Surat An-Nisa Ayat 79

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا

Arab-Latin: Mā aṣābaka min ḥasanatin fa minallāhi wa mā aṣābaka min sayyi`atin fa min nafsik, wa arsalnāka lin-nāsi rasụlā, wa kafā billāhi syahīdā

Artinya: Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

« An-Nisa 78An-Nisa 80 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Kandungan Mendalam Terkait Dengan Surat An-Nisa Ayat 79

Paragraf di atas merupakan Surat An-Nisa Ayat 79 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam kandungan mendalam dari ayat ini. Terdokumentasi bermacam penjelasan dari para pakar tafsir terkait makna surat An-Nisa ayat 79, antara lain sebagaimana berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Apa saja yang menimpamu (wahai manusia),berupa kebaikan dan kenikmatan,maka itu berasal dari allah semata sebagai karunia dan kebaikan dariNYA.Dan apa yang menimpamu berupa kesulitan dan kesengsaraan,maka hal tersebut disebabkan oleh perbuatan burukmu dan apa yang diperbuat oleh tanganmu berupa dosa-dosa serta kesalahan-kesalahan.Dan kami mengutusmu (wahai rasul(,bagi segenap manusia sebagai rasul yang menyampaikan risalah tuhanmu.Dan cukuplah allah menjadi saksi atas kebenaran risalahmu.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

79. Kebaikan yang kamu dapatkan merupakan dari karunia, rahmat, dan taufik Allah sehingga kalian dapat meniti jalan keselamatan dan kebaikan. sedangkan keburukan yang menimpamu merupakan hasil dari amal perbuatan kamu tidak menempuh jalan hikmah, akal sehat, dan petunjuk dari hidayah Allah.

Dan kami mengutusmu hai Muhammad sebagai Rasul yang menyampaikan kasih sayang kepada seluruh alam semesta. Cukuplah Allah sebagai saksi atas kebenaranmu, dan Dia adalah saksi antara kamu dengan mereka. Dia Maha Mengetahui apa yang kamu sampaikan kepada mereka dan kebenaran darimu yang mereka tolak karena kekafiran dan keangkuhan mereka.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

79. Setiap kesenangan yang datang kepada kamu -wahai anak Adam- seperti rezeki dan anak adalah berasal dari Allah. Dia menganugerahkannya kepada kamu. Dan setiap kesialan yang menimpamu dalam urusan rezeki dan anakkamu itu sesungguhnya berasal dari diri kamu sendiri, yaitu akibat dari perbuatan maksiat (dosa-dosa) yang kamu lakukan. Dan sungguh Kami telah mengutusmu -wahai Nabi- sebagai utusan Allah yang menyampaikan risalah Rabbmu kepada seluruh umat manusia. Dan cukuplah Allah sebagai saksi atas kejujuranmu dalam menyampaikan risalah tersebut berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang Dia berikan kepadamu.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

78-79

1 ). { فَمَالِ هَٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا } "Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?" Maka jikalau orang-orang beriman tidak mengetahuinya; niscaya mereka sama halnya dengan orang-orang kuffar dan orang munafiq yang dihinakan oleh Allah dengan ayat ini.

2 ). Allah berfirman : { وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ } "dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri." fawaid yang dapat diambil dari ayat ni adalah : bahwasanya manusia tidak dapat menjamin dalam dirinya selalu ada ketenangan, karena keburukan yang ia hadapi tidak lain adalah datangnya dari diri sendiri, dan tidak pula ia sibuk dengan cacian dan hinaan dari segenap manusia disekitarnya lalu mengiraukannya, hendaklah ia kembali kepada kesalahan kemudian ia bertaubat darinya, dan memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan dirinya dan kehinaan perbuatannya, ia mesti memohon kepada Allah agar Ia melimpahkan kepadanya pertolongan dalam ketaatan kepada-Nya, maka denga itu semua ia akan meraih segala kebaikan dan menjauhkannya dari keburukan.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

79. Wahai manusia, kebaikan yang kamu terima (kebaikan atau nikmat) itu dari keutamaan dan kebaikan Allah yang mana sebab munculnya kebaikan itu dilimpahkan untuk kalian. Dan keburukan yang kamu terima (keburukan atau kesusahan) itu disebabkan dosa yang kamu lakukan sehingga kamu dihukum atas hal itu. Kamu tidak lain hanya penyampai risalah Tuhanmu wahai Nabi. Dan takdir para makhluk itu tidak ada di tanganmu, sehingga kamu bisa memberikan kemudharatan dan manfaat. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi atas hal itu.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Kebaikan apa pun yang kamu peroleh dari Allah, sedangkan keburukan apa pun yang menimpamu itu disebabkan oleh dirimu sendiri} karena dosamu {Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Cukuplah Allah sebagai saksi.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

79. Kemudian Allah berfirman, “Apa saja nikmat yang kamu peroleh” yaitu dalam (perkara) agama maupun dunia, “adalah dari Allah,” Dia-lah yang mengaruniakan dan memudahkannya dengan memudahkan sebab-sebabnya, “dana pa saja bencana yang menimpamu” dalam (perkara) agama maupun dunia, “maka dari kesalahan dirimu sendiri,” yaitu dengan dosa-dosamu dan usahamu, padahal apa yang dimaafkan oleh Allah darinya adalah lebih banyak, dan Allah telah membuka pintu-pintu kebaikanNya bagi hamba-hambaNya, dan memerintahkan merekka untuk memasuki kebaikan dan karuniaNya, dan mengabarkan kepada mereka bahwa kemaksiatan itu adalah penghalang dari karuniaNYa, lalu bila seorang hamba melakukannya, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri, karena sesungguhnya yang menjadi penghalang dirinya memperoleh karunia Allah dan kebaikanNYa adalah hal tersebut.
Kemudian Allah mengabarkan tentang keumuman risalah RasulNya Muhammad seraya berfirman, “Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi” bahwa engkau adalah utusan Allah secara benar dengan apa yang telah Allah topang dengan pembelaanNYa dan mukjizat-mukjizat yang menakjubkan serta keterangan-keterangan yang pasti, dan hal itu adalah kesaksian yang paling utama secara mutlak, sebagaimana Allah berfirman, "Katakanlah: “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah: “Allah”. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu." (Al-An'am : 19),
Dan apabila ia telah mengetahui bahwa ilmu Allah itu sempurna, kekuasaanNya yang menyeluruh, hikmahNya agung, dan Dia telah membantu RasulNya dengan apa pun yang telah menopangnya dan membelanya dengan pembelaan yang besar, niscaya yakinlah ia dengan hal tersebut bahwa ia adalah Rasulullah, dan bila tidak demikian, sekiranya dia mengadakan sebagian perkataan atas Allah, niscaya Allah benar-benar memegangnya dengan Tangan Allah, niscaya Allah benar-benar memegangnya dengan Tangan kananNya kemudian benar-benar Dia potong urat tali jantungnya.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 77-79
Pada permulaan Islam, orang-orang mukmin yang ada di Makkah diperintahkan untuk melaksanakan shalat dan zakat, dan sekalipun jika tidak mencapai nishabnya. Mereka juga diperintahkan untuk membantu orang miskin di antara mereka dan diperintahkan untuk memaafkan dan bersabar terhadap orang musyrik saat itu. Meskipun mereka tersiksa dan berharap diperintahkan untuk berperang agar bisa melawan musuh-musuh mereka, dan saat itu karena banyak faktor, yaitu jumlah mereka yang sedikit dibandingkan dengan musuh-musuh mereka, dan karena mereka berada di negeri mereka dan negeri mereka itu adalah tanah haram, yang yang merupakan tempat paling mulia di bumi, sehingga tidak ada perintah untuk memulai peperangan di dalamnya sebagaimana yang telah difirmankan. Oleh karena itu, mereka tidak diperintahkan untuk berjihad kecuali ketika di Madinah, dimana sudah memiliki rumah, perlindungan dan pertolongan. Dengan semua itu mereka diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang mereka harapkan, namun sebagian mereka ragu-ragu, dan mereka sangat takut menghadapi orang (Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?) yaitu Jika engkau menunda kewajiban berperang itu ke kesempatan lainnya, karena akan terjadi pertumpahan darah, anak-anak akan menjadi yatim, dan wanita-wanita akan menjadi janda. Ayat ini sebagaimana firman Allah SWT (Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka (20) Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka (21)) (Surah Muhammad).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Abdurrahman bin Auf dan beberapa sahabatnya mendatangi Nabi SAW di Makkah. Mereka berkata, "Wahai Nabi Allah, kami dahulu berada dalam kemuliaan saat kami masih musyrik. Katika kami beriman, kami menjadi rendah. Lalu beliau menjawab, “Aku diperintahkan untuk memaafkan, janganlah kamu berperang melawan mereka” Namun, setelah Allah memindahkan beliau ke Madinah, Allah memerintahkan beliau untuk berperang, tetapi mereka menahan diri. Lalu Allah menurunkan ayat, (Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut dari itu)
Firman Allah,(Katakanlah,”Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa) yaitu akhirat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik daripada dunianya (dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun) yaitu, dari amal kalian bahkan kalian akan diberi balasan dengan penuh atas hal itu. Ini merupakan hiburan bagi mereka terkait dengan dunia, dorongan untuk mencari akhirat, dan menyemangati mereka untuk berjihad. Al-Hasan membaca ayat (Katakanlah,”Kesenangan di dunia ini hanya sebentar) yaitu Allah mengasihi hamba dan akan membalasnya sesuaai dengan amalnya, dan tidaklah seluruh dunia dari awal sampai akhirnya kecuali seperti seorang laki-laki yang tidur dan bermimpi dan dia melihat dalam mimpinya sebagaian yang dia sukai kemudian dia bangun"
Firman Allah, (Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh) yaitu kalian pasti akan menuju kematian, dan tidak ada satupun dari kalian yang bisa selamat darinya, sebagaimana Allah SWT berfirman (Semua yang ada di bumi itu akan binasa (26) Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (27)) (Surah Ar-Rahman), (Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati) (Surah Ali-Imran: 185) dan (Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu) (Surah Al-Anbiya’: 34), Maknanya yaitu bahwa setiap orang pasti mati dan tidak akan bisa selamat dari hal itu baik dia ikut berjihad atau tidak, karena baginya itu waktu yang teelah dipastikan dan kedudukan yang dibagi-bagikan
Firman Allah (kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh) benteng yang kokoh lagi tinggi. Dikatakan bahwa itu benteng di langit, seperti yang dikatakan oleh As-Suddi, namun pendapat ini lemah. Yang benar adalah bahwa yang dimaksud adalah benteng yang kokoh, yaitu dia berusaha dan melindungi dirinya dari kematian. Sebagaimana yang dikatakan oleh Zuhair bin Abi Salma:
Siapa saja yang takut pada penyebab kematian yang akan mendatanginya, bahkan jika dia berusaha mencari pelindung di langit melalui tangga
Firman Allah (dan jika mereka memperoleh kebaikan), yaitu kekayaan dan rezeki dari buah-buahan, hasil pertanian, keturunan, dan hal-hal sejenisnya. Ini adalah makna dari pendapat Ibnu Abbas, Abu Al-‘Aliyah, dan As-Suddi, (mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana), yaitu kekeringan, kegersangan, kekurangan buah dan hasil pertanian atau kematian anak-anak, atau hal-hal serupa seperti yang diungkapkan oleh Abu Al-Aliyah dan As-Suddi, (mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu) yaitu dari sisimu dank arena kami mengikutimu dan agamamu sebagaimana Allah SWT berfirman tentang kaum Fir’aun (Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya) [Surah Al-A'raf: 131] dan (Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat) [Surah Al-Hajj: 11]. Demikianlah yang dikatakan oleh orang-orang munafik yang masuk Islam secara zhahir, tetapi mereka membencinya dalam hati. Oleh karena itu, ketika mereka ditimpa keburukan, mereka menyandarkan hal itu karena mereka mengikuti Nabi SAW."
Firman Allah (Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah") yaitu semua itu ketetapan dan takdir Allah yang pada kebaikan, keburukan, orang kafir, dan orang mukmin.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman Allah (Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah") yaitu kebaikan dan keburukan. Demikian yang dikatakan Hasan Al-Bashri.
Kemudian, Allah SWT berfirman seraya menolak orang-orang yang mengatakan ucapan yang berisi keraguan, sedikitnya pemahaman dan banyaknya kebodohan dan kezaliman mereka (Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?).
Kemudian Allah berfirman seraya berbicara kepada Rasulullah SAW, namun yang dimaksud adalah seluruh manusia agar mendapatkan jawaban , (Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah).yaitu bahwa berupa keutamaan, pemberian, kelembutan, kebaikan dan rahmat Allah (dan apa saja dari keburukan yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri) maka dari sisimu dan akibat amal perbuatanmu sebagaimana Allah SWT berfirman (Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (30)) (Surah Asy-Syura) As-Suddi, Hasan Al-Bashri, Ibnu Juraij, dan Ibnu Zaid tentang firmanNya (maka dari (kesalahan) dirimu sendiri) yaitu karena dosamu. Qatadah berkata tentang ayat (maka dari (kesalahan) dirimu sendiri) yaitu sebagai hukuman bagimu wahai anak cucu Adam, akibat dari perbuatanmu.
Dalam hadits shahih,"Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya."
Firman Allah SWT (Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia), yaitu untuk menyampaikan hukum-hukum Allah dan hal yang dicintai dan diridhai Allah, dan hal yang dibenci dan ditolak oleh Allah. (Dan cukuplah Allah menjadi saksi) bahwa Dia telah mengutusmu dan Dia menjadi saksi antara kamu dan mereka, serta Maha Mengetahui segala sesuatu yang kamu sampaikan kepada mereka dan kebenaran yang mereka tolak karena kekafiran dan perlawanan mereka.


📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi

Makna kata :
{مِنْ حَسَنَةٍ} min hasanah: hasanah adalah sesuatu yang menyenangkan. Sayyi’ah adalah sesuatu yang membawa mudarat.

Makna ayat :
Adapun ayat yang ketiga dan yang terakhir di dalam konteks ini, itu adalah firman Allah {مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ} “Kebaikan apapun yang kamu peroleh adalah dari Allah dan keburukan apapun yang menimpa kalian adalah dari diri mu” Allah berdialog kepada Rasul, mengabarkan kepadanya bahwa kebaikan adalah berasal dari Allah. Yang mana Allah adalah pemberi titah dengan perkataan atau perbuatanNya dan Allah pula yang menciptakan sebab-sebab yang dapat mendukung terjadinya hal tersebut. Adapun keburukan, maka dari jiwa hawa nafsu yang memerintahkan kepada keburukan. Hawa nafsu yang bersinggungan langsung menyelisihi perintah dan larangan Allah. Oleh karenanya, tidaklah layak keburukan dikaitkan kepada Allah. Allah berfirman {وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولاً وَكَفَى بِاللهِ شَهِيداً} “dan Kami mengirim kamu kepada manusia sebagi seorang Rasul dan cukuplah Allah sebagai saksinya.” pelipur lara bagi Rasul dari apa yang dihadapinya berupa gangguan dari orang-orang dan akhlak buruk beberapa oknum-oknum yang secara tidak sengaja menimpa diri Rasul. Misalnya, orang-orang yang mengait-kaitkan keburukan kepada Rasul sebagai bentuk pembawa sial, Allah mengabarkan bahwa, kepentingan Rasul sekarang adalah menyampaikan risalah. Dan Rasul telah menunaikannya, Allah sebagai saksi akan hal tersebut serta memberikan ganjaran terhadap hal tersebut. Rasul adalah keluarga Allah dan Allah akan membalas orang yang menolak risalah kenabian beliau dan orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai saksinya.

Pelajaran dari ayat :
• Kebaikan dan keburukan, keduanya adalah atas takdir Allah.
• Kebaikan adalah dari Allah dan keburukan dari hawa nafsu. Kebaikan adalah perintah Allah yang mendatangkan sebab-sebabnya setelah Allah membuatnya terwujud dan menolong orang untuk mendapatkannya dan menjauhkan penghalang-penghalangnya. Keburukan adalah berasal dari hawa nafsu karena Allah melarangnya, mengancam pelakunya, tidak memberi taufik menuju padaNya dan tidak menolong untuk melakukannya, keburukan adalah dari hawa nafsu bukan dari Allah.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat An-Nisa ayat 79: 77-79. Orang-orang yang (pernah) dikata kepada mereka: "Tahanlah tangan- tangan kamu dan dirikanlah shalat dan berilah zakat', tetapi tatkala diwajibkan mereka berperang, dari mereka, takut kepada manusia sebagaimana takut kepada Allah, atau lebih sangat takut, dan mereka Tidakkah engkau fikirkan tiba-tiba segolongan berkata: "Hai Tuhan kami! Mengapakah Engkau wajibkan kami berperang? Mengapakah tidak Engkau biarkan kami hingga ajal (kami) yang hampir?" Katakanlah: "Benda dunia ini sedikit, dan Akhirat itu lebih baik buat orang yang berbakti; dan kamu tidak akan dianiaya (walaupun) sedikit". Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapati kamu. walaupun kamu di mahligai-mahligai yang teguh", dan jika ke baikan mengenai mereka, mereka berkata: "Ini dari sisi Allah", dan jika kesusahan mengenai mereka, me- "Ini dari sisimu". mereka berkata: Katakanlah: "Semua itu dari sisi Allah". Mengapakah kaum itu hampir tidak mengerti perkataan? Apa-apa keuntungan yang mengenaimu, maka (yaitu) dari Allah; dan apa-apa kerugian yang mengenaimu, maka (yaitu) dari di- rimu, karena Kami utusmu kepa- da manusia sebagai seorang rasul; dan cukuplah Allah sebagai Saksi.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Wahai manusia.

Dia-lah yang memberi nikmat itu, memudahkannya dan memudahkan sebab-sebabnya.

Misalnya musibah.

Yakni karena dosa-dosa dan tindakanmu, namun Allah lebih banyak memaafkan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah membukakan pintu-pintu ihsan-Nya dan memerintahkan mereka untuk mengambil kebaikan dan karunia-Nya, serta memberitahukan bahwa maksiat dapat menghalangi karunia-Nya. Oleh karena itu, apabila seseorang melakukannya, maka janganlah dia mencela selain dirinya sendiri, karena dirinyalah yang menghalangi untuk mendapatkan karunia Allah dan kebaikan-Nya.

Persaksian ini merupakan persaksian yang paling besar sebagaimana firman Allah Ta'ala, Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. " (Terj. Al An'aam: 19). Jika Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebagai saksi terhadap kerasulan Muhammad, di mana Dia Mahasempurna ilmu, kekuasaan dan Maha Besar hikmah-Nya, ditambah dengan penguatan Allah kepadanya dengan mukjizat dan pertolongan Allah kepadanya, maka dapat diketahui dengan pasti bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Nisa Ayat 79

Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, wahai nabi Muhammad dan semua umat manusia, adalah dari sisi Allah yang maha pemurah, maha bijaksana, dan keburukan apa pun yang menimpamu, wahai Muhammad dan siapa pun selainmu, itu semua akibat dari kesalahan dirimu sendiri, karena kami mengutusmu tidak lain hanya menjadi rasul untuk menyampaikan wahyu Allah kepada seluruh manusia. Dan cukuplah Allah saja yang menjadi saksi atas kebenaranmu. Barang siapa menaati rasul dan mengikuti ajaran-ajarannya, maka sesungguhnya dia telah menaati Allah karena Allah yang telah mengutusnya. Dan barangsiapa berpaling dari ketaatan itu, maka ketahuilah bahwa kami tidak mengutusmu, wahai nabi Muhammad, untuk menjadi pemelihara mereka sebagai orang yang bertanggung jawab dan menjamin mereka untuk tidak berbuat kesalahan.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikian beragam penjelasan dari para pakar tafsir terhadap isi dan arti surat An-Nisa ayat 79 (arab-latin dan artinya), semoga memberi kebaikan bagi kita semua. Sokong dakwah kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Konten Terbanyak Dibaca

Baca berbagai materi yang terbanyak dibaca, seperti surat/ayat: Al-Fatihah 4, An-Nisa, Al-Humazah, Al-A’raf 54, At-Tin 4, At-Taubah. Serta Al-Muthaffifin, Al-Ma’idah 48, Al-Anbiya 30, Al-Fatihah 5, Ali ‘Imran 190, An-Nahl 114.

  1. Al-Fatihah 4
  2. An-Nisa
  3. Al-Humazah
  4. Al-A’raf 54
  5. At-Tin 4
  6. At-Taubah
  7. Al-Muthaffifin
  8. Al-Ma’idah 48
  9. Al-Anbiya 30
  10. Al-Fatihah 5
  11. Ali ‘Imran 190
  12. An-Nahl 114

Pencarian: surat abasa ayat 1-10 latin, surat attaubah ayat 103, al baqarah ayat 43 beserta artinya, surat al imron ayat 134, surat al ahzab ayat 17

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: