Surat Ali ‘Imran Ayat 145
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ كِتَٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلْءَاخِرَةِ نُؤْتِهِۦ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِى ٱلشَّٰكِرِينَ
Arab-Latin: Wa mā kāna linafsin an tamụta illā bi`iżnillāhi kitābam mu`ajjalā, wa may yurid ṡawābad-dun-yā nu`tihī min-hā, wa may yurid ṡawābal-ākhirati nu`tihī min-hā, wa sanajzisy-syākirīn
Artinya: Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
« Ali 'Imran 144 ✵ Ali 'Imran 146 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Hikmah Menarik Mengenai Surat Ali ‘Imran Ayat 145
Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 145 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam hikmah menarik dari ayat ini. Ditemukan bermacam penjelasan dari beragam pakar tafsir berkaitan makna surat Ali ‘Imran ayat 145, di antaranya sebagaimana tercantum:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Seseorang tidak akan meninggal dunia kecuali dengan izin Allah dan takdirNya dan sampai dia menghabiskan masa hidup yang Allah tentukan baginya sebagai bentuk ketetapan yang pasti. Dan barangsiapa mencari kesenangan dunia dengan amal shalihnya,maka Kami akan memberikan kepadanya rizki yang telah Kami tentukan bagiannya bagi dirinya,dan tidak ada bagian pahala baginya di akhirat kelak. Dan barangsiapa mencari pahala dari Allah di akhirat dengan amal perbuatannya,maka Kami akan menganugerahinya apa yang ia inginkan,dan Kami akan berikan balasan kepadanya dengan sempurna,selain rizki yang menjadi bagiannya di dunia ini. Orang ini telah bersyukur kepada Kami dengan ketaatan dan jihadnya. Dan kami akan membalas orang-orang yang bersukur dengan kebaikan.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
145. Seseorang tidak akan mati kecuali dengan qadha dan takdir dari Allah. Allah telah menulis ajal setiap jiwa dalam kitab dengan waktu yang telah ditentukan.
Barangsiapa yang berhadap dari amalnya balasan dunia niscaya Kami akan memberinya, namun di akhirat ia tidak akan mendapat bagian pahalanya. Dan barangsiapa yang berharap balasan akhirat niscaya Kami akan memberinya balasan secara sempurna beserta bagian dunia yang telah Kami tetapkan. Dan Kami akan memberi pahala orang-orang yang bersyukur yang mengagungkan Allah dengan perkataan dan perbuatan.
Ayat ini terikat dengan kehendak Allah yang disebutkan dalam firman-Nya:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki. (al-Isra: 18).
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
145. Setiap jiwa tidak akan mati kecuali dengan ketentuan Allah setelah memenuhi jangka waktu yang telah ditetapkan oleh Allah dan Dia jadikan sebagai ajal baginya, tidak lebih dan tidak kurang. Barangsiapa menghendaki ganjaran di dunia dengan amal perbuatannya, Kami akan memberikanya menurut kadar yang telah ditetapkan untuknya, dan tidak ada bagian untuknya di akhirat. Dan barangsiapa menghendaki ganjaran Allah di akhirat, Kami akan memberikannya. Dan Kami akan memberikan balasan yang sangat besar bagi orang-orang yang bersyukur kepada Rabb mereka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
145. وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللهِ (Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah)
Yakni dengan qadha dan qadar dari Allah.
كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ (sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya)
Yakni Allah telah menuliskan kematian atas seluruh jiwa dengan batas waktu yang tidak dapat dipercepat maupun diundur.
وَمَن يُرِدْ (Barang siapa menghendaki)
Yakni dengan beramal untuk itu.
ثَوَابَ الدُّنْيَا (pahala dunia)
Seperti ghanimah (rampasan perang) dan yang lainnya.
نُؤْتِهِۦ مِنْهَا (niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu)
Yakni dari pahala tersebut.
وَمَن يُرِدْ (dan barang siapa menghendaki)
Yakni dengan beramal untuk itu.
ثَوَابَ الْاٰخِرَةِ (pahala akhirat)
Yakni berupa surga. Maka Kami akan berikan pula pahala tersebut, bahkan kami akan melipat gandakan kebaikannya dengan kelipatan yang banyak.
وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِينَ(Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur)
Yakni bersyukur dengan menjalankan apa yang Kami perintahkan seperti pergi berperang dan bersabar.
Dari Ali bin Abi Thalib ia berkata: orang-orang yang bersyukur yang senantiasa teguh diatas agama mereka adalah Abu Bakar Ash Shiddiq dan para sahabatnya.
Dan Ali bin Abi Thalib juga berkata: Abu Bakar adalah pemimpin orang-orang yang bersyukur, yakni karena keteguhan diatas agamanya setelah wafatnya Rasulullah dan karena ia memerangi orang-orang yang murtad.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
145 Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin dan ketetapan Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia seperti ghanimah dan lainnya, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, yaitu surga maka Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu dengan berlipat-lipat kebaikannya. Dan kami akan memberi balasan yang melimpah kepada orang-orang yang bersyukur. Yaitu orang-orang yang tetap teguh dalam agama mereka dan taat kepada perintah Tuhan-nya dengan berperang dan sabar.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Seseorang tidak akan mati} tidak mungkin bagi seseorang untuk mati {kecuali dengan izin Allah} kecuali dengan keputusan dan kuasa Allah {sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya} Dia menetapkan kematian dengan ketetapan yang ditentukan waktunya, waktu yang sudah ditentukan tidak bisa dimajukan tidak pula diakhirkan {Siapa saja yang menghendaki pahala dunia, maka Kami berikan} berikan {kepadanya pahala itu dan siapa yang menghendaki pahala akhirat, maka Kami berikan (pula) kepadanya pahala itu. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
145. kemudian Allah memberitakan bahwasanya seluruh jiwa terkait dengan ajal yang telah ditentukan untuknya dengan izin Allah, qadha dan qadarNya. karena itu, barang siapa yang ditentukan qadhanya untuk meninggal, niscaya mereka akan meninggal, walaupun tanpa ada sebabnya. Dan barang siapa yang di kehendaki hidup walaupun tertimpa oleh sebab-sebab yang memudaratkan jiwanya, niscaya tidak akan membinasakannya sebelum ajalnya tiba. itu karena Allah telah menetapkan qadha dan qadar dan menulisnya hingga waktu yang ditentukan. "Apabila ajal mereka telah tiba, niscaya tidak dapat di tunda sesaatpun dan tidak pula di majukan."
Kemudian Allah memberitakan bahwasanya Dia memberikan pahala dunia dan akhirat kepada manusia selama keinginan mereka tertuju kepada hal itu seraya berfirman, “Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu.”
Allah berfirman,
"Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya." -Al-Isra:20-21-
“Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” Allah tidak menyebutkan “balasan mereka, ” hal ini menunjukkan atas banyak dan agungnya balasan itu, dan agar diketahui bahwa balasan itu menurut kadar syukur yang dilakukan; sedikit-banyaknya maupun mutunya.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 144-148
Ketika kekalahan menimpa umat muslim pada hari perang Uhud dan di antara mereka tewas, setan berseru: “Sesungguhnya Muhammad telah tewas.” Kemudian Ibnu Qumai'ah kembali kepada orang-orang musyrik dan berkata kepada mereka,”Aku telah membunuh Muhammad” Dia mengklaim bahwa dia memukul Rasulullah SAW dan meretakkan kepala beliau dan menyebarkannya hal itu kepada banyak orang, sehingga mereka yakin bahwa Rasulullah SAW telah tewas, bahkan mereka menerima kabar itu, sebagaimana telah diceritakan oleh Allah tentang banyak nabi sebelumnya, sehingga terjadi keraguan, kelemahan, dan keterlambatan dalam berperang. Pada saat itu, Allah SWT menurunkan kepada RasulNya ayat ini: (Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul) yaitu dia adalah seorang rasul yang telah mengikuti jejak para rasul sebelumnya dalam menyampaikan risalah dan ketika menghadapi bahaya pembunuhan) yaitu kalian kembali kepada kemunduran (Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) yaitu orang-orang yang mematuhiNya, berperang demi agamaNya, dan mengikuti RasulNya baik hidup maupun mati.
Diriwayatkan dari Ibnu Syihab, telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah, bahwa Aisyah memberitahunya, bahwa Abu Bakar datang dengan menaiki kuda dari rumahnya di As-Sunuh hingga يia turun, lalu masuk ke masjid dan tidak berbicara dengan orang-orang, hingga menemui Aisyah lalu dia mengusap Rasulullah SAW yang telah ditutup dengan kain bermotif, kemudian dia membuka tutup wajahnya, memeluknya, menciumnya dan dia menangis. Abu Bakar berkata; "Demi Bapakku, dan ibuku, demi Allah! Allah tidak akan mengumpulkan atas dirimu dua kematian selamanya, adapun kematian yang telah Allah tuliskan atas dirimu, sungguh engkau telah menjalaninya." Az Zuhri berkata; Dan telah menceritakan kepadaku Abu Salamah dari Abdullah bin Abbas bahwa Abu Bakar datang ketika Umar sedang berbicara di hadapan orang banyak. Lalu Abu Bakar berkata; Duduklah wahai Umar, namun Umar tidak mau duduk. Lalu orang-orang pun mengalihkan pandanganya kepada Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Lalu Abu Bakar berkata; Barangsiapa di antara kalian yang menyembah nabi Muhammad SAW, maka sungguh nabi Muhammad telah wafat. Dan barangsiapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah maha hidup dan tidak akan mati. Allah SWT berfirman, (Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul) sampai firmanNya, (orang-orang yang bersyukur) Dia berkata, “Maka demi Allah, seakan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membaacakannya kepada mereka, lalu semua orang membacanya. Setiap orang yang mendengarnya membaca ayat tersebut dan Sa’id bin Al-Musayyib memberitahuku bahwa Umar berkata,” Demi Allah, aku baru tahu setelah mendengar dari Abu Bakar, hingga aku pun bergetar dan kedua kaki tidak tahan berdiri, aku pun terjatuh ke bumi ketika mendengar bacaannya. Firman Allah, (Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya) yaitu tidak ada satu orang pun yang mati kecuali dengan ketentuan Allah, hingga dia wafat pada waktu yang telah ditetapkan oleh Allah baginya. Oleh karena itu Allah berfirman, ((sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya) sebagaimana firmanNya, (Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh)) (Surah Fathir: 11) dan firman Allah, (Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya) (Surah Al-An'am: 2) Ayat ini untuk memberi semangat kepada orang-orang yang enggan berperang, bahwa maju dan menahan diri dari perang tidak akan mengurangi dan menambahi umur seseorang.
Firman Allah (Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu) yaitu barang siapa yang hanya beramal untuk kehidupan dunia, maka dia akan mendapatkan balasan sesuai yang ditakdirkan Allah untuknya di dunia, dan tidak akan ada bagian baginya di akhirat. Adapun siapa saja yang berusaha untuk kehidupan akhirat, maka Allah akan memberikan kepadanya hal itu beserta apa yang telah diatur oleh Allah untuknya di dunia, sebagaimana Allah berfirman: (Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat (20)) (Surah Asy-Syura) dan (Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir (18) Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik (19)) (Surah Al-Isra) Oleh karena itu Allah berfirman di sini, (Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) yaitu Kami akan memberi mereka karunia dan rahmat Kami di dunia dan akhirat sesuai dengan rasa syukur dan amal mereka.
Kemudian Allah SWT berfirman sembari menghibur orang-orang mukmin tentang apa yang terjadi dalam hati mereka pada hari perang Uhud, (Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa) Dikatakan bahwa berapa banyak nabi yang terbunuh, dan banyak dari para sahabat mereka yang terbunuh. Pendapat ini adalah yang dipilih Ibnu Jarir, dia berkata,"Adapun orang-orang yang membaca, (yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya)) mereka berkata bahwa yang dimaksud dengan “Al-Qatlu” adalah Nabi, dan sebagian dari para sahabatnya, bukan semuanya. Hal ini untuk menghilangkan kerapuhan dan kelemahan dari orang-orang yang di antara para sahabat yang tidak terbunuh", Dia berkata, "Orang-orang yang membaca, “Qaatala”, dia memilih bacaan itu, karena dia mengatakan bahwa jika semua para sahabat yang terbunuh, maka tidak mungkin Allah berfirman (Mereka tidak menjadi lemah) dapat diketahui, karena bahwa bukan hal mustahil jika mereka digambarkan bahwa mereka tidak menjadi rapuh dan lemah setelah mereka dikalahkan. Kemudian para ulama’ qira’ah membaca (Qaatala ma’ahu ribbiyyuuna katsiirun) karena Allah dengan ayat ini dan ayat sebelumnya menegur orang yang mengalami kekalahan pada perang Uhud, meninggalkan peperangan ketika mereka mendengar orang yang berteriak bahwa nabi Muhammad telah terbunuh. Allah menegur mereka karena melarikan diri dan meninggalkan peperangan. Lalu berfirman kepada mereka (Jika dia wafat atau dibunuh) wahai orang-orang mukmin, kalian melarikan diri dari agama kalian (kamu berbalik ke belakang (murtad)?) Dikatakan "Berapa banyak dari nabi yang memiliki banyak sahabat yang mengikutinya terbunuh. Pendapat Ibnu Ishaq dalam sirahnya bahwa itu menghendaki kalam lainnya. Dia berkata,”Berapa banyak nabi yang terbunuh sedangkan bersamanya pengikut, yaitu jamaah, lalu mereka tidak rapuh setelah ketiadaan nabi mereka, tidak merasa lemah terhadap musuh mereka, dan tidak melarikan diri dari Allah dan agama mereka akibat apa yang menimpa mereka, dan itu merupakan kesabaran (Allah menyukai orang-orang yang sabar). Dia menjadikan firmanNya (ma’ahu ribbiyyuuna katsiirun) sebagai haal. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa (Ribbiyyuuna katsiirun) maknanya adalah ribuan pasukan. Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, As-Suddi, Ar-Rabi’, ‘Atha’ Al-Khurasani berkata “Ar-ribbiyyun” adalah kumpulan yang banyak.
Diriwayatkan dari Hasan, (Ribbiyyuuna katsiirun) yaitu ulama yang banyak.
Ibnu Zaid berkata, “Ar-ribbiyyun” adalah pengikut-pengikut dan umat-umat, sedangkan "Ar-Rabbaniyun" adalah para penguasa.
(Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah) Qatadah dan Ar-Rabi' bin Anas berkata, (dan tidak lesu) karena tewasnya nabi mereka (dan tidak (pula) menyerah) Dia berkata, “Mereka tidak menarik dukungan mereka dan agama mereka agar tetap berjuang untuk apa yang telah diperjuangkan nabi Allah sampai mereka bertemu Allah.
As-Suddi dan Ibnu Zaid berkata, "Dan mereka tidak merendahkan diri kepada musuh-musuh mereka"
Muhammad bin Ishaq, As-Suddi, dan Qatadah berkata, "yaitu apa yang menimpa mereka ketika nabi mereka terbunuh"
(Allah menyukai orang-orang yang sabar (146) Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" (147)) yaitu mereka tidak meminta hal lain selain itu. (Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia) yaitu pertolongan, kemenangan dan keberhasilan (dan pahala yang baik di akhirat) yaitu mencakup semua yang disebutkan sebelumnya dengan ini (Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan).
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Ali ‘Imran ayat 145: Dan tidak ada satu pun jiwa yang mati melainkan dengan izin Allah tulisan yang ditentukan temponya; dan barangsiapa mau ganjaran dunia, Kami akan beri kepadanya daripada (ganjaran dunia) itu; dan barangsiapa mau ganjaran Akhirat, Kami akan beri kepadanya daripada (ganjaran Akhirat) itu; dan Kami akan balas mereka yang bersyukur.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Yakni dengan qadhaa'-Nya.
Tidak maju dan tidak mundur. Oleh karena itu, mengapa kalian malah mundur? Padahal mundur tidak menolak kematian dan tetapnya kalian (bersabar) pun tidak mengakhiri kehidupan. Dengan demikian, kalau seseorang ditaqdirkan akan mati, maka ia akan mati walau pun tanpa sebab dan kalau pun seseorang diancam mati atau ada usaha dari orang lain untuk membunuhnya, maka dia tidak akan mati sampai tiba ajalnya.
Tidak disebutkan balasannya karena banyak dan besarnya balasan, dan bahwa balasan akan diberikan sesuai tingkat syukur seseorang; sedikit atau banyak.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 145
Sebagian pasukan muslim lari dari medan perang uhud karena takut mati. Mereka lupa bahwa setiap yang bernyawa tidak akan mati dengan sebab apa pun kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya sehingga tidak bisa disegerakan dengan tetap bertahan dalam medan pertempuran atau ditunda dengan meninggalkan medan perang. Barang siapa berperang dan berusaha karena menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya sebagian pahala dunia itu bagi siapa yang kami kehendaki, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu sebagai anugerah kami atas syukur mereka yang telah menggunakan nikmat kami sebagaimana seharusnya, dan pasti kami akan memberi balasan kebaikan kepada orang-orang yang bersyukur (lihat: surah al-isra''/17: 18-19) ayat ini masih berisi kritikan terhadap pasukan islam yang tidak taat kepada perintah rasulullah dalam perang uhud dengan memaparkan keadaan nabi dan umat terdahulu. Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa juga terluka dan terbunuh. Tetapi mereka, yakni para pengikut nabi tersebut, tidak menjadi lemah kondisi fisiknya karena bencana kekalahan yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak pula menyerah kepada musuh dengan meminta perlindungan kepada mereka. Dan Allah mencintai, serta memberi anugerah kepada orang-orang yang sabar dalam menjalankan kewajiban dan menghadapi musuh.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah beberapa penjabaran dari berbagai mufassirun terhadap makna dan arti surat Ali ‘Imran ayat 145 (arab-latin dan artinya), moga-moga memberi kebaikan bagi kita bersama. Sokong usaha kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.