinan yang rusak. Maka barangsiapa mengimani keberadaan dan keesaan Allah serta risalah nabi Muhammad SAW, maka sungguh dia telah berpegang teguh pada jalan keselamatan yang penuh hikmah yaitu Islam, yang mana di dalamnya tidak ada kehancuran, melainkan mengandung keselamatan. Dan agama itu menyerupai ikatan kuat yang tidak akan putus. Dan Allah itu Maha Mendengar orang yang beriman dan yakin, lagi Maha Mengetahui kebenaran dan keikhlasannya. Ibnu Abbas berkata: “Ayat ini turun untuk seorang dari kaum Anshar yang memaksa kedua anaknya yang Nasrani untuk masuk Islam, lalu keduanya menolak dan ingin tetap beragama Nasrani. Kemudian turunlah ayat ini” (Tafsir al-Wajiz)

لَآ إِكْرَاهَ فِى الدِّينِ ۖ (Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)) Yakni janganlah kalian memaksa seorang pun untuk memeluk Islam apabila ia membayar Jizyah. Dan disebutkan bahwa kaum Anshar barkata: sebenarnya kami jadikan anak-anak kami memeluk agama Yahudi karena kami melihat agama mereka lebih baik daripada agama kami, lalu Allah mendatangkan kepada kami agama Islam, maka sungguh kami akan memaksa mereka untuk memeluk Islam. Dan ketika turun ayat ini, Rasulullah memberikan pilihan untuk anak-anak mereka dan tidak memaksa mereka untuk memeluk Islam. قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَىِّ ۚ ( sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat) (الرشد) yakni keimanan, sedangkan (الغي) yakni kekufuran. Dan maksud ayat ini adalah salahsatu dari kedua hal ini telah dibedakan dengan jelas. بِالطّٰغُوتِ (kepada Thaghut) Dan thagut yakni dukun, syaitan, berhala, dan seluruh pemimpin kesesatan. وَيُؤْمِنۢ بِاللهِ( dan beriman kepada Allah) Yakni setelah jelas baginya jalan keimanan dan jalan kekufuran. فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ ( maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat) Arti kata (العروة) adalah ujung tali apabila diikat dalam bentuk lingkaran, yang dipakai sebagai pegangan bagi orang yang turun ke sumur atau naik darinya. Adapun yang dimaksud disini adalah wasilah menuju keselamatan. Dan arti dari (الوثقى) adalah ikatan yang kuat yang tak ada yang lebih kuat darinya. لَا انفِصَامَ لَهَا ۗ(yang tidak akan putus) Yakni yang tidak terlepas ikatannya, sehingga tidak binasa orang yang berpegang dengannya, namun orang yang berpegang itu akan sampai ke surga. Dan tidak ada yang tak sampai menuju surga kecuali yang tidak berpegang padanya. (Zubdatut Tafsir)

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikianlah beragam penafsiran dari banyak ulama berkaitan makna dan arti ayat tentang istiqomah (arab, latin, artinya), moga-moga memberi kebaikan untuk ummat. Dukunglah usaha kami dengan memberikan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Link Paling Banyak Dicari

Kami memiliki banyak topik yang paling banyak dicari, seperti surat/ayat: Al-Jin, Al-Ma’idah 8, Ali ‘Imran 97, Ad-Dukhan, Ali ‘Imran 139, Al-Isra 25. Termasuk At-Thalaq, Al-Qamar 49, Al-Baqarah 43, Tentang Al-Quran, Al-Hadid 20, Al-Baqarah 45.

  1. Al-Jin
  2. Al-Ma’idah 8
  3. Ali ‘Imran 97
  4. Ad-Dukhan
  5. Ali ‘Imran 139
  6. Al-Isra 25
  7. At-Thalaq
  8. Al-Qamar 49
  9. Al-Baqarah 43
  10. Tentang Al-Quran
  11. Al-Hadid 20
  12. Al-Baqarah 45

Pencarian: ...

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: