Surat Al-Fajr Ayat 5
هَلْ فِى ذَٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِى حِجْرٍ
Arab-Latin: Hal fī żālika qasamul liżī ḥijr
Artinya: Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Kandungan Menarik Mengenai Surat Al-Fajr Ayat 5
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Fajr Ayat 5 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai kandungan menarik dari ayat ini. Didapatkan berbagai penjelasan dari para mufassirun terhadap kandungan surat Al-Fajr ayat 5, di antaranya sebagaimana terlampir:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
1-5. Allah bersumpah dengan waktu fajar, Juga dengan 10 malam pertama bulan dzulhijjah dan apa yang dengannya ia dimuliakan, Juga dengan segala apa yang genap dan ganjil, Dan dengan malam bila ia hadir dengan kegelapannya, Tidakkah sumpah sumpah diatas mengandung nasihat yang cukup bagi pemilik akal?
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
5. Dahulu ketika orang berakal jika mendengar sumpah yang kuat maka sumpah itu dapat menjadikannya berhenti dari kebebalan, karena dia mengetahui bahwa yang bersumpah ini telah mengatakan hal yang benar dalam sumpahnya.
Maka barangsiapa yang memiliki akal yang sehat, dia akan mengetahui bahwa apa yang Allah jadikan sumpah ini mengandung tanda-tanda kekuasaan Allah, Dia berhak untuk menjadikan hal-hal tersebut sebagai sumpah untuk menunjukkan siapa yang menjadi Pengaturnya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
5. Apakah pada makhluk-makhluk yang telah disebutkan itu terdapat sumpah yang bisa memuaskan orang yang berakal?
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
5. هَلْ فِى ذٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِى حِجْرٍ (Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal)
Makna (الحجر) yakni akal. Maka barangsiapa yang memiliki akal niscaya ia akan mengetahui bahwa segala sesuatu yang dipakai Allah sebagai sumpah memang layak untuk dipakai untuk itu.
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
1 ) . Pada permulaan surah ini Allah mengatakan : { هَلْ فِي ذَٰلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ } pada kata "al-Hijr" dalam ayat ini bermakna "al-'Aqlu" , maka kesimpulan yang dapat menarik perhatian orang-orang adalah : bahwasanya al-Qur'an ini berbicara kepada orang-orang yang berakal sehat, oleh karena itu tidak ada benturan antara hukum-hukum dan petunjuk yang berasal dari al-Qur'an dengan hukum-hukum yang di cerna oleh akal, bahkan akal yang sehat akan selalu mengikut kepada al-Qur'an dan membenarkan segala hukum yang berasal darinya, dalam hal ini al-Qur'an juga memberikan penguatan : { لقومٍ يَعْقِلُن } bahwasanya al-Qur'an ini diturunkan untuk kaum yang berakal, { لعلهم يتفكرون } .
2 ) . Akal juga disebut "Hijr" yang makna asalnya adalah larangan atau melarang, karena sesungguhnya akal yang sehat melarang dan menghalangi tuannya dari segala hal-hal yang tidak baik dan tidak sesuai dengannya.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
5. Adakah sumpah-sumpah ini ada yang dapat diterima oleh orang-orang yang berakal bahwa apa yang dijadikan sumpah oleh Allah itu adalah sesuatu yang besar dan haq untuk dijadikan sumpah?
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Apakah pada yang demikian itu terdapat sumpah} sumpah yang diterima {bagi orang yang berakal} orang yang berakal
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
1-5. Zahirnya, apa yang disumpahkan itulah yang menjadi obyek sumpah. Hal ini boleh dan lazim digunakan bila obyek sumpah berupa sesuatu yang zahir dan penting. Dan seperti itu juga dalam ayat ini.
Allah bersumpah dengan waktu fajar, yaitu penghujung malam dan permulaan siang. Karena di waktu akhir malam dan permulaan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah yang mengatur seluruh hal, yang menunjukkan kekuasaanNya yang sempurna. Dialah yang mengatur seluruh hal, yang hanya kepadaNya-lah ibadah layak ditunaikan. Di saat fajar, terdapat shalat utama lagi diagungkan yang baik untuk dijadikan sebagai obyek sumpah oleh Allah. Karena itu, setelahnya Allah bersumpah dengan sepuluh malam yang menurut pendapat yang benar adalah sepuluh malam di bulan Ramadhan atau sepuluh hari di bulan Dzulhijjah. Karena malam-malam tersebut mencakup hari-hari mulia, yang di dalamnya berlaku berbagai macam ibadah dan dan pendekatan diri yang tidak terdapat pada waktu lain.
Pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan terdapat malam lailatul qadar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan dan pada siang harinya terdapat puasa di akhir akhir bulan Ramadhan yang merupakan salah satu rukun Islam yang agung.
Pada sepuluh hari di bulan Dzulhijjah terdapat wuquf di Arafah yang pada saat itu Allah memberikan ampunan kepada para hambaNya yang membuat setan sedih. Setan tidak terlihat lebih hina dan kalah melebihi kehinaan dan kekalahannya di hari Arafah karena banyaknya malaikat dan rahmat yang turun dari Allah untuk para hambaNya. Pada hari itu, kebanyakan kegiatan haji dan umrah dilakukan. Semua itu adalah hal-hal agung yang berhak dijadikan sumpah oleh Allah.
“Dan demi malam bila berlalu,” yakni saat berlalu dan menurunkan kegelapannya atas manusia sehingga mereka menjadi tenang, nyaman, dan tentram sebagai rahmat dan hikmah dari Allah. “Pada yang demikian itu,” yang disebutkan sebelumnya, “terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal,” yakni untuk orang yang berakal sehat. Ya, sebagian dari hal itu cukup bagi orang-orang yang memiliki akal atau mendengar sebagai yang menyaksikan.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 1-14
Adapun “Al-Fajr” merupakan adalah suatu hal yang telah diketahui, pendapatan itu dikatakan Ibnu Abbas,
Dikatakan bahwa, makna yang dimaksud adalah seluruh siang hari; ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas.
Adapun sepuluh malam, makna yang dimaksud adalah sepuluh Dzulhijjah, sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Mujahid, dan beberapa ulama’ dari kalangan ulama salaf dan ulama kemudian.
Dikatakan bahwa makna yang dimaksud adalah sepuluh hari pertama dari bulan Muharram. Pendapat itu dikatakan Abu Ja'far Ibnu Jarir, tetapi tidak menisbatkannya kepada siapa pun.
Pendapat yang benar adalah yang pertama.
Firman Allah SWT: (dan yang genap dan yang ganjil (3)) yang dimaksud dengan “al-watr” adalah hari 'Arafah karena itu pada tanggal sembilan, dan yang dimaksud dengan “asy-syaf'u” adalah hari raya kurban karena itu pada tanggal sepuluh. Pendapat itu dikatakan Ibnu Abbas
Hasan Al-Bashri dan Zaid bin Aslam berkata bahwa semua makhluk adalah genap dan ganjil; Allah SWT bersumpah dengan menyebut makhlukNya. Pendapat ini merupakan riwayat dari Mujahid.
Diriwayatkan dari Mujahid tentang firmanNya: (dan yang genap dan yang ganjil (3)) Segala sesuatu yang diciptakan Allah disebut genap yaitu langit dan bumi, daratan dan lautan, jin dan manusia, matahari dan bulan.
Qatadah meriwayatkan dari Al-Hasan tentang firmanNya: (dan yang genap dan yang ganjil) yaitu bilangan itu ada yang genap dan yang ganjil.
Abu Al-’Aliyah, Ar-Rabi' bin Anas, dan selain keduanya berkata bahwa shalat itu ada yang rakaatnya genap, seperti empat rakaat dan dua rakaat, dan ada juga yang ganjil, seperti shalat magrib yang tiga rakaat yang dibilang shalat witir di siang hari. Demikian pula shalat witir yang dilakukan di akhir tahajud malam hari.
Ibnu Jarir tidak memutuskan dengan tegas di antara pendapat-pendapat itu tentang genap dan ganjil ini.
Firman Allah SWT: (dan malam bila berlalu (4))
Mujahid, Abu Al-’Aliyah, dan Qatadah meriwayatkan dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid tentang firmanNya: (dan malam bila berlalu (4)) yaitu ketika berjalan. Bisa ditafsirkan bahwa makna yang dimaksud dengan berjalan adalah tiba. Bisa dikatakan bahwa ini lebih sesuai, mengingat ia menjadi lawan kata dari firmanNya: (Demi fajar (1)) Karena sesungguhnya makna fajar adalah datangnya siang hari dan berlalunya malam hari. Maka apabila firman Allah SWT: (dan malam bila tiba (4)) ditafsirkan dengan,“datangnya malam hari', dan perginya siang hari dan sebaliknya. Sebagaimana firmanNya: (demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya (17) dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing (18)) (Surah At-Takwir)
Firman Allah SWT: (Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal (5)) yaitu, bagi orang yang mempunyai akal dan pemikiran. Sesungguhnya akal dinamakan hijr karena mencegah manusia dari melakukan perbuatan dan mengeluarkan ucapan yang tidak layak baginya. Sumpah ini yang menyebutkan waktu-waktu ibadah dan ibadah itu sendiri, seperti haji, shalat, dan lainnya, termasuk berbagai jenis dari amal untuk mendekatkan diri yang dijadikan sarana oleh hamba-hambaNya yang bertakwa, takut, dan tunduk kepadaNya untuk lnendekatkan diri mereka kepada DzatNya yang Maha Mulia. Setelah menyebutkan ibadah dan ketaatan mereka, Allah berfirman setelahnya: (Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (6)) Mereka adalah orang-orang yang membangkang, angkara murka, sewenang-wenang, enggan taat kepadaNya, mendustakan para rasulNya dan mengingkari kitab-kitabNya. Maka Allah SWT menyebutkan bagaimana Dia membinasakan dan menghancurkan mereka serta menjadikan mereka sebagai pelajaran dan kisah-kisah umat yang durhaka. Jadi Allah SWT berfirman: (Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (6) (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (7)) Mereka adalah kaum 'Ad pertama, yaitu keturunan dari 'Ad bin Iram bin ' Aush bin Sam bin Nuh. Pendapat itu dikatakan Ibnu Ishaq. Mereka adalah orang-orang yang telah diutus kepada mereka rasulNya, yaitu nabi Hud, lalu mereka mendustakan dan menentangnya. Maka Allah menyelamatkannya dari mereka beserta orang-orang yang beriman bersamanya dari mereka, dan Allah membinasakan mereka (engan angin topan yang sangat dingin (6) Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum 'Ād pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk) (7) Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka? (8)) (Surah Al-Haqqah) Allah SWT telah menyebutkan kisah mereka dalam Al-Qur'an bukan hanya pada satu tempat agar dijadikan pelajaran bagi orang-orang mukmin kehancuran yang telah menimpa mereka. Firman Allah SWT: ((yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) (7)) sebagai 'athaf bayan untuk menambahkan keterangan tentang identitas mereka.
FirmanNya SWT: (yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) karena mereka tinggal di kemah-kemah yang terbuat dari bulu yang kemudian ditegakkan dengan tiang-tiang yang kuat. Mereka terkenal sangat kuat di masanya dan paling besar tubuhnya. Oleh karena itu rasul mereka mengingatkan mereka atas nikmat tersebut dan memberi petunjuk kepada mereka agar nikmat itu dijadikan sebagai sarana bagi mereka untuk taat kepada Tuhan mereka yang telah menciptakan mereka (Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan) (Surah Al-A'raf: 69) dan (Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka?) (Surah Fushshilat: 15) Allah berfirman di sini: (yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain (8)) yaitu belum pernah ada suatu kabilah yang diciptakan seperti mereka di negeri mereka, karena kekuatan, kedahsyatan, dan perawakan mereka besar-besar.
Qatadah bin Di'amah dan As-Suddi berkata bahwa sesungguhnya Iram adalah ibu kota kerajaan kaum 'Ad. Ini merupakan pendapat yang baik dan kuat.
Mujahid dan Qatadah berkata tentang firmanNya: (yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) Mereka adalah penduduk yang bepindah-pindah dan tidak pernah menetap.
Firman Allah SWT: (yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain (8)) Ibnu Zaid merujukkan dhamir kepada “Al-'imad” karena ketinggiannya, dan dia berkata bahwa mereka telah membangun bangunan-bangunan yang tinggi di atas bukit-bukit pasir, yang belum pernah dibangun seperti itu di negeri-negeri lain. Adapun Qatadah dan Ibnu Jarir merujukkan dhamir itu kepada kabilah. yaitu belum pernah ada suatu kabilah pun yang diciptakan seperti mereka di banyak negeri, yaitu di masa mereka. Pendapat inilah yang benar, sedangkan pendapat Ibnu Zaid dan orang-orang yang mengikutinya lemah, karena seandainya makna yang dimaksud adalah demikian, maka bunyinya “lam yu'mal mi'tsluha fil bilad. dan sesungguhnya Allah berfirman: (yang belum pernah diciptakan (suatu kabilah pun) seperti mereka di negeri-negeri lain)
Saya berkata, pendapat apa pun itu, baik yang sebagai bangunan-bangunan tinggi yang mereka bangun, atau menganggapnya sebagai tiang-tiang rumah mereka di daerah pedalaman, atau senjata yang mereka pakai untuk berperang atau ketinggian seseorang dari mereka. Semuanya itu menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu umat yang disebutkan dalam Al-Qur'an bukan hanya pada satu tempat saja yang penyebutannya diiringi dengan kaum Tsamud, sebagaimana di sini; hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Pendapat Ibnu Jarir yang mengatakan bahwa firman Allah SWT: ((yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (7)) dapat ditafsirkan sebagai nama suatu kabilah atau suatu negeri yang dihuni oleh kaum ‘Ad yang karenanya kata Iram tidak ditashrif. Pendapat ini masih perlu ditinjau, karena makna yang dimaksud adalah konteks cerita hanya memberitahukan tentang kabilah. Oleh karena itu Allah SWT berfirman setelahnya: (dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah (9)) yaitu mereka memotong batu-batu yang ada di lembah.
Ibnu 'Abbas berkata bahwa mereka mengukir dan melubanginya. Demikian juga dikatakan Mujahid, Qatadah. Adh-Dhahhak, dan Ibnu Zaid. Termasuk dalam hal ini jika dikatakan “mujtaba an-nimar” jika mereka melubanginya. Dan dikatakan “ijtaba ats-tsauba” jika seseorang membukanya, oleh karena itulah disebut al-jaib juga. Allah SWT berfirman: (Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin (149)) (Surah Asy-Syu'ara’)
Firman Allah SWT: (dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (10)) “Al-autad” adalah tentara mendukung dan menguatkan perkaranya. Dikatakan bahwa Firaun jika mengikat kedua tangan dan kedua kaki mereka pada pasak-pasak besi, lalu digantungkan dengannya. Demikian juga dikatakan Mujahid, bahwa manusia diikat pada pasak-pasak besi
Firman Allah SWT: (Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri (11) lain mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu (12)) yaitu mereka berbuat angkara murka, angkuh, dan senang menebarkan kerusakan di bumi dan menyakiti orang lain (karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab (13)) yaitu Allah menurunkan kepada mereka azab dari langit dan hukuman yang tidak ada seorangpun dapat menolaknya dari kaum yang durhaka.
Firman Allah SWT: (Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi (14)) Ibnu Abbas berkata bahwa makna yang dimaksud adalah mendengar dan melihat, yaitu mengawasi apa yang mereka kerjakan dan Dia akan membalas masing-masing, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kelak Dia akan menampakkan semua makhluk di hadapanNya, lau dia memutuskan hukumNya terhadap mereka dengan adil, dan memberikan pembalasan kepada masing-masing sesuai dengan apa yang berhak baginya. Dia Maha Suci dari perbuatan aniaya dan melampaui batas.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)
Apakah dari apa yang telah disebutkan di ayat-ayat diatas yang Allah ﷻ bersumpah dengannya { قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ } ada sumpah yang berguna bagi orang-orang yang berakal, apakah sumpah itu dapat diterima oleh mereka dan memikirkan keajaiban-keajaiban yang ada padanya ?, { حِجْرٍ } berarti : العقل ( akal ) , karena sesungguhnya akal yang sehat mampu mencerna dan memahami ayat-ayat tersebut dan menerimanya.
Sedangkan orang yang tidak memliki akal yang sehat dia mampu memahami ayat tersebut akan tetapi tidak mengimaninya, maka keberadaannya seperti dengan ketiadaannya, dia tidak dapat mengambi manfaat dari amalan yag dia kerjakan, ayat-ayat Allah yang dia famahami tidak bermanfaat baginya tanpa keimanan yang nyata.
Kata "ٍحِجْر" yang makna asalnya adalah : larangan dapat diartikan menjadi "عقل" ( akal ) karena akal mampu menjaga pemiliknya dari hal-hal yang tidak pantas baginya, dan akan menghantarkan pemiliknya kepada sesuatu yang menjadi kemaslahatan dan kebaikan baginya, dan akal itu mampu membelenggu pemiliknya dari kelakuan-kelakuan dan ucapan-ucapan yang buruk yang sama sekali tidak bermanfaat bagi dirinya, bahkan didalamnya hanya mengandung keburukan dan kehinaan, dan akal adalah suatu nikmat yang sangat besar yang Allah ﷻ anguerahkan kepada hamba-hamba Nya, dan kereka akal juga lah yang membedakan antara manusia dan binatang, dan orang yang tidak waras menjadi buruk keadaannya karena akalnya yang telah diangkat dari dalam dirinya, dengan akal ini kita dapat memahami dan merasakan betapa besarnya nikmat Allah ﷻ kepada hamba-Nya, dan dengannya pula kita mampu mengetahui keburukan pada sesuatu apapun, kalian dapat mengetahui nikmat Allah ﷻ dengan akal ini yang dengannya pula kalian terjaga dari kesesatan dan pemikiran-pemikiran yang merusak, semua itu adalah nikmat Allah ﷻ yang sangat besar.
Akalh adalah salah satu nikmat yang paling besar yang Allah ﷻ berikan kepada hamba-Nya, oleh karena itu Allah ﷻ memerintahkan untuk menjaga akal yang sehat ini dari segala pelencengan, dan dari segala sesuatu yang memabukkan yang menyebabkan akal itu hilang dan tidak terkendali, karena dengan hilangnya akal yang disebabkan oleh sesuatu yang memabukkan akan menyebabkan dijatuhkannya hukuman cambuk sebanyak 80 kali cambukan kepada pemilik akal tersebut, dan hal ini menjadi syariat islam untuk kemaslahatan diri sendiri agar setiap jiwa kembali kepada fitrohnya yang suci, dan agar pelaku merasakan akibat dari maksiat itu sendiri, agar mereka mengetahui dan menyedari betapa berharganya akal yang sehat itu,. Sama halnya dengan narkoba dan sabu-sabu bahkan ini lebih besar dampaknya yang dapat merubah sifat manusia yang sesungguhnya menjadi seperti binatang yang tidak berakal, sehingga hidupnya menjadi suram penuh dengan kesengsaraan dan kehancuran.
Begitupun dengan bahan-bahan perusak lainnya seperti rokok dan qat yang dapat menjadi penyebab rusaknya akal yang sehat, semua itu menjadi penyebab hilangnya semangat hidup dari diri manusia, sehingga pekrjaannya pun terbengkalai dan semuanya akan berantakan.
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Fajr ayat 5: Setelah sumpah-sumpah ini, Allah berkata : Apakah di dalam penyebutan atas segala sesuatu (sumpah) ini ridha bagi orang-orang yang berpikir dan berakal ? Adapun jawaban bagi sumpah (di ayat sebelumnya) dihapus yang hakikatnya adalah : Allah bersumpah atas diri-siri kalian bahwa orang-orang kafir akan diadzab dengan sebab mereka kokoh diatas kekufuran mereka dan kosong dari keimanan kepada Allah.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Ya, pada sebagainnya saja sudah cukup bagi yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Fajr Ayat 5
Adakah pada yang demikian itu terdapat sumpah yang dapat diterima bagi orang-orang yang berakal' bagi mereka sumpah-sumpah tersebut sangat menggugah. Mereka tergugah untuk memikirkannya secara mendalam karena sumpah itu menunjukkan kekuasaan Allah dan anugerah-Nya yang besar bagi manusia. 6. Tidakkah engkau, wahai rasul dan kaum musyrik, memperhatikan dan merenungkan dengan pikiran jernih bagaimana tuhanmu berbuat terhadap kaum 'ad' Allah mengazab mereka karena telah berbuat durhaka, meski mereka memiliki kekuatan yang luar biasa.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah bermacam penjabaran dari banyak ulama tafsir mengenai kandungan dan arti surat Al-Fajr ayat 5 (arab-latin dan artinya), semoga menambah kebaikan untuk kita. Dukunglah kemajuan kami dengan mencantumkan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.