Surat Ali ‘Imran Ayat 164

لَقَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Arab-Latin: Laqad mannallāhu 'alal-mu`minīna iż ba'aṡa fīhim rasụlam min anfusihim yatlụ 'alaihim āyātihī wa yuzakkīhim wa yu'allimuhumul-kitāba wal-ḥikmah, wa ing kānụ ming qablu lafī ḍalālim mubīn

Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

« Ali 'Imran 163Ali 'Imran 165 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Kandungan Menarik Terkait Dengan Surat Ali ‘Imran Ayat 164

Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 164 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada variasi kandungan menarik dari ayat ini. Tersedia variasi penjabaran dari kalangan ahli ilmu mengenai makna surat Ali ‘Imran ayat 164, sebagiannya sebagaimana tercantum:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Sesungguhnya Allah telah melimpahkan kenikmatan kepada kaum mukminin dari bangsa arab, ketika Dia mengutus di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri,membacakan ayat-ayat al-qur’an kepada mereka,dan menyucikan mereka dari kemusyrikan dan akhlak yang rusak, dan mengajarkan kepada mereka al-qur’an dan assunnah. Dan mereka dahulu sebelum kedatangan rasul tersebut benar-benar berada di dalam kesesatan dan kebodohan yang nyata.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

164. Allah mengabarkan dan menegaskan bahwa Dia telah memberi keutamaan kepada orang-orang beriman, Dia telah mengutus rasul yang berasal dari Arab yang membacakan kepada mereka ayat-ayat al-Qur’an, membersihkan mereka dari berbagai kemaksiatan, dan mengajarkan al-Qur’an dan as-Sunnah; padahal sebelum Rasulullah diutus mereka berada di dalam kesesatan dan kebodohan yang jelas.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

164. Sungguh Allah telah melimpahkan karunia dan kebaikan-Nya kepada orang-orang mukmin tatkala Dia mengirimkan kepada mereka seorang rasul dari bangsa mereka sendiri untuk membacakan Al-Qur`ān kepada mereka, membersihkan diri mereka dari noda kemusyrikan serta dari akhlak yang tercela, dan mengajarkan Al-Qur`ān dan Sunah kepada mereka. Sementara dahulu sebelum diutusnya rasul tersebut mereka berada di dalam kesesatan yang nyata, jauh dari petunjuk dan jalan yang benar.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

164. لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ (Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman)
Yakni Allah telah memberi kenikmatan kepada mereka.

مِّنْ أَنفُسِهِمْ (dari golongan mereka sendiri)
Karena jika Rasul itu bukan dari golongan Bani Adam maka tidak akan tercapai kesempurnaan interaksi karena terdapat perbedaan jenis.

يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايٰتِهِۦ (yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah)
Ini adalah karunia yang kedua, yang berupa Rasul yang membacakan kepada mereka al-Qur’an padahal sebelumnya mereka dalam keadaan jahiliyyah tidak mengetahui apapun dari syari’at.

وَيُزَكِّيهِمْ (membersihkan (jiwa) mereka)
Yakni membersihkan mereka dari najisnya kekufuran.

وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ (dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab)
Yakni al-Qur’an.

وَالْحِكْمَةَ (dan Al Hikmah)
Yakni as-sunnah.

لَفِى ضَلٰلٍ مُّبِينٍ (benar-benar dalam kesesatan yang nyata)
Yakni yang jelas dan tidak ada keraguan dalam kesesatannya.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Sesungguhnya orang yang bahagia hanya orang yang dikaruniakan oleh Allah untuk menyibukkan diri dengan al-qur’an, baik dengan membaca dan mempalajarinya ataupun dengan mengajarkannya, karena semua itu adalah pekerjaan para nabi, yang dikepalai oelh nabi kita Muhammad, Allah befirman : { لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ }


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

164 Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yaitu seorang manusia dari golongan Arab, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Al-quran sebagaimana mereka belum mengetahui syariat pada masa Jahiliyyah, serta membersihkan jiwa mereka dari kotoran kekufuran dan dosa, dan mengajarkan kepada mereka Al-quran dan sunnah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan dan kebodohan yang nyata.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia} memberikan nikmat dan keutamaan {kepada orang-orang mukmin ketika mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul dari kalangan mereka} dari jenis mereka} yang membacakan mereka ayat-ayatNya, menyucikan mereka} menyucikan mereka dari kemusyrikan dan dosa {dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah} Al-Qur’an dan sunnah {Sesungguhnya mereka sebelum itu} sebelum diutusnya Rasulullah {benar-benar dalam kesesatan yang nyata} nyata


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

164. Karunia ini yang telah Allah berikan kepada hamba-hambaNya, merupakan karunia yang paling besar bahkan karunia yang paling mendasar, yaitu anugerah dengan adanya Rasul yang mulia tersebut kepada mereka, yang dengannya Allah menyelamatkan mereka dari kesesatan, dan memelihara mereka dengannya dari kehancuran, maka Allah berfirman, “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus pada mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri” yang mereka ketahui garis keturunannya, keadaannya dan bahasanya dari kaum mereka dan suku mereka sebagai seorang pemberi nasihat bagi mereka, bersikap kasih sayang terhadap mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, dan mengajarkan kepada mereka lafazh dan maknanya, “dan membersihkan (jiwa) mereka” dari syirik dan maksiat, hal-hal yang hina serta seluruh akhlak-akhlak yang buruk, “dan mengajarkan kepada mereka al-kitab, ” baik jenis al-Kitab (secara umum) yang maksudnya adalah al-Quran, sehingga Firman Allah, “Yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, ” maksudnya adalah, ciptaan-ciptaan Allah (al Ayat al-Kauniyah), atau yang dimaksudkan dengan al-KItab di sini adalah penulisan, sehingga maknanya adalah bahwa Allah telah memberikan karuniaNya atas mereka dengan mengajarkan al-Kitab dan penulisan, di mana dengan tulisan itu ilmu dapat dipahami dan terjaga. “Dan al-Hikmah, ” yaitu, as-Sunnah yang merupakan pendamping al-Quran. Atau (juga bermakna) meletakkan sesuatu pada tempatnya dan mengetahui rahasia-rahasia syariat. Maka Allah menyatukan bagi mereka antara pengajaran hukum-hukum dan segala hal yang dengannya hukum-hukum tersebut direalisasikan dan segala hal yang menjadi perangkat didapatkannya faidah dan buahnya. Hingga mereka melampaui seluruh makhluk yang ada dengan perkara-perkara yang agung itu.
Dan mereka menjadi para ulama Rabbani, “sekalipun sebelum (kedatangan Nabi) itu”, maksudnya, sebelum diutusnya Rasul tersebut, “mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Mereka tidak mengetahui jalan yang menghantarkan mereka kepada Rabb mereka, tidak juga tentang perkara yang membersihkan jiwa mereka dan menyucikannya. Akan tetapi apa yang dihiasi oleh kebodohan mereka, niscaya mereka melakukannya walaupun perbuatan itu bertentangan dengan akal sehat seluruh alam.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 159-164
Allah SWT berfirman seraya berbicara kepada RasulNya dan menambahkan atas dirinya dan orang-orang yang mukmin dalam apa yang telah mengendap dalam hatinya terhadap umatnya yang mengikuti perintahnya, yang meninggalkan larangannya, dan Dia memberikan kata-kata yang lembut kepada mereka: (Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka) yaitu hal apa yang membuat kamu bersikap lembut kepada mereka, kalau bukan karena rahmat Allah terhadapmu dan mereka.
Qatadah berkata terkait firmanNya (Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka) yaitu bahwa karena rahmat Allahlah yang membuat kamu bersikap lembut kepada mereka.
Huruf “maa” adalah “shilah”. Bangsa Arab menghubungkannya dengan isim ma’rifah, sebagaimana firman Allah: (Fa bimaa naqdhihim miitsaaqahum) (Surah An-Nisa, 155), dan dengan isim nakirah sebagaimana dalam firmanNya (‘amma qaliil) Demikian juga Allah berfirman di sini (Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka) yaitu disebabkan rahmat dari Allah
Hasan Al-Bashri berkata: “Ini adalah akhlak nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah dengan hal itu”
Kemudian Allah SWT berfirman: (Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu) Maksud dari kata bersikap keras di sini adalah kata-kata yang kasar, sesuai dengan firmaan setelahNya (lagi berhati kasar) yaitu jika ucapanmu kasar, maka hatimu akan keras keras terhadap mereka dan mereka akan menjauh darimu dan meninggalkanmu. Akan tetapi Allah telah mengumpulkan mereka di sekitarmu, dan menjadikanmu lembut terhadap mereka untuk meneguhkan hati mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Amr bahwa dia melihat sifat Rasulullah SAW dalam kitab-kitab terdahulu: bahwa dia bukanlah orang yang kasar, keras, berbuat gaduh di pasar-pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dia akan memaafkan.
Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: (Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu) Demikian juga Rasulallah SAW biasa bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam suatu urusan, ketika beliau berbicara dengan lembut untuk memberi ketenangan hati mereka, sehingga mereka lebih tekun dalam melakukan apa yang akan mereka lakukan. Sebagaimana ketika Rasulullah SAW bermusyawarah dengan mereka terkait pergi ke suatu tempat Mereka berkata, “Ya Rasulullah, Seandainya engkau menghadapkan kami ke lautan ini, kami akan mengikutimu. Jika engkau berjalan dengan kami menuju telaga yang dalam, maka kami akan mengikutimu, Kami tidak akan mengatakan sesuatu yang dikatakan oleh kaum nabi Musa kepadanya: “Pergilah kamu dan Tuhanmu, lalu berperanglah. Kami akan menunggu di sini.” Tetapi kami akan berkata, “Pergilah, kami akan bersamamu, dan berada di sebelah depan, kanan, dan kirimu”. Rasulullah SAW juga bermusyawarah dengan mereka terkait tempat untuk tinggal, sehingga dia menyarankan kepada Mundzir bin Amr Al-Mu’taq untuk mati dengan maju menghadang musuh. Rasulullah SAW juga bermusyawarah dengan mereka terkait perang Uhud apakah mereka akan menunggu di Madinah atau keluar melawan musuh. Mayoritas mereka menyarankan untuk keluar menghadapi musuh, dan Rasulullah SAW bermusyawarah dengan mereka terkait peperangan dan urusan lainnya.
Firman Allah SWT: (Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah) yaitu ketika kamu bermusyawarah dalam suatu perkara dan membulatkan tekad atas perkara itu, maka bertawakallah kepada Allah dalam hal itu. (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya) Firman Allah (Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal (160)) Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya dari firmanNya: (Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) (Surah Ali Imran: 126). Kemudian Dia memerintahkan mereka untuk bertawakkal kepadaNya, lalu Dia berfirman: (hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal)
Firman Allah SWT: (Tidak mungkin seorang nabi berkhianat) Ibnu Abbas, Mujahid, Hasan, dan yang lainnya berkata: “Tidak patut bagi seorang nabi berkhianat”
Ini adalah pembebasan bagi beliau SAW dari segala bentuk khianat dalam menjalankan amanah, pembagian harta rampasan, dan lain sebagainya.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya) Ini adalah ancaman yang sangat keras dan peringatan yang tegas, dan telah disebutkan dalam hadits yang tentang larangan melakukan hal tersebut.
Dalam hadits shahih Bukhari Muslim dari Sa'id bin Zaid, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang berbuat zalim (dengan mengambil) sejengkal tanah, maka Allah akan mengalungkan di lehernya tujuh lapis bumi pada hari kiamat”
Firman Allah: (Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali (162)) yaitu tidaklah sama orang yang mengikuti keridhaan Allah dalam apa yang telah Dia syariatkan, maka dia pantas mendapatkan keridhaanNya yang agung dan pahala yang melimpah, serta dijauhkan dari siksaanNya yang berat. Adapun orang yang pantas mendapat murka Allah dan dihukum olehNya, maka tidak ada tempat menghindar dariNya, dan tempat kembali baginya pada hari kiamat adalah neraka Jahannam, seburuk-buruknya tempat kembali. Terkait hal ini terdapat dalam berbagai ayat dalam Al-Qur'an, sebagaimana firmanNya: (Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?) (Surah Ar-Ra'd: 19), dan (Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi; kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)? (61)) (Surah Al-Qashash).
Kemudian Allah SWT berfirman: ((Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah) Hasan Al-Bashri dan Muhammad bin Ishaq berkata,”Maknanya adalah beberapa derajat bagi orang yang melakukan kebaikan dan orang yang melakukan keburukan.
Abu 'Ubaidah dan Al-Kisa'i berkata bahwa maknanya adalah beberapa tempat, yaitu mereka dipisah-pisah dalam tingkatan dan kedudukan (tinggi) di surga dan kedudukan (rendah) di neraka, sebagaimana firman Allah SWT: (Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya…) (Surah Al-An’am: 132). Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: (dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan) yaitu Dia akan membalas mereka dengan adil, sehingga Dia tidak akan menganiaya mereka dengan kebaikan dan tidak menambahkan kepada mereka dengan kejahatan, melainkan Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amalnya.
Firman Allah SWT (Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri) yaitu dari kalangan mereka sendiri agar mereka dapat berbicara dengannya, duduk dengannya, dan mengambul manfaat darinya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri) (Surah Ar-Rum: 21) yaitu dari kalangan kalian, dan Allah SWT berfirman: (Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa") (Surah Al-Kahfi: 110). Ini adalah bukti yang jelas atas pemberian Allah bahwa RasulNya yang diutus untuk mereka berasal dari kalangan mereka sendiri, sehingga mereka bisa berbicara dengannya, merenungkan ajaran-ajarannya, Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah) yaitu Al-Qur’an (membersihkan (jiwa) mereka) yaitu memerintahkan mereka untuk berbuat baik dan melarang dari perbuatan yang munkar. untuk membersihkan jiwa mereka dan membersihkan mereka dari kotoran yang mereka lakukan ketika mereka masih dalam keadaan musyrik dan jahiliyyah. (dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah) yaitu AL-Qur’an dan Sunnah (Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu) yaitu sebelum adanya rasul ini (mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata) yaitu dalam kesesatan dan kebodohan yang nyata dan jelas bagi setiap orang


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Ali ‘Imran ayat 164: Sesungguhnya Allah telah berbuat budi atas Mu'minin, karena la telah bangkitkan di antara mereka seorang Rasul dari jenis mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya dan membersihkan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab itu dan kebijaksanaan padahal sesungguhnya mereka itu, dahulunya, adalah di dalam kesesatan yang terang.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Karunia ini merupakan karunia yang paling besar, bahkan asasnya. Karunia ini merupakan karunia yang menyelamatkan mereka dari kesesatan dan dari jurang kebinasaan (neraka).

Yakni orang Arab seperti mereka agar mereka dapat memahami perkataannya, bukan dari kalangan malaikat dan bukan pula orang asing (non Arab). Mereka mengenali nasab Beliau, keadaannya, bahasanya dan sifatnya yang tulus dan sayang kepada mereka, ia membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan lafaz dan maknanya.

Dari dosa-dosa seperti dosa syirk, maksiat, perbuatan-perbuatan rendah dan semua akhlak buruk lainnya..

Adapula yang mengartikan hikmah dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya dan mengetahui rahasia syari'at.

Mereka tidak mengetahui jalan yang dapat mengantarkan mereka kepada Tuhan mereka serta tidak mengetahui sesuatu yang dapat membersihkan jiwa dan menyucikannya.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 164

Usai menjelaskan anugerah-Nya berupa tingkatan penghuni surga, dalam ayat ini Allah menyebut anugerah-Nya kepada kaum mukmin di dunia. Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yakni dari jenis manusia dan dari bangsa arab; dialah nabi Muhammad yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, baik dalam bentuk wahyu yang diturunkan maupun yang terbentang di alam raya, menyucikan jiwa mereka dari berbagai penyakit hati, dan mengajarkan kepada mereka kitab Al-Qur'an dan hikmah, yakni sunah atau kemahiran melakukan hal yang bermanfaat dan menolak mudarat, meskipun sebelumnya, yakni sebelum pengutusan nabi Muhammad, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata, yakni dalam kekafiran setelah dijelaskan bahwa diutusnya nabi Muhammad adalah karunia Allah yang sangat besar bagi umat manusia, lalu dijelaskan tentang adanya kemenangan dan kekalahan dalam peperangan sesuai dengan ketaatan terhadap hukum kemasyarakatan. Dan mengapa kamu heran ketika ditimpa musibah kegagalan pada perang uhud dengan gugurnya 70 orang dari pasukan mukmin, padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat kepada musuh-Musuhmu pada perang badar, kini kamu berkata, dari mana datangnya kekalahan ini' katakanlah, itu dari kesalahan dirimu sendiri karena kamu meninggalkan tuntunan rasulullah agar pasukan pemanah tidak meninggalkan tempat hingga peperangan selesai. Sungguh, Allah mahakuasa atas segala sesuatu.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Itulah sekumpulan penjelasan dari berbagai mufassirin mengenai isi dan arti surat Ali ‘Imran ayat 164 (arab-latin dan artinya), moga-moga memberi kebaikan untuk ummat. Sokong dakwah kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Link Paling Sering Dikaji

Terdapat banyak konten yang paling sering dikaji, seperti surat/ayat: Alhamdulillah, At-Tin, Ali ‘Imran 159, Al-Insyirah, Al-Fil, Inna Lillahi. Ada juga Al-Fath, Al-Ma’un, Al-Bayyinah, Al-Baqarah 183, Al-‘Alaq, Yusuf 4.

  1. Alhamdulillah
  2. At-Tin
  3. Ali ‘Imran 159
  4. Al-Insyirah
  5. Al-Fil
  6. Inna Lillahi
  7. Al-Fath
  8. Al-Ma’un
  9. Al-Bayyinah
  10. Al-Baqarah 183
  11. Al-‘Alaq
  12. Yusuf 4

Pencarian: surah balad, surat an najm ayat 39, al baqarah 42, surat penenang hati dan pikiran, quran surat al mulk

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.