Surat Al-Muthaffifin Ayat 13

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ءَايَٰتُنَا قَالَ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ

Arab-Latin: Iżā tutlā 'alaihi āyātunā qāla asāṭīrul-awwalīn

Artinya: Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu"

« Al-Muthaffifin 12Al-Muthaffifin 14 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Berharga Terkait Dengan Surat Al-Muthaffifin Ayat 13

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Muthaffifin Ayat 13 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beraneka pelajaran berharga dari ayat ini. Didapatkan beraneka penjabaran dari banyak ahli tafsir berkaitan kandungan surat Al-Muthaffifin ayat 13, antara lain sebagaimana termaktub:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

10-17. Azab besar pada hari itu bagi orang orang yang mendustakan. Yaitu orang orang yang mendustakan hari pembalasan. Tidak ada yg mendustakannya kecuali orang yang dzhalim dan banyak berbuat dosa. Apabila ayat-ayat al-qur’an dibacakan kepadanya, dia berkata,”ini adalah kebatilan-kebatilan orang orang dulu.” Perkaranya tidak sebagaimana yang mereka tuduhkan, sebaliknya al-qur’an adalah firman Allah dan wahyu NYA kepada nabi NYA. Yang membuat hati mereka terhalang untuk membenarkan adalah apa yang menutupinya akibat banyaknya dosa dosa yang mereka lakukan. Perkaranya tidak sebagaimana yang diucapkan oleh orang orang kafir, sebaliknya pada hari kiamat,mereka terhalang sehingga tidak bisa melihat tuhan mereka di surga. Kemudian orang-orang kafir itu masuk kedalam api neraka,mereka merasakan panasnya, Kemudian kepada mereka dikatakan, “ini adalah balasan yang dulu kalian dustakan.”


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

13. Jika dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami yang diturunkan kepada Rasul Kami, ia berkata, “Ini adalah cerita-cerita umat yang terdahulu, bukan dari sisi Allah.”


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

13. إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ءَايٰتُنَا (yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami)
Yang diturunkan kepada Muhammad.

قَالَ أَسٰطِيرُ الْأَوَّلِينَ(ia berkata: “Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu”)
Yakni dongeng dan kedustaan mereka yang mereka tulis dalam kitab mereka.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

13. Apabila mereka dibacakan ayat Alquran, mereka menyahuti: "Ini hanyalah dongeng, kebohongan dan isapan jempol dari orang-orang terdahulu"


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata,“dongeng orang-orang dahulu.”} cerita sia-sia orang-oranv terdahulu


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Ayat 10-13
“Kecelekaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.” selanjutnya Allah menjelaskan siapakah mereka dengan FirmanNya, “(yaitu) orang-orang yang mendustajkan Hari Pembalasan,” yakni hari pembalasan amal dan perbuatan. Di hari itu Allah akan membalas amal perbuatan mereka. “Dan tidak ada yang mendustakan Hari Pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas,” atas larangan-larangan Allah, melampaui batas dari halal hingga haram, “lagi berdosa” yakni banyak dosanya. Sikap permusuhan inilah yang mendorongnya untuk mendustakan, dan kesombongannya membuatnya menolak kebenaran. Karena itu “apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami,” yang menunjukkan pada kebenaran dan atas kebenaran risalah yang dibawa oleh para rasul, ia mendustakan dan menentangnya seraya berkata, “Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu,” yakni hanya berasal daari cerita orang-orang terdahulu dan berita umat-umat yang sudah berlalu, bukan berasal dari Allah; semua itu karena didorong rasa sombong dan menentang.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 7-17
Allah SWT: (sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin) yaitu tempat kembali dan tempat berpulang mereka adalah ke Sijjin. Kata sijjin menggunakan wazan fa'il dari kata “as-sijnu” yang artinya kesempitan, sebagaimana dikatakan fasiq, syarib, khamir, dan sakir dan kata semacam itu. Oleh karena itu Allah mengagungkan perkaraNya, jadi Dia SWT berfirman: (Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (8)) yaitu sesuatu perkara yang menakutkan, penjara yang abadi, dan azab yang menyakitkan.
Kata Sijjin diambil dari kata “as-sijnu” adalah sempit. karena sesungguhnya semua makhluk itu setiap kali rendah, menyempit, dan setiap kali meninggi, maka bertambah luas. yaitu, sesungguhnya ketujuh ufuk itu masing-masing darinya lebih luas dan lebih tinggi daripada selainnya. Demikian pula bumi, yang masing-masing lapis lebih luas daripada yang lainnya, sehingga sampai pada lapis yang paling bawah yang semakin menyempit sampai pada pusat pertengahan bumi yang ada di lapis ketujuh. Mengingat tempat kembali orang-orang durhaka adalah neraka Jahanam yang merupakan lapisan paling dasar, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) (5) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih) (Surah At-Tin) dan di sini Allah berfirman: (Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin (7) Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (8)) yang menghimpunkan antara kesempitan dan kerendahan, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan (13)) (Surah Al-Furqan)
Firman Allah SWT: ((Ialah) kitab yang bertulis (9)) bukan tafsir dari firmanNya: (Tahukah kamu apakah Sijjin itu? (8)) sesungguhnya ayat ini merupakan penjelasan bagi apa yang dicatatkan bagi mereka tentang tempat kembali mereka menuju Sijjin, yaitu hal itu telah ditulis dan dicatat darinya, tidak ada seorangpun yang ditambahkan di dalamnya dan tidak ada seorangpun yang dikurangi darinya.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan (10)) yaitu ketika mereka pada hari kiamat telah berada di sesuatu yang diancamkan Allah kepada mereka berupa Sijjin dan azab yang menghinakan. Telah disebutkan pembahasan itu tentang firmanNya (wail) dengan keterangan yang tidak perlu diulangi lagi dan yang dimaksud adalah kebinasaan dan kehancuran, sebagaimana dikatakan, "Kecelakaan bagi Fulan"
Kemudian Allah SWT berfirman seraya menjelaskan siapa orang-orang yang berdusta, durhaka, dan kafir: ((yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan (11)) yaitu tidak percaya tentang kejadiannya, tidak meyakini keberadaannya, dan menganggap mustahil perkaranya. Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan settap orang yang melampaui batas lagi berdosa (12)) yaitu melampaui batas dalam perbuatannya, berupa mengerjakan hal-hal yang diharamkan dan melampaui batas dalam menggunakan hal-hal yang diperbolehkan, serta berdosa dalam ucapannya; jika berbicara, dia berdusta; jika berjanji, dia mengingkarinya; dan jika bertengkar, dia melampaui batas.
Firman Allah SWT: (yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami, ia berkata, "Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu” (13)) yaitu apabila dia mendengar kalam Allah SWT dari Rasul SAW, maka dia mendustakannya dan menuduhnya dengan prasangka buruk, lalu dia meyakininya sebagai hal yang dibuat-buat yang dikumpulkan dari kitab orang-orang yang terdahulu. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu” (24)) (Surah An-Nahl)
Allah SWT berfirman: (Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka (14)) yaitu keadaannya tidak seperti apa yang mereka sangka, dan tidak seperti yang katakan bahwa Al-Qur'an ini adalah dongengan orang-orang terdahulu, bahkan Al-Qur'an itu adalah kalam dan wahyu Allah yang diturunkan kepada RasulNya. Dan sesungguhnya hati mereka tertutup dari keimanan kepada Al-Qur'an, tidak lain karena hati mereka telah dipenuhi oleh dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang banyak. Oleh karena itu Allah berfirman: (Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka (14))
Ar-rainu itu menutupi hati orang-orang kafir, dan Al-ghaimu menyelimuti hati orang-orang yang berbuat baik, sedangkan “Al-gainu” meliputi hati orang-orang yang didekatkan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW yang bersabda,”Sesungguhnya seorang hamba itu apabila melakukan suatu dosa, maka ada noda hitam di hatinya; dan apabila dia bertaubat darinya, maka noda itu lenyap dari hatinya dan menjadi cemerlang; dan apabila dia menambah dosanya, maka bertambah juga nodanya. Demikian itu berdasarkan firmanNya; ("Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (14))
Hasan Al-Bashri berkata bahwa yang dimaksud dengan itu adalah dosa di atas dosa sehingga membutakan hatinya sehingga mati. Demikian juga dikatakan Mujahid bin Jubair, Qatadah, Ibnu Zaid dan lainnya.
Firman Allah: (Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka (15)) yaitu pada hari kiamat bagi mereka itu Sijjin sebagai tempat tinggal mereka, kemudian mereka terhalang dari melihat Tuhan mereka yang menciptakan mereka.
Firman Allah SWT: (Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka (16)) yaitu kemudian mereka selain dihalangi dari melihat Tuhan mereka yang Maha Pengasih, mereka juga termasuk penghuni neraka (Kemudian, dikatakan (kepada mereka), "Inilah azab yang dahulu selalu kalian dustakan" (17)) yaitu, hal itu dikatakan kepada mereka dengan maksud mengecam, mencemooh, menghina dan merendahkan


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Al-Qur'an dan wahyu yang diturunkan kepada Rasul-rasul Allah ﷻ yang disebutkan didalamnya tentang kebangkitan, hari perhitungan, dan hari pembalasan, mereka mengatakan bahwa ayat-ayat Al-Qur'an itu tidak ada kebenaran didalamnya, mereka menyamakan Al-Qur'a dengan buku dongeng yang ada sekarang ini, mereka menganggap ayat-ayat AL-Qur'an adalah kumpulan syair, buku sejarah, novel, dan sebagainya.

Begitulah sikap orang-orag kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka mengatakan Al-Qur'an ini bukan dari perkataan Allah, mereka menuduh Rasulullah ﷺ telah berbohong kepada ummatnya demi kepentingan dirinya, dan menurut pemahaman kelompok "jahmiyah" dan "mu'tazilah" bahwasanya Allah itu tidak berbicara, sehingga mereka menyebut Al_Qur'an ini perkataan Jibril atau perkataan Muhammad, mereka menyamakan Allah dengan berhala yang tidak mampu berbicara, oleh karena itu ketika Nabi Ibrahim berkata kepada bapaknya : { إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا } ( Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? ) [ Maryam : 42 ], mereka menyamakan Allah dengan berhala yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, tidak dapat berbicara, dan itulah yang disembah oleh orang-orang musyrik, kemudian ketika para menyembah berhala itu berkata kepada Ibrahim : siapakah yang menghancurkan patung-patung ini ? lalu Ibrahim menjawab : { قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ } ( Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”. ) [ Al-Anbiya' :63 ] , akan tetapi mereka tidak dapat membuktikan kemampuan berhala-berhala itu dan inilah bukti bahwa Allah ﷻ berbicara, { ثُمَّ نُكِسُوا عَلَىٰ رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَٰؤُلَاءِ يَنْطِقُونَ , قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ } ( Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): “Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara” , Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?” ) [ Al-Anbiya' : 65-67 ] .

Juga ketika bani israil menjadikan anak lembu yang dibuat oleh samiri dari emas sebagai sembahan, Samiri mengatakan kepada mereka : { هَٰذَا إِلَٰهُكُمْ وَإِلَٰهُ مُوسَىٰ } ( Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa ) [ Thaha : 88 ] , maka mereka pun menjadikan anak lembu itu sebagai sesembahan dan mempercayai apa ayng dikatakan oleh Samiri, lalu Allah kemudian berkata : { أَفَلَا يَرَوْنَ أَلَّا يَرْجِعُ إِلَيْهِمْ قَوْلًا وَلَا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا } ( Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan? ) [ Thaha : 89 ], Allah juga mengatakan : { أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيهِمْ سَبِيلًا ۘ اتَّخَذُوهُ وَكَانُوا ظَالِمِينَ } ( Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim. ) [ Al-A'raf : 148 ].

{ أَسَاطِيرُ } Yaitu kata jamak dari "أُسْطُورَةٌ" adalah dongen atau mitos bohongan yang tertulis dalam naskah khusus, orang-orang musyrikin dan kafir tidak membedakan antara AL-Qur'an dan dongeng, atau cerita seribu satu malam, itulah kebodohan dan kesesatan mereka.

{ قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ } Mereka mengangggap bahwa AL-Qur'an ini tidak penting bagi kehidupan manusia, karena tidak ada kebenaran yang terkandung didalamnnya, sungguh kesesatan yang menyelimuti diri mereka.

Walaupun sebagian dari mereka ada yang percaya dengan Al-Qur'an, akan tapi mereka mengartikan dan memahami kandunganya sesuka mereka, dan tidak menempatkannya pada arti atau makna yang sebenarnya, mereka mengatakan tentang isi kandungan Al-Qur'an sesuai hawa mereka, jika mendapati ayat-ayat yang tidak sesuai dengan kesenangan dan hawa nafsu mereka maka mereka lebih mendahului hawa nafsu dalam mengartikan ayat-ayat tersebut, dan seperti itulah kebodohan dan kejahiliyaan orang-orang yang berfaham liberal.


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا “apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu” Yakni: jika ada seseorang yang membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya. Ini menunjukkan bahwa orang ini tidak berfikir untuk mau membaca ayat-ayat Allah, namun ayat-ayat tersebut dibacakan kepadanya. Jika dibacakan kepadanya maka قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ Ini adalah asaathirul awwaliin. Asaathiir adalah bentuk jama Usthuurah. Yaitu cerita fiktif belaka yang diungkapkan untuk hiburan, tidak memiliki hakikat kebenaran, tidak ada sumbernya, ia mengatakan: Al-Quran ini adalah dongeng-dongeng orang dahulu, al-Quran tidak bermanfaat baginya padahal ia adalah pembicaraan yang tertinggi, dan yang paling berberbekas ke hati, sehingga Allah Ta’ala berfirman: إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.”(QS. Qaf: 37) Karena ia telah mendustakan hari pembalasan, dan tidak ada yang mendustakannya melainkan orang yang melampaui batas lagi pendosa, maka ia bukan orang beriman, sehingga cahaya ayat-ayat Allah ‘Azza Wa Jalla tidak akan sampai ke hatinya. Bahkan ia akan memandang ayat-ayat itu seperti dongeng-dongeng orang terdahulu yang diceritakan oleh orang yang sudah tua, yang tidak memiliki hakikat dan kesungguhan.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Muthaffifin ayat 13: Kemudian Allah mensifati para pendosa yang melampaui batas yang bahwasanya mereka jika membaca ayat Al Qur’an mereka berkata : Sungguh ayat-ayat itu adalah dongeng-dongeng belaka, dan ia hanyalah kabar bagi umat yang telah lalu.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Yang menunjukkan kepada kebenaran dan menunjukkan benarnya apa yang dibawa para rasul.

Dengan sombong sambil mendustakan dan menentangnya.

Yakni cerita-cerita bohong orang-orang terdahulu. Berbeda dengan orang-orang yang adil dan sadar, yang maksudnya adalah mencari kebenaran, maka dia tidak akan mendustakan hari pembalasan, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menegakkan dalil-dalilnya yang qath’i (pasti) dan bukti-buktinya yang menjadikan hal itu sebagai haqqul yaqin (kebenaran yang pasti) yang saking jelasnya seperti matahari di siang hari. Adapun orang yang ditutup hatinya oleh keburukan dan kemaksiatan yang dilakukannya, maka ia terhalangi dari melihat yang hak (benar). Oleh karena itu, ia dibalas dengannya, yakni ditutupi dari melihat Allah sebagaimana hatinya dihalangi dari ayat-ayat-Nya di dunia.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Muthaffifin Ayat 13

Itulah orang yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami, yaitu Al-Qur'an yang berisi ajaran islam yang mulia, dia berkata sembari menertawakannya, 'itu adalah dongeng dan bualan orang-orang dahulu. '14. Sekali-kali tidak demikian! Al-Qur'an adalah kalam dan wahyu Allah kepada nabi Muhammad. Bahkan apa yang mereka kerjakan itu, yaitu kekufuran dan maksiat, telah menutupi hati mereka sehingga tidak mampu membedakan antara yang hak dan batil.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Itulah beraneka penafsiran dari banyak pakar tafsir berkaitan isi dan arti surat Al-Muthaffifin ayat 13 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan untuk kita. Dukunglah usaha kami dengan memberikan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Link Terbanyak Dikaji

Kami memiliki ratusan konten yang terbanyak dikaji, seperti surat/ayat: Al-Jin, Ad-Dukhan, At-Thalaq, Al-Isra 25, Ali ‘Imran 97, Al-Baqarah 45. Juga Tentang Al-Quran, Al-Qamar 49, Al-Ma’idah 8, Al-Hadid 20, Al-Baqarah 43, Ali ‘Imran 139.

  1. Al-Jin
  2. Ad-Dukhan
  3. At-Thalaq
  4. Al-Isra 25
  5. Ali ‘Imran 97
  6. Al-Baqarah 45
  7. Tentang Al-Quran
  8. Al-Qamar 49
  9. Al-Ma’idah 8
  10. Al-Hadid 20
  11. Al-Baqarah 43
  12. Ali ‘Imran 139

Pencarian: ...

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: