Surat Al-Ma’idah Ayat 84

وَمَا لَنَا لَا نُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَمَا جَآءَنَا مِنَ ٱلْحَقِّ وَنَطْمَعُ أَن يُدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ ٱلْقَوْمِ ٱلصَّٰلِحِينَ

Arab-Latin: Wa mā lanā lā nu`minu billāhi wa mā jā`anā minal-ḥaqqi wa naṭma'u ay yudkhilanā rabbunā ma'al-qaumiṣ-ṣāliḥīn

Artinya: Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?".

« Al-Ma'idah 83Al-Ma'idah 85 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Hikmah Mendalam Mengenai Surat Al-Ma’idah Ayat 84

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ma’idah Ayat 84 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada variasi hikmah mendalam dari ayat ini. Didapati variasi penafsiran dari para mufassirun terhadap makna surat Al-Ma’idah ayat 84, antara lain sebagaimana tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan mereka berkata , ”dan celaan apapun yang tertuju pada kami terkait keimanan kami kepada Allah dan pembernaran kami terhadap kebenaran yang dibawa Muhammad dari sisi Allah, serta komitmen kami untuk mengikutinya, Dan kami mengharap tuhan kami memasukkan kami bersama orang-orang yang taat kepadaNYa ke dalam surgaNya pada hari kiamat?”.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

84. Mereka menegaskan keimanan mereka dengan berkata: "Dan apalagi yang menghalangi kita untuk beriman kepada Allah dan meyakini kebenaran yang dibawa Muhammad dari Tuhannya, dan apa yang menghalangi kita untuk berharap kepada Allah agar memasukkan kita ke dalam surga bersama orang-orang shalih?"

Dalam pernyataan mereka ini terdapat ibarat yang tak terungkap, yakni: dan kami berharap agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam surga bersama orang-orang yang shalih, yaitu kaum muslimin dari umat Muhammad.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

84. Apa yang menghalangi kami untuk beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang dibawa oleh Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Sedangkan kami berharap masuk Surga bersama para nabi dan para pengikutnya yang taat kepada Allah serta takut akan siksa-Nya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

84. وَمَا لَنَا لَا نُؤْمِنُ بِاللهِ (Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah)
Yakni apa yang menghalangi antara kami dan keimanan kepada Allah padahal sebab-sebab untuk beriman telah ada, yakni berupa keinginan untuk mendapat kenikmatan Allah.

وَنَطْمَعُ أَن يُدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الْقَوْمِ الصّٰلِحِينَ(padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh)
Yakni kami tidak akan menoleh kepada apa yang membuat kita kafir terhadap Allah dan Rasul-Nya, dan kami ingin masuk surga bersama para orang shaleh dari kalangan para Nabi dan pengikutnya yang senantiasa taat kepada Allah.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

84. Menanggapi orang-orang Yahudi, mereka berkata: “Mengapa kami tidak beriman hanya kepada Allah dan kebenaran yang datang melalui lisan rasulullah SAW, dan berharap agar Tuhan memasukkan kami ke dalam surgaNya bersama kaum yang shalih, yaitu para nabi, dan pengikut mukminnya yang setia”


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Mengapa kami tidak beriman kepada Allah dan kebenaran yang telah datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami bersama kaum yang shalih”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

84. Seolah-olah mereka disalahkan atas kecepatan mereka dalam beriman, maka mereka berkata, “Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang shalih?” maksudnya, apa yang menghalangi kami beriman kepada Allah sementara kebenaran telah datang kepada kami dari Tuhan kami tanpa keraguan dan kebimbangan. Jika kami beriman dan mengikuti kebenaran, maka kami berharap Allah memasukkan kami ke surga bersama orang-orang yang shalih. Apa yang menghalangi kami? Bukankah itu menuntut agar bersegera dalam beriman dan tidak menunda-nundanya?


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 82-86
Qatadah berkata, mereka adalah kaum yang sebelumnya berada pada agama nabi Isa, lalu ketika mereka melihat orang-orang muslim dan mendengar Al-Qur’an, mereka masuk Islam dan mereka tidak telambat dalam hal itu. Ibnu Jarir memilih pendapat bahwa ayat-ayat ini diturunkan tentang sifat kaum-kaum yang mirip dengan hal ini, sama halnya bahwa mereka dari kaum Habasyah atau kaum lainnya
Firman Allah SWT: (Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik) Hal itu ridak lain karena kekufuran orang-orang Yahudi adalah kekufuran yang membangkang, mengingkari, dan enggan terhadap kebenaran dan meremehkan orang lain serta merendahkan orang yang memiliki ilmu. Oleh karena itu mereka seringkali membunuh para nabi, sehingga mereka berencana membunuh Rasulullah SAW beberapa kali. Mereka meracuni dan menyihir beliau. Mereka mendapat didukung oleh orang-orang yang serupa dengan mereka yaitu orang-orang musyrik yang semoga laknat Allah menimpa mereka terus-menerus sampai hari kiamat.
Firman Allah (Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani") yaitu orang-orang yang menganggap bahwa mereka adalah orang-orang Nasrani, yaitu orang-orang yang mengikuti nabi Isa dan berpegang kepada Injil. Dalam kelompok mereka terdapat rasa suka kepada Islam dan para pemeluknya. Hal itu tidak lain karena apa yang ada pada hati mereka (dimana mereka sebelumnya adalah orang yang memeluk agama nabi Isa) berupa sifat lemah lembut dan kasih sayang, Sebagaimana Allah SWT berfirman:
(dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang serta rahbaniyah) (Surah Al-Hadid: 27) Dalam kitab mereka bahwa siapa saja yang memukul pipi kananmu, maka berikanlah kepadanya pipi kirimu; dan peperangan itu tidak disyariatkan dalam agama mereka. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri)
yaitu di antara mereka terdapat para pendeta, yang merupakan orang yang berkhutbah kepada mereka dan ulama mereka. bentuk mufradnya adalah “qissiisun” dan “qassun”, terkadang bentuk jamaknya adalah bentuk “Qassuus”. Dan “Ar-Ruhbaan” adalah bentuk jamak dari “raahib” yaitu orang yang beribadah, diturunkan dari kata “rahbah” yang artinya takut; sebagaimana “raakib” yang bentuk jamaknya “Rukbaan” dan juga “fursaan”.
Ibnu Jarir berkata, terkadang “ruhbaan” adalah bentuk mufrad, dan bentuk jamaknya adalah “Rahaabiin”, sebagaimana kata “Qurbaan” yang bentuk jamaknya “Qaraabiin”, dan “Jurdaan” yang bentuk jamaknya “Jaraadiin”. Terkadang juga bentuk jamahnya “Rahaabinah”. Di antara dalil yang menunjukkan hal itu bahwa hal itu bisa dalam bentuk mufrad di sisi orang-orang Arab adalah usapan seorang penyair:
Seandainya aku menyaksikan rahib gereja di puncak, sungguh rahib itu keluar dan berjalan turun.
Firman Allah (Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri) Ini mencakup pensifatan mereka, bahwa di antata mereka memiliki keilmuan, ketaatan dalam beribadah, dan kerendah hatian. Kemudian Allah mensifati mereka dengan orang yang tunduk dan mengikuti kebenaran, dan berlaku adil. Lalu Allah berfirman (Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kalian lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur’an) yang telah mereka ketahui) yaitu dari apa yang ada di dalam kitab mereka berupa kabar gembira tentang diutusnya nabi Muhammad SAW (mereka berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi) yaitu bersama orang-orang yang bersaksi atas kebenarannya dan yang beriman kepadanya.
An-Nasa’i meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, dia berkata bahwa ayat ini turun terkait orang Najasyi dan para sahabatnya, (Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (83)) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas yaitu bahwa bersama nabi Muhammad SAW dan umat beliau. Mereka adalah orang-orang yang menjadi saksi dan bersaksi untuk nabi mereka bahwa beliau telah menyampaikan risalah dan juga bersaksi untuk para rasul, bahwa mereka telah menyampaikan risalah.
Kalangan orang-orang Nasrani ini adalah yang disebutkan dalam firmanNya (Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah) (Surah Ali Imran:199), Mereka adalah orang-orang yang difirmankan oleh Allah tentang mereka (Orang-orang yang telah kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelumnya Al-Qur’an, mereka beriman (pula) dengan Al-Qur’an itu (52) Dan apabila dibacakan (Al-Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata, "Kami beriman kepadanya, sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkannya (53)) sampai dengan firmanNya (kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil) (Surah Al-Qashash: 52-55) Oleh karena itu Allah berfirman di sini (Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya) yaitu Allah membalas mereka atas keimanan, kebenaran dan pengakuan mereka terhadap kebenaran (Surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedangkan mereka kekal di dalamnya) yaitu tinggal di dalamnya selamanya, tanpa berpindah dan tidak akan hilang (Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan) yaitu dengan mengikuti dan taat kepada kebenaran bagaimanapu, di manapun dan dengan siapa pun mereka berada, Kemudian Allah memberitahukan tentang keadaan orang-orang yang celaka. Dia berfirman (Dan orang-orang kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami)
yaitu mereka mengingkari dan menentang ayat-ayat Allah (mereka itulah penghuni neraka) yaitu mereka adalah penduduk neraka dan akan masuk ke dalamnya.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Surat Al-Ma’idah ayat 84: Ada yang mengatakan, bahwa ucapan ini mereka ucapkan ketika orang-orang Yahudi mencela mereka karena masuk Islam.

Yakni, "Apa yang menghalangi kami untuk beriman, padahal ada yang menghendaki kami beriman (berupa kebenaran yang dibawanya)?"


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ma’idah Ayat 84

Ayat ini menjelaskan harapan sebagian kaum nasrani yang beriman kepada Al-Qur'an agar Allah memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Dan tidak ada alasan bagi kami tidak akan beriman kepada Allah, tuhan yang maha esa, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan; dan tidak ada sesuatu yang setara dengan dia; dan tidak ada alasan pula bagi kami tidak beriman kepada kebenaran alqur'an yang datang kepada kami, melalui wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Dan kami sangat ingin, dengan senantiasa berdoa dan berusaha, agar tuhan kami memasukkan kami, sejak di dunia hingga di akhirat, ke dalam golongan orang-orang saleh, yakni orang-orang yang baik, taat, dan bermanfaat bagi orang banyak' maka Allah memberi pahala kepada mereka, ahli kitab yang jujur dan konsisten terhadap kebenaran agamanya, atas perkataan yang telah mereka ucapkan, yaitu pernyataan, dan tidak ada alasan bagi kami tidak akan beriman kepada Allah. Mereka mendapat balasan berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, merasakan kenikmatan yang tidak putus. Dan itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, terhadap diri mereka sendiri dengan tidak menyembunyikan kebenaran taurat atau injil, yang merupakan wahyu Allah.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian beragam penafsiran dari berbagai ulama mengenai kandungan dan arti surat Al-Ma’idah ayat 84 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan bagi ummat. Sokong perjuangan kami dengan memberi tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Konten Tersering Dilihat

Baca berbagai topik yang tersering dilihat, seperti surat/ayat: An-Nisa, Al-Humazah, An-Nahl 114, Al-Fatihah 4, Ali ‘Imran 190, Al-Fatihah 5. Termasuk Al-Anbiya 30, At-Taubah, Al-Muthaffifin, Al-Ma’idah 48, At-Tin 4, Al-A’raf 54.

  1. An-Nisa
  2. Al-Humazah
  3. An-Nahl 114
  4. Al-Fatihah 4
  5. Ali ‘Imran 190
  6. Al-Fatihah 5
  7. Al-Anbiya 30
  8. At-Taubah
  9. Al-Muthaffifin
  10. Al-Ma’idah 48
  11. At-Tin 4
  12. Al-A’raf 54

Pencarian: surat al an nasr, surat al wakiyah, surat al al falaq, surat al kahfi ayat 46, surah alkhafi

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.