Surat An-Nisa Ayat 9
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
Arab-Latin: Walyakhsyallażīna lau tarakụ min khalfihim żurriyyatan ḍi'āfan khāfụ 'alaihim falyattaqullāha walyaqụlụ qaulan sadīdā
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Kandungan Menarik Terkait Dengan Surat An-Nisa Ayat 9
Paragraf di atas merupakan Surat An-Nisa Ayat 9 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan kandungan menarik dari ayat ini. Tersedia kumpulan penjelasan dari para mufassirun terhadap makna surat An-Nisa ayat 9, antara lain sebagaimana tertera:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan hendaklah takut orang-orang yang seandainya meninggal dan meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang masih kecil-kecil atau lemah, yang mereka takutkan mengalami kezhaliman atau tak terurus, maka hendaknya mereka selalu merasa diawasi oleh Allah dalam memperlakukan orang yang berada di bawah tanggungannya dari anak-anak yatim dan anak-anak lainnya, yaitu dengan cara menjaga harta benda mereka, mendidik mereka dengan baik, dan menyingkirkan segala gangguan dari mereka dan hendaklah berkata kepada mereka dengan ucapan yang sejalan dengan semangat keadilan dan yang baik-baik.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
9. Dan para pengasuh anak yatim dan pemilik harta yang banyak hendaklah takut jika mereka mati dengan meninggalkan anak-anak kecil yang tidak mampu membelanjakan harta dengan baik; takut mereka akan berbuat zalim dan mubazir.
Hendaklah orang-orang yang memelihara anak yatim dan orang miskin takut kepada Allah, yaitu dengan menunaikan hak-hak orang yang mereka pelihara dan mengatakan kepada mereka perkataan yang baik.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
9. Dan hendaklah merasa takut orang-orang yang sekiranya mereka mati dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil lagi lemah serta dikhawatirkan akan terlantar. Maka seharusnya mereka bertakwa kepada Allah dalam mengurus anak-anak yatim yang berada di bawah perwaliannya dengan tidak menzalimi mereka, agar setelah mereka mati, Allah menyediakan orang yang mau berbuat baik kepada anak-anak mereka sebagaimana mereka berbuat baik kepada anak-anak yatim tersebut. Dan seharusnya mereka berbuat baik terhadap hak anak-anak dari orang yang mereka hadiri wasiatnya. Yaitu mengucapkan kata-kata yang tepat kepadanya agar ia tidak membuat wasiat yang menzalimi hak ahli warisnya setelah kematiannya, dan tidak menutup dirinya sendiri dari kebaikan dengan tidak membuat wasiat sama sekali.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
9. وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ (Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka)
Kalimat ini ditujukan bagi para wali dan yang diwasiati untuk mengasuh anak yatim yang didalamnya terdapat nasehat bagi mereka agar memperlakukan anak yatim yang mereka asuh sebagaimana mereka memperlakukan anak-anak mereka yang khawatir akan kesejahteraan anak-anak mereka setelah mereka meninggal.
وَلْيَقُولُوا۟ (dan hendaklah mereka mengucapkan)
Yakni para wali mengucapkan kepada anak-anak yatim. Atau orang yang hadir saat sakaratul maut mengucapkan kepada orang yang akan meninggal tersebut.
قَوْلًا سَدِيدًا (perkataan yang benar)
Yakni yang sesuai dengan kebenaran dan keadilan, sebagaimana telah disebutkan.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
9. Dan sebaiknya orang yang pemberi wasiat itu takut menzalimi anak-anak yatim, sebagaimana mereka mengkhawatirkan anak-anak mereka dizalimi setelah mereka tinggal mati. Sebaiknya para pemberi wasiat itu bersimpati dan memberi anak-anak yatim itu kasih sayang yang diberikan untuk anak-anak mereka sendiri. Sebaiknya juga mereka bertakwa kepada Allah dalam urusan itu dengan menjaga dan mengembangkan harta anak-anak yatim itu, serta berkata kepada mereka dengan perkataan yang benar, adil, dan lemah lembut seperti “wahai anakku” sehingga membuat mereka nyaman.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Hendaklah merasa takut} merasa takut {orang-orang yang seandainya meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah} anak-anak yang masih kecil {mereka khawatir terhadapnya. Maka sebaiknya bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar} yang benar
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
9. sebuah pendapat berkata, dialog ini ditunjukan kepada orang yang menjenguk seseorang yang sedang sekarat dan ia berlaku berat sebelah dalam wasiatnya agar orang yang menjenguk itu memerintahkan kepadanya untuk adil dalam wasiatnya tersebut dan berlaku sama rata. Dengan dalil firman Allah ta'ala ”dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar,” yaitu yang lurus dan sesuai dengan keadilan dan kebaikan, dan bahwasannya mereka memerintahkan orang yang hendak memberikan wasiat terhadap anak-anaknya dengan perkara seperti yang mereka sukai dalam bermuamalah terhadap anak-anak mereka setelah kematian mereka sendiri.
Pendapat lain berkata, yang dimaksudkan dalam ayat itu adalah para wali orang-orang yang tidak mampu membelanjakan harta dengan baik dari orang gila, anak kecil, dan orang-orang leemah agar para wali itu bermuamalah terhadap mereka dalam hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, baik agama maupun dunia mereka sebagaimana mereka menginginkan mereka bermuamalah terhadap orang-orang yang lemah yang datang setelah mereka dari keturunan mereka.
“oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Alllah” dalam status mereka sebagai wali orang lain, artinya yang memperlakukan mereka dalam suasana takwa kepada Allah tanpa menghina mereka, mengurus mereka dengan baik, dan mengharuskan mereka agar bertakwa kepada Allah.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 7-10
Said bin Jubair dan Qatadah berkata: “Orang-orang musyrik menjadikan harta warisan hanya untuk laki-laki dewasa dan mereka tidak memberi warisan sedikitpun kepada perempuan dan anak-anak kecil. Lalu Allah menurunkan ayat: (Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan orang tua dan kerabatnya…) yaitu bahwa semua orang sama dalam ketentuan Allah. Mereka sama dalam ketentuan warisan, sekalipun bagian mereka berbeda sesuai dengan apa yang diwajibkan Allah bagi masing-masing mereka sesuai dengan apa yang diuraikan untuk orang yang mati, yaitu dari kerabat, pasangan, wali, Jadi warisan itu adalah sepotong daging, seperti sepotong daging dari nasab.
Firman Allah (Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik (8)) Dikatakan maksudnya adalah ketika saat pembagian warisan kepada orang-orang yang memiliki hubungan kerabat hadir namun bukan bagian dari pewaris yang berasal dari kalangan (anak yatim dan orang miskin) maka berikanlah kepada mereka bagian yang ditinggalkan. Sesungguhnya hal itu wajib pada masa permulaan Islam. Dikatakan bahwa itu dianjurkan
Maknanya yaitu ketika orang-orang fakir dari kerabat yang bukan bagian pewaris, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin hadir pada saat pembagian harta warisan yang melimpah. Lalu mereka menginginkan sebagian dari harta itu ketika melihat orang ini mengambilnya, dan orang itu mengambilnya. Lalu mereka merasa putus asa karena tidak mendapatkan apa-apa. Maka Allah SWT Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang memerintahkan agar memberikan sebagian sesuatu dari warisan itu kepada mereka, sebagai bentuk kebaikan dan sedekah kepada mereka, serta untuk menghibur kekecewaan mereka. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya) (Surah Al-An'am: 141) Allah juga mengecam orang-orang yang menyembunyikan harta mereka karena takut orang-orang yang membutuhkan dan orang-orang fakir akan mengetahuinya
Firman Allah: (Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (9)) Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan Ibnu Abbas, dia berkat,“Hal ini mengenai seseorang yang mendekati ajalnya, lalu seseorang mendengar wasiatnya yang akan merugikan ahli warisnya. Lalu Allah memerintahkan orang yang mendengar wasiat itu agar bertakwa kepada Allah, memberi bantuan, dan menuntun ke jalan yang benar. Lalu dia memperlakukan ahli warisnya sebagaimana dia ingin memperlakukan dengan baik kepada ahli warisnya sendiri ketika khawatir terhadap mereka yang lemah. Demikian juga dikatakan oleh Mujahid dan lainnya.
Disebutkan dalam hadits shahih Bukhari Muslim bahwa Rasulullah SAW ketika mengunjungi Sa'ad bin Abi Waqqas, Sa'ad berkata, "Wahai Rasulullah, aku memiliki banyak harta, namun tidak ada yang mewarisiku kecuali seorang anak perempuanku, apakah aku boleh menyedekahkannya dengan dua pertiga hartaku?“ Rasulullah SAW bersabda; “Jangan”, dia bertanya; “Ataukah setengahnya? “ Beliau bersabda: “Jangan,” dia bertanya,”Atau sepertiga?” beliau bersabda: “Sepertiga. Sepertiga itu sudah banyak” Kemudian Rasulullah SAW bersabda,”Kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka miskin lalu meminta-minta manusia”
📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata :
اﻟﺨﺸﻴﺔ: al Khasyah : rasa takut dalam keadaan aman
{ﻗﻮﻻ ﺳﺪﻳﺪا} Qaulan sadida: perkataan adil dan benar
Makna ayat :
Adapun ayat ini {ﻭﻟﻴﺨﺶ اﻟﺬﻳﻦ ﻟﻮ ﺗﺮﻛﻮا ﻣﻦ ﺧﻠﻔﻬﻢ ﺫﺭﻳﺔ ﺿﻌﺎﻓﺎ ﺧﺎﻓﻮا ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻠﻴﺘﻘﻮا اﻟﻠﻪ ﻭﻟﻴﻘﻮﻟﻮا ﻗﻮﻻ ﺳﺪﻳﺪا} mencakup petunjuk Allah untuk seorang mukmin yang hadir ketika seorang menjelang wafatnya untuk tidak berbuat culas dengan memberikan wasiat kepada ahli waris, memberikan wasiat lebih dari sepertiga bagian atau menyebutkan hutang yang bukan tanggungannya dalam rangka untuk mengalangi mendapatkan warisan. {ﻭﻟﻴﺨﺶ اﻟﺬﻳﻦ ﻟﻮ ﺗﺮﻛﻮا ﻣﻦ ﺧﻠﻔﻬﻢ} Seharusnya seorang mukmin itu takut jikalau mereka mati dan meninggalkan setelah kematian mereka anak-anak keturunnya yang lemah sebagaimana mereka takut hal ini akan terjadi kepada anak-anak selain anak-anak mereka sendiri. Selayaknya mereka bertakwa kepada Allah dan bertakwa pula untuk menjaga hak-hak waris kepada selain anak mereka. Hendaknya orang-orang yang datang dan mendengarkan penyampainan wasiat si mayit berkata dengan perkataan yang benar, tidak nakal dan tidak curang. Ini adalah yang dikandung ayat sembilan.
Pelajaran dari ayat :
• Wajibnya memberikan arahan dan nasihat bagi orang yang menyaksikan penyampaian wasiat hingga tidak terjadi kecurangan.
• Wajib bagi orang yang mengkhawatirkan anak-anaknya untuk berbuat lurus kepada anak-anak orang lain dan Allah yang mencukupi kebutuhan mereka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat An-Nisa ayat 9: Dan hendaklah berhati-hati orang-orang yang jika meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, mereka akan khawatir kecelakaan atas mereka. Lantaran itu, hendaklah mereka takut kepada Allah dan hendaklah mereka betul berkata perkataan yang tiada mengada-ngada.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Ada yang mengatakan, bahwa ayat ini ditujukan kepada mereka yang menghadiri seorang yang akan meninggal, namun ia (yang akan meninggal) menetapkan wasiat yang zalim, agar mengingatkannya; menyuruh berlaku adil dalam berwasiat, menyuruhnya jika hendak bersedekah agar di bawah sepertiga harta, menyisakan untuk ahli waris dan tidak meninggalkan ahli waris dalam keadaan miskin. Inilah maksud mengatakan perkataan yang benar (lihat akhir ayat tersebut). Ada pula yang mengatakan, bahwa ayat ini ditujukan kepada para wali terhadap orang-orang yang kurang akalnya baik orang gila, anak-anak maupun orang-orang yang lemah agar mereka menyikapi orang-orang yang lemah itu seperti sikap mereka terhadap anak-anak mereka sendiri.
Menurut Ibnu Abbas, bahwa ayat ini berkenaan dengan seorang yang akan meninggal, lalu orang yang hadir mendengar orang yang akan meninggal itu berwasiat yang isinya memadharatkan ahli waris, maka Allah Ta'ala memerintahkan orang yang mendengarnya itu menyuruhnya bertakwa kepada Allah, mengarahkan dan meluruskannya kepada yang benar. Ia pun hendaknya memperhatikan ahli warisnya sebagaimana dirinya senang menyikapi ahli warisnya dengan sikap yang menunjukkan kekhawatiran akan terbengkalainya mereka (ahli waris).
Yakni dalam mengurus orang lain, dengan cara mengurusnya sejalan dengan ketakwaan kepada Allah, tidak merendahkan mereka, tidak membiarkan mereka dan menyuruh mereka bertakwa.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Nisa Ayat 9
Setelah menjelaskan anjuran berbagi sebagian dari harta warisan yang didapat kepada kerabat yang tidak mendapatkan bagian, ayat ini memberi anjuran untuk memperhatikan nasib anak-anak mereka apabila menjadi yatim. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan di kemudian hari anakanak yang lemah dalam keadaan yatim yang belum mampu mandiri di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan-Nya lantaran mereka tidak terurus, lemah, dan hidup dalam kemiskinan. Oleh sebab itu, hendaklah mereka para wali bertakwa kepada Allah dengan mengindahkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar, penuh perhatian dan kasih sayang terhadap anak-anak yatim dalam asuhannya ayat ini memperingatkan bahaya berlaku aniaya khususnya kepada anak yatim. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim tanpa alasan yang dibenarkan menurut agama, dan menggunakannya untuk kepentingan diri mereka sendiri secara berlebihan, maka dengan perbuatan tersebut sebenarnya mereka itu memakan makanan yang haram dan kotor ibarat menelan api dalam perutnya dan tindakan mereka akan mengantar mereka masuk ke dalam api yang menyala-Nyala yaitu neraka. Tempat itu diperuntukkan bagi orangorang yang celaka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian beragam penjabaran dari para ulama tafsir berkaitan makna dan arti surat An-Nisa ayat 9 (arab-latin dan artinya), moga-moga berfaidah untuk kita semua. Sokonglah usaha kami dengan memberikan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.