Surat Al-Baqarah Ayat 17

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ ٱلَّذِى ٱسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَآءَتْ مَا حَوْلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِى ظُلُمَٰتٍ لَّا يُبْصِرُونَ

Arab-Latin: Maṡaluhum kamaṡalillażistauqada nārā, fa lammā aḍā`at mā ḥaulahụ żahaballāhu binụrihim wa tarakahum fī ẓulumātil lā yubṣirụn

Artinya: Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

« Al-Baqarah 16Al-Baqarah 18 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Penting Terkait Dengan Surat Al-Baqarah Ayat 17

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 17 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beraneka tafsir penting dari ayat ini. Didapati beraneka penjelasan dari banyak mufassirin mengenai kandungan surat Al-Baqarah ayat 17, antara lain seperti di bawah ini:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Kondisi orang-orang munafik yang beriman secara lahiriyah saja dan tidak secara batiniah terhadap Risalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, kemudian mereka kafir, maka hal itu menyebabkan mereka berjalan tanpa arah dalam gelapnya kesesatan mereka sedang mereka tidak menyadarinya, dan  tidak ada harapan bagi mereka untuk keluar dari kondisi tersebut, menyerupai kondisi sekelompok orang disaat malam gelap gulita. Kemudian salah seorang dari mereka menyalakan api yang besar untuk penghangat badan dan penerangan, ketika api itu telah memancarkan cahaya dengan terang dan menerangi tempat sekitarnya tiba-tiba Api itu padam dan keadaan menjadi gelap gulita, maka orang-orang itu berada dalam kegelapan tanpa bisa melihat apapun dan tidak memperoleh petunjuk menuju suatu arah maupun jalan keluar.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

17-18. Keadaan orang-orang munafik saat mengaku sebagai orang Islam seperti keadaan orang yang sebelumnya berada dalam malam yang gelap gulita kemudian berusaha mencari cahaya, setelah ia mendapatkannya ia menyinari sekitar dan mendapat manfaat dari cahaya itu sebentar saja karena cahaya itu kemudian redup, sehingga ia kembali ke dalam kegelapan; selain itu ia juga tuli, bisu, dan buta, sehingga ia tidak dapat kembali kepada keimanan.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

17. Allah membuat dua perumpamaan untuk orang-orang munafik itu, yaitu perumpamaan api dan perumpamaan air. Perumpamaan api maksudnya ialah mereka itu seperti orang yang menyalakan api untuk menerangi sekelilingnya. Setelah api menyala dan ia mengira akan mendapatkan manfaat dari sinarnya, tiba-tiba api itu padam, cahayanya pun lenyap, dan yang tersisa hanyalah bekas pembakarannya. Sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya berada di dalam kegelapan, tidak bisa melihat apa-apa dan tidak mengetahui jalan yang benar.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

17. مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًا (Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api)
Diriwayatkan dari Ibnu abbas dan beberapa sahabat yang lain tentang ayat ini, mereka berkata: “ketika Rasulullah datang berhijrah ke Madinah, sekelompok orang masuk islam akan tetapi kemudian timbul dihati mereka kenifakan. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang berada di kegelapan kemudian menyalakan api yang lalu menyinari mereka dari hal-hal yang mungkin bisa menyakiti, merekapun dapat melihat dengan jelas sehingga dapat berhati-hati. Namun ketika dalam keadaan itu tiba-tiba api mereka padam sehingga tidak dapat mengetahui bahaya yang harus mereka hindari. Demikian pulalah keadaan pada munafik yang dulunya berada dalam gelapnya kesesatan lalu mereka memeluk islam, merekapun dapat membedakan halal dan haram, yang baik dan buruk. Namun ketika mereka dalam keadaan itu tiba-tiba mereka keluar islam sehingga tidak mengetahui yang halal dan yang haram, yang baik dan yang buruk.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

1 ). Amtsal atau Perumpamaan-perumpamaan yang tertera dalam al-Qur'an dapat dibagi menjadi dua bagian : bagian amtsal Musarahah, ialah yang didalamnya dijelaskan dengan lafaz matsal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amtsal seperti ini banyak ditemukan dalam al-Quran, diantaranya firman Allah mengenai orang munafik : { مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًا } , dan amtsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamsil (pemisalan) seperti : { كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ } "(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan pengikut Fir‘aun", dan ayat ini terdapat di tiga tempat dalam al-Qur'an, dan perkataan Yusuf : { أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ } "manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?" [ Yusuf : 39 ].

2 ). Perhatikanlah firman Allah ini tentang orang-orang munafiq : { ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ } bagaimana Allah mengatakan { بِنُورِهِمْ } dengan bentuk kata tunggal, kemudian tatkala Ia menyebut { ظُلُمَاتٍ } berubah menjadi bentuk kata jamak; karena sesungguhnya kebenaran itu hanya satu yaitu ( Shirot al-Mustaqim ) berbeda dengan jalan-jalan kebathilan, sesungguhnya ia sangatlah banyak dan bercabang-cabang, oleh karena itu Allah menggunakan bentuk tunggal untuk suatu kebenaran dan bentuk jamak pada sesuatu yang bathil sebagaimana yang juga dikatakan dalam firman-Nya : { اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ }.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Perumpamaan orang-orang munafik tersebut ketika mengumumkan bahwa mereka adalah orang Islam yaitu seperti orang yang menyalakan api yang dia manfaatkan dengan teman-temannya untuk penerangan. Ketika api itu telah menerangi mereka, api itu padam dan menjadikan sekitar mereka gelap. Allah menghilangkan cahaya mereka dan meninggalkan mereka dalam keadaan saling bertenngkar dalam gelapnya keraguan dan kemunafikan. Mereka tidak (mampu) melihat jalan kebenaran dan tidak (bisa) mengetahui kebaikan daripada keburukan


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Perumpamaan mereka itu} perumpamaan orang-orang munafik itu {seperti orang yang menyalakan} menyalakan {api. Setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan sehingga mereka tidak dapat melihat


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

17.Maksudnya, perumpamaan mereka yang sesuai dengan kondisi mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, yakni seperti seorang yang berada dalam kegelapan yang pekat, dan sangat membutuhkan api, lalu api dinyalakan dari orang lain, dan ia sendiri tidak memiliki persiapan, akan tetapi di luar kesiapannya, dan ketika api itu telah menerangi sekitarnya, dan ia mampu melihat tempat dimana ia berada dan segala yang ia rasakan berupa kekhawatiran, ia menenangkan diri dan memanfaatkan api tersebut, lalu tenanglah pandangannya, dan ia mengira bahwa ia menguasai kondisi itu, lalu ketika ia berada dalam kondisi seperti itu, Allah memadamkan cahayanya hingga hilanglah cahaya dari api itu dan lenyaplah kebahagiaannya, lalu ia berada kembali dalam kegelapan yang pekat sedangkan api masih menyala-nyala namun telah hilang cahaya darinya dan tinggallah padanya api yang menyala-nyala, dan ia berada dalam kegelapan yang bermacam-macam; kegelapan malam, kegelapan awan, kegelapan hujan, dan kegelapan yang terjadi setelah adanya cahaya, maka bagaimanakah kondisi orang yang seperti ini? Demikianlah juga orang-orang munafik yang menyalakan api keimanan dari kaum Mukminin namun tidak menjadi ciri bagi mereka, mereka menjadikannya penerangan untuk sementara waktu dan memanfaatkannya, hingga terjagalah darah mereka dan selamatlah harta mereka, serta mereka mendapatkan suatu keamanan di muka bumi ini, lalu ketika mereka dalam kondisi seperti ini, tiba-tiba kematian menyergap mereka, dan menghentikan pemanfaatan mereka terhadap cahaya tersebut, hingga terjadilah kegundahan, kebimbangan, dan siksaan, dan mereka mendapatkan kegelapan kubur, kegelapan kekufuran, kegelapan kemunafikan, dan kegelapan kemaksiatan dengan segala perbedaan coraknya, lalu kemudian setelah itu kegelapan api neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Dikatakan “Matsalun”, “Mitslun”, dan “Matsiilun” juga. Bentuk jamaknya adalah “Amtsal”. Allah SWT berfirman, (Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu (43)) (Surah Al-Ankabut).
Makna dari perumpamaan ini yaitu bahwa Allah telah menyamakan mereka dalam membeli kesesatan dengan petunjuk dan penggambaran mereka setelah mendapat penglihatan (petunjuk) menuju kebutaan (kesesatan) dengan orang yang menyalakan api. Saat api itu menyinari sekelilingnya, lalu dia memperoleh manfaat darinya dan dapat melihat apa yang ada di sisi kanan dan kiri serta merasa nyaman dengan cahaya itu. Kami menerangkan seperti itu yaitu ketika api itu padam, dia berada dalam gelap gulita, tidak dapat melihat dan tidak mendapat petunjuk, dan bersamaan dengan kondisi itu, dia tuli, tidak mendengar, bisu, tidak berbicara, dan buta bahkan jika ada cahaya pun, dia tidak bisa melihat; karena itu, dia tidak kembali kepada keadaan sebelumnya. Begitu pula orang-orang munafik dalam mengganti petunjuk dengan kesesatan, dan lebih menyukai kesesatan daripada petunjuk.
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa mereka telah beriman kemudian kembali kafir, sebagaimana yang diberitahukan oleh Allah SWT tentang mereka di ayat lain. Hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Apa yang telah kami sebutkan ini juga telah diriwayatkan oleh Fakhruddin Ar-Razi dalam kitab tafsirnya dari As-Suddi, kemudian dia berkata: “Penyerupaan di sini menunjukkan sesuatu yang benar, karena dengan keimanan mereka saat pertama kali, mereka memperoleh cahaya, kemudian dengan kemunafikan mereka, mereka menghilangkan cahaya itu dan terjerumus dalam kebingungan yang besar; karena tidak ada kebingungan yang lebih besar daripada kebingungan tentang agama.
Ibnu Jarir menganggap bahwa perumpamaan untuk mereka di sini adalah bahwa mereka tidak beriman pada satu waktu, dan dia berdalil dengan firman Allah SWT: (Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman (8)) [Surah Al-Baqarah]
Yang benar yaitu bahwa ayat ini merupakan pemberitahuan tentang kemunafikan dan kekafiran mereka. Hal ini juga tidak menafikan bahwa mereka pernah memiliki iman, kemudian direnggut, dan hati mereka dikunci mati. Ibnu Jarir tidak menyebutkan ayat ini di sini, yaitu firman Allah: (Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti) [Surah Al-Munafiqun: 3]. Oleh karena itu, perumpamaan ini menunjukkan bahwa mereka telah menyinari diri mereka dengan kata iman yang mereka tunjukkan di dunia, kemudian mereka diliputi oleh kegelapan di hari kiamat. Dia berkata,”Perumpamaan yang menunjukkan makna jamak dengan menggunakan bentuk mufrad ini benar, sebagaimana Allah SWT berfirman: (kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati) [Surah Al-Ahzab: 19] maknanya yaitu seperti melihat dengan mata berputar-putar seperti orang pingsan karena akan mati. Allah SWT juga berfirman: (Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja) [Luqman: 28]. Allah SWT juga berfirman: (Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal) [Surah Al-Jumu'ah: 5]
Sebagian ulama’ berkata, “Makna kalimat tersebut, yaitu (perumpamaan cerita mereka itu seperti cerita orang yang menyalakan api)
Sebagian ulama’ juga berkata bahwa orang yang menyalakan api ini adalah satu orang untuk (menerangi) sekelompok orang yang bersamanya. Sebagian ulama’ lainnya bekata bahwa kata (Alladzi) di sini bermana (Alladzina) sebagaimana yang dikatakan seorang penyair:
Dan sesungguhnya orang-orang yang sudah dekat waktunya untuk memancarkan darahnya, itu adalah semua orang, wahai Ummu Khalid.
Saya berkata,” Sungguh kata petunjuk untuk satu orang dalam perumpamaan init beralih ke bentuk jamak dalam firmanNya: (Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat (17) Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar (18)). Ini adalah ungkapan yang lebih terang dan susunan yang lebih jelas.
Firman Allah SWT: (Allah menhilangkan cahaya mereka) maknanya yaitu Allah menghilangkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka, yaitu cahaya, dan membiarkan hal-hal yang merugikan mereka, yaitu kebakaran dan asap.
Dan firmanNya (dan membiarkan mereka dalam kegelapan) maknanya yaitu tempat yang mereka tinggali yaitu keraguan, kekufuran dan kemunafikan. (Mereka tidak melihat) maknanya adalah mereka tidak mendapatkan petunjuk menuju jalan kebaikan dan mereka tidak mengetahuinya. Dan mereka terhadap jalan kebaikan itu (tuli) tidak mendengar kebaikan (bisu) tidak membicarakan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, dan (buta) dalam kesesatan, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.) [Surah Al-Hajj: 46]. Karena itulah mereka tidak kembali kepada petunjuk yang mereka tukar dengan kesesatan.
Disebutkan pendapat-pendapat dari para mufasir terdahulu sebagaimana yang kita sebutkan:
Mujahid berkata: makna (maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya) yaitu bahwa cahaya api karena penerimaan mereka terhadap orang-orang mukmin dan petunjuk.
'Atha’ Al-Khurasani berpendapat tentang firman Allah SWT: (Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api), dia berkata bahwa perumpamaan orang munafik ini kadang-kadang bisa melihat dan kadang-kadang menetahui, kemudian dia diliputi kebutaan hati.
Ibnu Abi Hatim berkata,”Diriwayatkan dari 'Ikrimah, Al-Hasan, As-Suddi, dan Ar-Rabi' bin Anas, bahwa pendapatnya serupa dengan pendapat yang dikatakan oleh 'Atha’ Al-Khurasani
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata tentang firmanA Allah SWT: (Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api ...) hingga akhir ayat; bahwa ini adalah gambaran tentang orang-orang munafik. Mereka telah beriman sehingga cahaya keimanan itu menyinari hati mereka, sebagaimana cahaya api menyinari orang-orang yang menyalakan (api). Kemudian mereka ingkar, maka Allah merenggut cahaya itu dari mereka, sebagaimana cahaya api ini lenyap, lalu Dia membiarkan mereka dalam kegelapan tanpa bisa melihat.
Adapun ungkapan Ibnu Jarir itu mirip dengan apa yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas tentang firman Allah SWT: (Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api). Dia berkata, “Ini adalah perumpamaan yang dibuat Allah untuk orang-orang munafik bahwa sesungguhnya mereka merasa bangga dengan Islam, lalu mereka menikah dengan orang-orang muslim, mendapatkan bagian warisan mereka, dan berbagi rampasan perang. Namun, lalu ketika mereka mati, Allah mencabut kemuliaan itu dari mereka, sebagaimana orang yang menyalakan api itu mencabut cahayanya.
Dan Abu Ja'far Ar-Razi mengutip dari Ar-Rabi' bin Anas dari Abu Al-'Aliyah tentang makna ayat (Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api) yaitu bahwa cahaya api itu adalah sesuatu yang mereka nyalakan, dan ketika api itu padam, cahayanya hilang. Begitu juga orang munafik, setiap kali mereka mengucapkan kalimat “La ilaha illallah”, cahaya akan menyinarinya. Lalu jika mereka ragu, mereka jatuh dalam kegelapan.
Ad-Dahhak mengatakan berpendapat tentang ayat (Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka) bahwa makna kata “Amma nuruhum ” adalah iman yang mereka ucapkan.
Dari Qatadah bahwa makna (Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya) itu adalah kalimat “La ilaha illallah” yang telah menyinari mereka. Lalu dengan cahaya itu, mereka makan-minum, merasakan keamanan, menikahi perempuan, dan menumpahkan darah mereka, hingga ketika mereka mati, Allah mencabut cahaya mereka dan meninggalkan mereka dalam kegelapan tanpa bisa melihat
Sa’id meriwayatkan dari Qatadah tentang ayat ini, yaitu ketika seorang munafik mengucapkan “La ilaha illallah”, maka cahaya menyinari mereka di dunia. Lalu dengan kalimat itu, mereka menikahi orang-orang muslim, berperang bersama mereka, mewarisi harta mereka, serta menumpahkan darah dan harta mereka. Lalu, ketika berada di ambang kematian, cahaya itu dicabut dari orang munafik. Hal itu karena sebenarnya kalimat itu tidak memiliki akar dalam hati mereka dan tidak memiliki makna yang hakiki dalam amal perbuatan mereka.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat (dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat), bahwa maknanya adalah mereka akan menerima siksa ketika mati.
Dari Ibnu Abbas berkata bahwa "(dan membiarkan mereka dalam kegelapan)" maknanya yaitu mereka bisa melihat kebenaran dan mengakuinya. sampai mereka keluar dari kegelapan dari kekafiran, lalu mereka memadamkan cahaya itu dengan kekafiran dan kemunafikan mereka, kemudian mereka dibiarkan dalam kegelapan dari kekafiran, di mana mereka tidak dapat melihat petunjuk dan tidak bisa berpegang pada kebenaran.
Dari Ibnu Abbas berkata bahwa (Mereka tuli, bisu dan buta) maknanya yaitu merekamereka tidak mendengarkan, tidak melihat, dan tidak memahami kebenaran. Demikian pula pendapat Abu Al-‘Aliyah dan Qatadah bin Di'amah.
Terkait ayat (maka tidaklah mereka akan kembali) Ibnu Abbas berkata: maknanya yaitu bahwa mereka tidak kembali kepada petunjuk. Demikian pula pendapat Ar-Rabi' bin Anas.
Qatadah berkata, makna (maka tidaklah mereka akan kembali) yaitu mereka tidak bertaubat, dan tidak mengingat


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi

Makna kata :
مَثَلُهُمۡ matsaluhum artinya keadaan mereka
ٱسۡتَوۡقَدَ نَارٗا maknanya menyalakan api.

Makna ayat :
Permisalan orang-orang munafik yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran dalam hatinya, seperti orang yang menyalakan api untuk menerangi sekelilingnya dan mendapat sedikit manfaat dari penerangan tersebut Allah menghilangkan cahaya dan meninggalkan mereka dalam gelap gulita tidak bisa melihat. Karena keimanan mereka secara dhohir hanya bisa menjaga darah, harta, serta anak istri agar tidak menjadi tawanan atau dibunuh, sedangkan dengan ada kekufuran yang mereka sembunyikan ketika mati akan masuk ke dalam neraka sehingga mereka rugi sampai dirinya sendiri. Inilah perumpamaan yang dikandung oleh ayat 17.

Pelajaran dari ayat :
Merupakan hal yang bagus untuk menjelaskan sesuatu dengan memberikan permisalan (analogi) untuk memudahkan pemahaman ke dalam pikiran.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Baqarah ayat 17: Allah menyerupakan suatu kaum dari golongan orang-orang yang munafik dengan keadaan yang sangat gelap. Kemudian orang munafik tersebut meminta untuk diterangi dengan cahaya sebagai petunjuk baginya ; maka ketika diterangi apa yang ada di sekitarnya dan diberikan ketenangan serta kebahagiaan , Allah padamkan api tersebut ; maka yang tersisa adalah kegelapan yang ia tidak melihat sesuatu apapun, tidak juga terdapat petunjuk menuju jalan serta tempat keluar ; begitu juga mereka orang-orang yang munafik yang mereka beriman secara dzahir dan kemudian menyembunyikan keimanannya untuk menjaga harta-harta mereka , mereka kufur secara batin sehingga mereka menjadi orang-orang yang berada di dalam kegelapan karena sebab kekufuran , kesesatan , kemunafikan serta kemaksiatan ; maka ketika datang kepada mereka kematian, datang pula kegelapan dalam kubur mereka, dan setelahnya mereka berada di dalam kegelapan neraka .


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas. Mereka terombang-ambing dalam gelapnya kesesatan namun mereka tidak sadar dan tidak ada harapan lagi untuk keluar daripadanya tidak ubahnya seperti sebuah rombongan yang berada di malam yang gelap, di mana salah seorang di antara mereka menyalakan api yang besar untuk penerangan dan menghangatkan badan. Ketika api telah membesar dan menerangi sekelilingnya, saat itu juga api pun padam sehingga mereka kebingungan tidak dapat melihat apa-apa dan tidak mengetahui jalan.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 17

Perumpamaan keadaan mereka orang-orang munafik yang sungguh mengherankan itu seperti keadaan yang aneh dari orang-orang yang menyalakan api. Setelah api itu menerangi apa-apa yang ada di sekelilingnya dan memberikan kehangatan, rasa nyaman, dan manfaat lainnya bagi mereka, tiba-tiba Allah melenyapkan cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan yang kelam, tidak dapat melihat suatu apa pun. Allah telah memberikan kepada mereka petunjuk kebenaran, tetapi mereka tidak berpegang teguh pada petunjuk tersebut, sehingga mata mereka menjadi tertutup, dan mereka pantas berada dalam kebimbangan dan kesesatan. Mereka seperti orang tuli, sebab mereka telah kehilangan fungsi pendengaran dengan tidak mengikuti kebenaran yang didengar. Mereka juga seperti orang bisu karena tidak mengucapkan kebenaran oleh sebab hati mereka tertutup, sehingga tidak tergerak melakukan itu. Dan mereka juga seperti orang buta, karena kehilangan fungsi penglihatan, baik melalui mata kepala (bashar) ataupun mata hati (bashirah), dengan tidak mengambil pelajaran dari hal-hal yang mereka lihat, sehingga pada akhirnya mereka tidak dapat kembali dari kesesatan itu kepada kebenaran yang telah mereka jual dan tinggalkan.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah beraneka penafsiran dari kalangan ulama tafsir berkaitan isi dan arti surat Al-Baqarah ayat 17 (arab-latin dan artinya), moga-moga bermanfaat bagi kita. Sokong dakwah kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Konten Sering Dibaca

Terdapat ratusan konten yang sering dibaca, seperti surat/ayat: Ali ‘Imran 104, Al-A’raf, Al-Fatihah 7, Al-Fatihah 1, Al-Fatihah 2, Al-Baqarah 284-286. Termasuk Ali ‘Imran 191, Yasin 40, Yunus 41, Al-Baqarah 216, Luqman 13-14, Assalaamualaikum.

  1. Ali ‘Imran 104
  2. Al-A’raf
  3. Al-Fatihah 7
  4. Al-Fatihah 1
  5. Al-Fatihah 2
  6. Al-Baqarah 284-286
  7. Ali ‘Imran 191
  8. Yasin 40
  9. Yunus 41
  10. Al-Baqarah 216
  11. Luqman 13-14
  12. Assalaamualaikum

Pencarian: surah al baqarah 216, lafal al 'ashr ayat 2 berbunyi, al-baqarah ayat 208, al imron 103, ma wadda aka rabbuka wamaa qalaa artinya

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.