Surat Al-Muthaffifin Ayat 14

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Arab-Latin: Kallā bal rāna 'alā qulụbihim mā kānụ yaksibụn

Artinya: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.

« Al-Muthaffifin 13Al-Muthaffifin 15 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Menarik Terkait Dengan Surat Al-Muthaffifin Ayat 14

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Muthaffifin Ayat 14 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam tafsir menarik dari ayat ini. Tersedia beragam penjabaran dari banyak mufassir berkaitan isi surat Al-Muthaffifin ayat 14, misalnya seperti berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

10-17. Azab besar pada hari itu bagi orang orang yang mendustakan. Yaitu orang orang yang mendustakan hari pembalasan. Tidak ada yg mendustakannya kecuali orang yang dzhalim dan banyak berbuat dosa. Apabila ayat-ayat al-qur’an dibacakan kepadanya, dia berkata,”ini adalah kebatilan-kebatilan orang orang dulu.” Perkaranya tidak sebagaimana yang mereka tuduhkan, sebaliknya al-qur’an adalah firman Allah dan wahyu NYA kepada nabi NYA. Yang membuat hati mereka terhalang untuk membenarkan adalah apa yang menutupinya akibat banyaknya dosa dosa yang mereka lakukan. Perkaranya tidak sebagaimana yang diucapkan oleh orang orang kafir, sebaliknya pada hari kiamat,mereka terhalang sehingga tidak bisa melihat tuhan mereka di surga. Kemudian orang-orang kafir itu masuk kedalam api neraka,mereka merasakan panasnya, Kemudian kepada mereka dikatakan, “ini adalah balasan yang dulu kalian dustakan.”


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

14. Perkara ini bukan seperti yang dibayangkan oleh para pendusta itu. Justru perbuatan maksiat yang pernah mereka lakukan telah mengalahkan fungsi akal mereka itu sehingga mereka tidak bisa melihat kebenaran dengan hati mereka.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

14. كَلَّا ۖ (Sekali-kali tidak)
Ini merupakan peringatan dan bantahan bagi orang yang banyak berdosa itu dari perkataan batilnya dan pendustaannya terhadap al-Qur’an.

بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ (sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka)
Kemaksiatan dan dosa mereka sangat banyak sehingga meliputi hati mereka. Dan itulah yang menutupi hati mereka itu.
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dan menshahihkannya dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan suatu dosa maka akan diberikan titik hitam di hatinya, dan jika ia bertaubat, meninggalkan dosa itu, dan memohon ampun maka hatinya akan dibersihkan kembali. Namun jika ia kembali melakukan dosa itu maka titik hitamnya akan bertambah hingga menutupi hatinya. Dan itulah ‘Raan’ yang disebutkan Allah dalam al-Qur’an.”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

1) . Ali bin Thalib berkata : "sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih, apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati”, kemudian membaca ayat Allah : { كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ } .

2) . Bersiap-siaplah sebelum hati itu menjadi mati.
Berkata Al Hasan al-basri tentang ayat { كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ } : "Yaitu dosa yang semakin menumpuk sampai hati itu buta, dan akhirnya mati.

3) . Semakin dosa-dosa seseorang menumpuk, akan ada tanda dalam hatinya, dan ketika itulah hati menjadi buta dan tidak sanggup untuk menerima kebenaran dan baiknya agama, urusan akhirat akan direndahkan dibawah urusan dunia. : { كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }

4) . Hati telah menjadi rusak karena kemegahan dunia telah mengalahkannya, hatinya patuh kepada segala perintah dunia dengan kelezatan didalamnya, oleh karena itu setiap hamba harus mampu menguasai dirinya sehingga ia mampu kembali kepada mengingat tuhannya dan kepada peringatan akan akhirat dengan segala peristiwa menakutkan didalamnya, sehingga kita tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang Allah katakan dalam ayat-Nya : { كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ } .


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

14. Jangan begitu! Ungkapan untuk membantah dan mencerca para pendusta atas ejekan mereka terhadap Al-quran. Al-quran bukanlah dongeng orang terdahulu, tetapi merekalah yang hatinya terhalang dan tertutup sehingga cahaya hidayah tidak bisa masuk pada hati mereka. Penghalang itu adalah dosa dan amal buruk mereka semua


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Sekali-kali tidak. Bahkan, telah menutupi} telah menaklukkan {hati mereka itu apa yang selalu mereka kerjakan


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Ayat 14-17
Sedangkan orang yang bersikap adil lagi obyektif dan bertujuan mencari kebenaran yang nyata, ia tidak mendustakan Hari Pembalasan, karena Allah telah menegakkan dalil-dalil pasti dan bukti-bukti nyata yang membuatnya yakin dengan sebenarnya. Bukti dan dalil itu bagi pandangan hatinya laksana matahari bagi pandangan matanya. Tidak seperti orang yang hatinya tertutup oleh kemaksiatan-kemaksiatannya. Ia terhalang dari kebenaran. Karena itu balasannya adalah terhalang dari Allah sebagaimana hatinya dulu ketika di dunia terhalang dari menerima ayat-ayat Allah. “Kemudian sesungguhnya mereka,” di samping siksaan berat itu, “benar-benar masuk neraka, kemudian dikatakan (pada mereka),” “inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan.” Di sini Allah menyebutkan tiga macam azab untuk mereka; azab Neraka Jahim, azab celaan dan cemoohan, dan azab terhalang dari Rabb semesta alam yang mencakup murka dan marah Allah atas mereka dan hal itu lebih berat bagi mereka daripada siksaan neraka.
Kontekstual ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman akan melihat Rabb mereka pada Hari Kiamat dan di surga. Mereka merasa niikmat dengan memandang Allah yang jauh lebih besar dari seluruh kenikmatan. Mereka bergembira berbincang-bincang denganNya dan senang dekat denganNya sebagaimana disebutkan Allah dalam berbagai ayat al-Qur’an serta riwayat mutawatir yang dinukil dari Rasulullah.
Dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan dari berbagai dosa, karena dosa bisa menutupi hati sedikit demi sedikit hingga cahaya hati padam dan pandangan hati mati dan inilah yang akan memutarbalikkan kebenaran (pada diri seseorang), sehingga kabatilan dalam pandangannya adalah kebenaran dan kebenaran dalam pandangannya adalah kebatilan. Dan inilah salah satu hukuman dosa terbesar.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 7-17
Allah SWT: (sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin) yaitu tempat kembali dan tempat berpulang mereka adalah ke Sijjin. Kata sijjin menggunakan wazan fa'il dari kata “as-sijnu” yang artinya kesempitan, sebagaimana dikatakan fasiq, syarib, khamir, dan sakir dan kata semacam itu. Oleh karena itu Allah mengagungkan perkaraNya, jadi Dia SWT berfirman: (Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (8)) yaitu sesuatu perkara yang menakutkan, penjara yang abadi, dan azab yang menyakitkan.
Kata Sijjin diambil dari kata “as-sijnu” adalah sempit. karena sesungguhnya semua makhluk itu setiap kali rendah, menyempit, dan setiap kali meninggi, maka bertambah luas. yaitu, sesungguhnya ketujuh ufuk itu masing-masing darinya lebih luas dan lebih tinggi daripada selainnya. Demikian pula bumi, yang masing-masing lapis lebih luas daripada yang lainnya, sehingga sampai pada lapis yang paling bawah yang semakin menyempit sampai pada pusat pertengahan bumi yang ada di lapis ketujuh. Mengingat tempat kembali orang-orang durhaka adalah neraka Jahanam yang merupakan lapisan paling dasar, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) (5) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih) (Surah At-Tin) dan di sini Allah berfirman: (Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin (7) Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (8)) yang menghimpunkan antara kesempitan dan kerendahan, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan (13)) (Surah Al-Furqan)
Firman Allah SWT: ((Ialah) kitab yang bertulis (9)) bukan tafsir dari firmanNya: (Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (8)) sesungguhnya ayat ini merupakan penjelasan bagi apa yang dicatatkan bagi mereka tentang tempat kembali mereka menuju Sijjin, yaitu hal itu telah ditulis dan dicatat darinya, tidak ada seorangpun yang ditambahkan di dalamnya dan tidak ada seorangpun yang dikurangi darinya.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan (10)) yaitu ketika mereka pada hari kiamat telah berada di sesuatu yang diancamkan Allah kepada mereka berupa Sijjin dan azab yang menghinakan. Telah disebutkan pembahasan itu tentang firmanNya (wail) dengan keterangan yang tidak perlu diulangi lagi dan yang dimaksud adalah kebinasaan dan kehancuran, sebagaimana dikatakan, "Kecelakaan bagi Fulan"
Kemudian Allah SWT berfirman seraya menjelaskan siapa orang-orang yang berdusta, durhaka, dan kafir: ((yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan (11)) yaitu tidak percaya tentang kejadiannya, tidak meyakini keberadaannya, dan menganggap mustahil perkaranya. Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan settap orang yang melampaui batas lagi berdosa (12)) yaitu melampaui batas dalam perbuatannya, berupa mengerjakan hal-hal yang diharamkan dan melampaui batas dalam menggunakan hal-hal yang diperbolehkan, serta berdosa dalam ucapannya; jika berbicara, dia berdusta; jika berjanji, dia mengingkarinya; dan jika bertengkar, dia melampaui batas.
Firman Allah SWT: (yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami, ia berkata, "Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu” (13)) yaitu apabila dia mendengar kalam Allah SWT dari Rasul SAW, maka dia mendustakannya dan menuduhnya dengan prasangka buruk, lalu dia meyakininya sebagai hal yang dibuat-buat yang dikumpulkan dari kitab orang-orang yang terdahulu. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu” (24)) (Surah An-Nahl)
Allah SWT berfirman: (Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka (14)) yaitu keadaannya tidak seperti apa yang mereka sangka, dan tidak seperti yang katakan bahwa Al-Qur'an ini adalah dongengan orang-orang terdahulu, bahkan Al-Qur'an itu adalah kalam dan wahyu Allah yang diturunkan kepada RasulNya. Dan sesungguhnya hati mereka tertutup dari keimanan kepada Al-Qur'an, tidak lain karena hati mereka telah dipenuhi oleh dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang banyak. Oleh karena itu Allah berfirman: (Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka (14))
Ar-rainu itu menutupi hati orang-orang kafir, dan Al-ghaimu menyelimuti hati orang-orang yang berbuat baik, sedangkan “Al-gainu” meliputi hati orang-orang yang didekatkan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW yang bersabda,”Sesungguhnya seorang hamba itu apabila melakukan suatu dosa, maka ada noda hitam di hatinya; dan apabila dia bertaubat darinya, maka noda itu lenyap dari hatinya dan menjadi cemerlang; dan apabila dia menambah dosanya, maka bertambah juga nodanya. Demikian itu berdasarkan firmanNya; ("Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (14))
Hasan Al-Bashri berkata bahwa yang dimaksud dengan itu adalah dosa di atas dosa sehingga membutakan hatinya sehingga mati. Demikian juga dikatakan Mujahid bin Jubair, Qatadah, Ibnu Zaid dan lainnya.
Firman Allah: (Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka (15)) yaitu pada hari kiamat bagi mereka itu Sijjin sebagai tempat tinggal mereka, kemudian mereka terhalang dari melihat Tuhan mereka yang menciptakan mereka.
Firman Allah SWT: (Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka (16)) yaitu kemudian mereka selain dihalangi dari melihat Tuhan mereka yang Maha Pengasih, mereka juga termasuk penghuni neraka (Kemudian, dikatakan (kepada mereka), "Inilah azab yang dahulu selalu kalian dustakan" (17)) yaitu, hal itu dikatakan kepada mereka dengan maksud mengecam, mencemooh, menghina dan merendahkan


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Benar, sesungguhnya apa yang mereka katakan tentang AL-Qur'an ini tidak sesuai dengan perkara yang sebenarnya, itu dikarenakan hati mereka telah tertutup, sehingga tidak sampai kepadanya cahaya Al-Qur'an, dan wahyu Allah itu tidak bermanfaat bagi mereka, hati mereka telah tetutup rapat, dosa-dosa telah bertumpuk di hati mereka sampai akhirnya hati itu buta dan tertutup tidak mampu menerima kebenaran, peringatan dan nasehat tidak berpengaruh bagi diri mereka yang bodoh itu.

Dalam sebuah hadits Nabi diterangkan bahwasanya jika anak Adam melakukan satu kemaksiatan, maka akan tertulis di hatinya satu titik hitam, jika ia bertaubat titik hitam itu akan terhapu, dan kalau ia belum betaubat dan terus melakukan kemaksiatan, maka titik hitam itu akan terus bertambah sampai menutupi seluruh bagian dari harinya.

{ كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ } Hati mereka telah tertutup disebabkan oleh dosa kemaksiatan yang telah mereka perbuat, Allah juga mengatakan dalam ayat lain tentang keadaan orang-orang kafir : { خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ } ( Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. ) [ Al-Baqarah : 7 ] semua itu disebabkan oleh kekafiran dan kemaksian mereka.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

كَلَّا بَلْ Maknanya: Ayat-ayat itu bukanlah dongeng-dongeng orang dahulu namun itu karena mereka رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ Maknanya: berkumpul lalu menghalanginya dari kebenaran مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ “apa-apa yang mereka usakan” Maknanaya: Berupa perbuatan-perbuatan jelek, karena perbuatan-perbuatan jelek akan membatasi seseorang dengan petunjuk sebagaiamana Allah Ta’ala berfirman: وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ “Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.”(QS. Muhammad: 17) Barang siapa yang mendapat petunjuk dari petunjuk Allah, dan patuh terhadap apa yang Allah perintahkan, meninggalkan larangan-Nya, membenarkan yang diberitakan Allah , dan melakukan hal-hal itu juga terhadap yang datang dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak diragukan lagi bahwa harinya akan bercahaya, ia akan melihat kebenaran dengan sebenar-benarnya, dan melihat kebatilan dengan hakikatnya, dapat mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah ‘Azza Wa Jalla, ia akan memandang bahwa kedudukan ayat-ayat itu di atas semua ucapan, dan petunjuk Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas segala petunjuk. Inilah orang yang hatinya diberi cahaya oleh Allah dengan keimanan.
Ada pun orang yang hatinya terlumuri dengan kotoran dan najis kemaksiatan, maka ia tidak akan memandah ayat-ayat Allah sebagai kebenaran, bahkan ia akan memandang bahwa ayat-ayat tersebut adalah dongeng-dongeng orang terdahulu, sebagaimana disebutkan ayat ini كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan (berupa dosa) itu menutup hati mereka.”. Pada lafaz بَلْ [Bal] terdapat sedikit saktah (menghentikan bacaan sejenak) menurut sebagian ahli qiro’ah, sebagian lainnya tidak memandang demikian, kita boleh membacanya dengan mensaktahkan boleh juga dengan membacanya tanpa berhenti saktah كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ " Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan (berupa dosa) itu menutup hati mereka." , ini tidak akan mengubah makna, baik anda membaca dengan sakta atau tidak, maknanya tidak akan berubah.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Muthaffifin ayat 14: Ketahuilah oleh kalian, bahwa tidak demikian urusannya (sebagaimana yang mereka para pendusta katakan) mengenai Al Qur’an. Akan tetapi, merekalah manusia yang tertutup hatinya dan tidaklah apa yang mereka usahakan hanyalah menghasilkan dosa (bagi mereka sendiri), sampai-sampai menutupi hati dan pikiran mereka sendiri. Berkata Al Hasan : Keburukan itu adalah dosa yang kian menumpuk hingga membutakan hati dan hitam dengan sebab dosa. Dan memiliki tabiat (perangai) buruk yang tersimpan dalam hati, lebih besar daripada keburukan itu sendiri.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Ibnu Katsir berkata, “Yakni perkaranya tidaklah seperti yang mereka sangka, dan tidak seperti yang mereka katakan, yaitu bahwa Al Qur’an adalah dongengan-dongengan orang-orang terdahulu, bahkan ia adalah firman Allah, wahyu-Nya, dan kitab yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan sesungguhnya yang menghalangi hati mereka dari beriman kepadanya adalah karena Ar Raan yang menutupi hati mereka karena banyaknya dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, Allah berfirman, “apa yang mereka kerjakan.” Rain menimpa hati orang-orang kafir, ghaim menimpa hati orang-orang baik, sedangkan ghain menimpa hati orang-orang yang dekat (dengan Allah)”

Berupa kemaksiatan.

Sehingga hati mereka seperti berkarat. Syaikh As Sa’diy berkata, “Dalam beberapa ayat ini terdapat peringatan terhadap dosa, karena ia akan menutupi hati sedikit demi sedikit sampai hilang cahayanya dan mati ketajaman pandangannya sehingga hakikat menjadi terbalik atasnya, ia akan melihat kebatilan sebagai kebenaran dan kebenaran sebagai kebatilan, dan ini di antara hukuman terhadap dosa.”

Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ : كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sesungguhnya seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka akan digoreskan satu titik hitam di hatinya. Apabila dia berhenti, beristighfar dan bertobat, maka akan mengkilap lagi hatinya, dan jika ia mengulangi lagi, maka akan ditambah lagi (titik itu) sampai menutupi hatinya. Itulah Ar Raan yang disebutkan Allah (dalam Al Qur’an),” yaitu firman-Nya, “Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini dalam Shahih At Tirmidzi (3334). Hadits ini menurut penyusun Tuhfatul Ahwadzi diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim, ia berkata, “Shahih sesuai syarat Muslim.”)

Penyusun Tuhfatul Ahwadzi berkata, “Asal kata ‘Raan’ dan ‘Rain’ adalah tutupan, ia seperti karat yang menimpa sesuatu yang mengkilap.” Ath Thiibiy berkata, “Ar Raan dan Ar Rain adalah sama seperti kata ‘Aab dan ‘Aib. Ayat tersebut adalah berkenaan dengan orang-orang kafir, akan tetapi orang-orang mukmin ketika melakukan dosa, maka seperti mereka dalam hal hitamnya hati dan bertambahnya hal itu dengan bertambahnya dosa.” Ibnul Malak berkata, “Ayat ini disebutkan berkenaan dengan orang-orang kafir, akan tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkannya untuk menakut-nakuti orang-orang mukmin agar mereka berhati-hati dari terjatuh ke dalam banyak dosa agar hati mereka tidak menghitam sebagaimana menghitamnya hati orang-orang kafir. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kemaksiatan-kemaksiatan adalah pengantar kekafiran.”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Muthaffifin Ayat 14

Sekali-kali tidak demikian! Al-Qur'an adalah kalam dan wahyu Allah kepada nabi Muhammad. Bahkan apa yang mereka kerjakan itu, yaitu kekufuran dan maksiat, telah menutupi hati mereka sehingga tidak mampu membedakan antara yang hak dan batil. 15. Sekali-kali tidak! sesungguhnya mereka yang kafir dan berbuat maksiat pada hari pembalasan itu benar-benar terhalang dari rahmat tuhannya. Mereka tidak mendapatkan rahmat Allah dan tidak pula mampu melihat-Nya di akhirat nanti.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian sekumpulan penjabaran dari para mufassir mengenai makna dan arti surat Al-Muthaffifin ayat 14 (arab-latin dan artinya), moga-moga bermanfaat bagi kita semua. Sokong kemajuan kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Konten Banyak Dicari

Kaji banyak topik yang banyak dicari, seperti surat/ayat: At-Thalaq, Tentang Al-Quran, Al-Baqarah 43, Al-Jin, Al-Isra 25, Ad-Dukhan. Ada pula Al-Hadid 20, Al-Qamar 49, Ali ‘Imran 97, Al-Ma’idah 8, Ali ‘Imran 139, Al-Baqarah 45.

  1. At-Thalaq
  2. Tentang Al-Quran
  3. Al-Baqarah 43
  4. Al-Jin
  5. Al-Isra 25
  6. Ad-Dukhan
  7. Al-Hadid 20
  8. Al-Qamar 49
  9. Ali ‘Imran 97
  10. Al-Ma’idah 8
  11. Ali ‘Imran 139
  12. Al-Baqarah 45

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.