Surat Al-Ma’idah Ayat 104
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا۟ إِلَىٰ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَإِلَى ٱلرَّسُولِ قَالُوا۟ حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۚ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ
Arab-Latin: Wa iżā qīla lahum ta'ālau ilā mā anzalallāhu wa ilar-rasụli qālụ ḥasbunā mā wajadnā 'alaihi ābā`anā, a walau kāna ābā`uhum lā ya'lamụna syai`aw wa lā yahtadụn
Artinya: Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.
« Al-Ma'idah 103 ✵ Al-Ma'idah 105 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Berharga Terkait Dengan Surat Al-Ma’idah Ayat 104
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ma’idah Ayat 104 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan pelajaran berharga dari ayat ini. Didapati sekumpulan penafsiran dari para ahli ilmu berkaitan makna surat Al-Ma’idah ayat 104, antara lain seperti tertera:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan apabila dikatakan kepada orang-orang kafir yang mengharamkan apa yang Allah halalkan, ”kemarilah kalian kepada wahyu yang diturunkan Allah dan kepada rasulNya, supaya menjadi jelas bagi kalian mana yang halal dan mana yang haram”, mereka menjawab, ”cukuplah bagi kami apa yang kami warisi dari bapak-bapak moyang kami berupa ucapan dan perbuatan.” Apakah mereka akan tetap berkata begitu, meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui apapun. Maksudnya, tidak memahami kebenaran dan tidak mengenalinya, serta tidak memperoleh petunjuk ke arahnya? Bagaimana mungkin orang-orang itu mengikuti mereka, sedangkan kondisi mereka seperti ini? sesungguhnya tidaklah ada yang mengikuti mereka, kecuali orang yang paling bodoh dari mereka dan orang yang paling sesat jalannya.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
104. jika orang-orang musyrik itu diajak menuju apa yang Allah turunkan dan apa yang Rasulullah syariatkan, mereka membalas ajakan itu dengan keji: "Cukuplah bagi kami perkataan dan perbuatan yang kami dapatkan dari nenek moyang kami."
Bagaimana mereka mengatakan hal itu padahal nenek moyang mereka tidak menggunakan akal mereka, tidak mengetahui kebenaran, tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang batil, dan tidak mendapat petunjuk menuju jalan yang benar?
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
104. Jika orang-orang yang berdusta atas nama Allah dengan mengharamkan beberapa jenis hewan ternak itu diseru, “Mari mengikuti Al-Qur`ān yang diturunkan oleh Allah dan mengikuti sunah Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, agar kalian mengetahui mana yang halal dan mana yang haram,” mereka menjawab, “Kami cukup mengikuti keyakinan, ucapan dan perbuatan yang kami terima dan kami warisi dari para leluhur kami.” Bagaimana mungkin itu cukup bagi mereka, sedangkan para leluhur mereka tidak tahu apa-apa dan tidak mengetahui jalan yang benar? Jadi, tidak ada yang mau mengikuti mereka kecuali orang yang lebih bodoh dari mereka dan lebih tersesat jalannya. Mereka adalah orang-orang bodoh dan tersesat.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
104. قَالُوا۟ حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۚ (Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak)
Yakni mereka berkata “kami tidak akan beriman kepada al-qur’an dan Rasul, dan cukup bagi kami agama nenek moyang kami”.
أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ (Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?)
Yakni apakah mereka akan tetap berada diatas agama nenek moyang mereka, meskipun nenek moyang mereka adalah orang-orang yang tak berilmu dan sesat. Maka sesungguhnya tidak patut seseorang tetap berada diatas apa yang mereka dapati dari manusia hanya karena hal seperti itu, terutama apabila telah jelas kesalahan didalamnya atau menyelisihi al-qur’an atau sunnah Rasul.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
104. Dan jika dikatakan kepada orang-orang musyrik : “Mari menerapkan hukum-hukum Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah dan mengikuti rasulullah yang menyampaikan hukum-hukum tersebut”, mereka akan berkata: “Kami tidak akan beriman kepada Al-Qur’an dan rasulullah, Cukuplah bagi kami, agama bapak-bapak kami” Lalu Allah membalas mereka: “Apakah mereka akan tetap mengikuti agama bapak-bapak mereka, meskipun mereka (bapak-bapak mereka) itu tidak tahu, tersesat, dan tidak mengerti hakikat halal-haram serta tidak mendapat petunjuk menuju jalan kebenaran?!”
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti sesuatu yang Allah turunkan dan (mengikuti) Rasul,” mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami} cukuplah bagi kami {apa yang kami dapati pada nenek moyang kami.” Apakah walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun dan tidak mendapat petunjuk
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
104. Walaupun begitu mereka mengagumi pendapat mereka yang di dasarkan kepada kebodohan dan kezhaliman. Jika mereka di ajak “ mengikuti apa yang di turunkan Allah dan mengikuti Rasul,” mereka berpaling dan menolak dan “ mereka menjawab, ‘ Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakanNya’.” Maksudnya, agama, walaupun itu adalah agama yang tidak benar, agama yang tidak menyelamatkan dari azab Allah. Seandainya bapak-bapak mereka memiliki pengetahuan dan ilmu yang memadai, niscaya perkaranya menjadi mudah, akan tetapi bapak-bapak mereka tidak mengerti apa pun; artinya mereka tidak memiliki sedikit pun akal, ilmu, dan petunjuk. Celakalah orang yang mengekor kepada orang yang tidak memiliki ilmu yang benar dan akal yang sehat dan meninggalkan apa yang di turunkan oleh Allah serta menolak mengikuti RasulNya yang mengisi hati dengan iman, hidayah, dan keyakinan yang penuh.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 103-104
Diriwayatkan dari Sa'id bin Al-Musayyib, dia berkata “”Al-bahirah” adalah unta yang air susunya peruntukkan hanya untuk para berhala, jadi tidak ada seorang pun yang memerahnya. “Saibah” adalah unta yang mereka lepaskan untuk berhala-berhala mereka, dan tidak boleh digunakan untuk mengangkut apapun. Sa’id bin Al-Musayyib berkata,”Abu Hurairah berkata,”Rasulullah SAW bersabda: “Aku melihat Amr bin Amir Al-Khuza'i menyeret isi perutnya di neraka, dia adalah orang yang pertama mengadakan peraturan hewan saibah” , “Al-wasilah” adalah unta betina yang dilahirkan oleh induknya sebagai anak pertama, kemudian anak keduanya betina juga. Mereka menjadikannya sebagai unta “saibah”, mereka membiarkannya untuk berhala-berhala mereka, jika keduanya tidak terhubung satu sama lain dan tidak ada unta jantan antara keduanya.
“Al-ham” adalah unta jantan yang menghamili beberapa unta betina. Jika telah mencapai jumlah yang ditentukan, maka mereka mempersembahkannya untuk berhala mereka dan membebaskannya dari beban, sehingga tidak membawa beban apa pun, dan mereka menamainya “Al-Haamii”. Demikian juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dan An-Nasa’i dari hadits Ibrahim bin Sa'd.
Amr di sini adalah Ibnu Luhay bin Qum'ah, salah seorang pemimpin Khuza'ah yang mengurus Baitullah setelah dosa yang mereka perbuat. Dia adalah orang yang pertama mengubah agama nabi Ibrahim, lalu memasukkan berhala-berhala ke Hijaz dan menyerukan kepada para penggembala untuk menyembah dan mendekatkan diri kepada berhala-berhala itu, dan mensyariatkan kepada mereka peraturan-peraturan Jahiliah tentang hewan ternak dan lainnya, sebagaimana yang disebutkan Allah di dalam surah Al-An'am melalui firmanNya: (Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah), sampai akhir beberapa ayat terkait hal itu.
Adapun “Al-bahirah”, Ali bin Abi Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa itu adalah unta betina yang telah berhasil melahirkan lima ekor anak, dan mereka melihat anak yang kelima. jika jantan, maka mereka menyembelihnya, lalu kaum laki-laki yang memakannya, bukan perempuan. Jika betina, mereka akan memotong telinganya, dan berkata,"Ini adalah “bahirah"
Adapun “Al-Saibah”, Mujahid berkata,” Itu adalah kambing yang penjelasannya seperti bahirah, Akan tetapi saibah yang dia maksud adalah kambing betina yang melahirkan enam ekor anak betina. Apabila kambing itu melahirkan anak yang ketujuh dengan anak kambing jantan, baik satu maupun dua jantan, maka mereka menyembelihnya, lalu lalu kaum laki-laki yang memakannya, bukan perempuan.
Adapun “Al-Wasilah” Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yaitu domba betina yang telah melahirkan tujuh ekor anak. Mereka melihat anak yang ketujuh, jika itu jantan atau betina dan dalam keadaan mati, maka itu akan dimakan oleh kaum laki-laki dan perempuan. Jika betina, maka mereka membiarkannya hidup. Jika kembar jantan dan betina, maka mereka membiarkan keduanya hidup; dan mereka berkata anak yang betina terhubung dengan anak yang jantan, jadi itu diharamkan bagi kita. Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Adapun “Al-Ham”, Ibnu Abbas berkata,“ “Al-Ham” adalah unta jantan. Jika anak dari unta jantan itu mempunyai anak, mereka berkata,”Unta ini memelihara punggungnya, dan mereka tidak membebaninya dengan dengan hal apa pun pada punggungnya, tidak memotong bulunya, dan tidak menghalanginya dari tempat penggembalaan yang terlarang dan tempat minumnya, sekalipun tempat minum itu bukan milik pemiliknya.
Adapun “Al-bahirah” adalah unta betina yang mereka potong telinganya, kemudian istri, anak-anak perempuan, dan keluarga mereka tidak boleh mengambil manfaat dari bulunya dan susunya. Tetapi jika mati, mereka boleh mengambil manfaatnya bersama-sama.
“Saibah” adalah hewan yang mereka bebaskan untuk berhala-berhala mereka. Mereka berangkat menuju tempat berhala-berhala mereka dengan membawa saibah, lalu mereka membebaskannya.
Firman Allah SWT: (Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti) yaitu Allah tidak mensyariatkan hal ini, dan tidak untuk mendekatkan diri, akan tetapi orang-orang musyrik yang membuat-buat hal itu, dan mereka menjadikannya sebagai syariat bagi mereka dan untuk mendekatkan diri kepadaNya. Akan tetapi hal itu tidak mereka dapatkan akan tetapi bencana bagi mereka.
(Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul, " mereka menjawab, "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.”)
yaitu ketika mereka diseru untuk mengikuti agama Allah, syariatNya, dan hal-hal yang diwajibkan olehNya serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan olehNya. Lalu mereka menjawab, "Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati jalan dan ajaran dari leluhur. Allah SWT berfirman: (Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa) yaitu mereka tidak memahami, tidak mengerti dan tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran. Maka bagaimana mereka akan mengikuti nenek moyang mereka, sedangkan keadaan mereka seperti ini. Mereka hanya mengikuti orang-orang yang lebih bodoh daripada mereka dan lebih sesat jalannya.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Al-Ma’idah ayat 104: Berupa agama dan aturan dari nenek moyang mereka meskipun tidak benar.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ma’idah Ayat 104
Dan apabila dikatakan kepada mereka, yakni masyarakat arab jahiliah itu, marilah kita mengikuti apa yang diturunkan Allah berupa alqur'an yang melarang menyembah berhala, dan yang diturunkan kepada rasul berupa ajaran islam dengan beriman kepada Allah dan rasul-Nya, serta menerima kebenaran Al-Qur'an, mereka menjawab dengan perasaan bangga, cukuplah bagi kami apa yang kami dapati dari nenek moyang kami, tradisi yang sudah mengakar pada masyarakat arab. Mereka menutup diri dari kebenaran dan bangga dengan leluhur mereka. Apakah mereka akan mengikuti nenek moyang mereka dengan meneruskan tradisi menyembah berhala dan berbuat kebohongan kepada Allah, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa tentang kebenaran dan tidak pula mendapat petunjuk dari Allah' dalam ayat ini ditegaskan agar orang-orang beriman memiliki keteguhan sikap dalam beragama. Wahai orang-orang yang beriman! jagalah dirimu dari kebodohan dan pembangkangan dengan memperkuat ilmu dan amal, serta memperhatikan kualitas iman dan ketaatan kepada Allah; karena orang yang sesat itu, karena kebodohannya, tidak akan sanggup membahayakanmu dengan menjadikan kamu tergelincir, apabila kamu telah mendapat petunjuk dari Allah dan kamu mengikuti petunjuk ini dengan teguh. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali pada hari kiamat, kemudian dia akan menerangkan kepadamu semua yang kamu lakukan dengan menampilkan catatan amal secara lengkap dan menyeluruh sehingga terinci apa yang telah kamu kerjakan selama hidup di dunia.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah berbagai penjelasan dari kalangan mufassirun terkait isi dan arti surat Al-Ma’idah ayat 104 (arab-latin dan artinya), moga-moga membawa faidah bagi kita. Dukunglah usaha kami dengan memberikan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.