Surat ‘Abasa Ayat 23

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَآ أَمَرَهُۥ

Arab-Latin: Kallā lammā yaqḍi mā amarah

Artinya: Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya,

« 'Abasa 22'Abasa 24 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Hikmah Menarik Berkaitan Surat ‘Abasa Ayat 23

Paragraf di atas merupakan Surat ‘Abasa Ayat 23 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam hikmah menarik dari ayat ini. Tersedia bermacam penjelasan dari kalangan mufassirin terhadap isi surat ‘Abasa ayat 23, antara lain sebagaimana berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

17-23. Manusia kafir dilaknat dan diazab, betapa besar kekafirannya kepada tuhannya. Tidakkah dia melihat dari apa Allah menciptakannya pertama kali? Allah menciptakannya dari air yang sedikit (yaitu sperma),lalu allah menciptakannya dalam beberapa tahapan, Kemudian Allah menjelaskan baginya jalan kebaikan dan jalan keburukan, Kemudian Allah mematikannya dan menjadikan baginya satu tempat yang ia dikubur di dalamnya. Kemudian jika Allah berkehendak Dia akan menghidupkan kembali dan membangkitkannya untuk menghadapi perhitungan amal dan balasan. Perkaranya tidak sebagaimana yang diucapkan dan dilakukan oleh orang kafir ini,dia tidak menunaikan perintah Allah,yaitu beriman kepada NYA dan mentaati NYA.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

23. Hendaklah orang kafir ini bertaubat, dia benar-benar tidak menjalankan perintah-perintah yang telah Allah turunkan kepada Rasulullah.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

23. Tidaklah perkaranya seperti yang disangka oleh orang kafir bahwa ia telah menunaikan kewajibannya terhadap Rabbnya, padahal ia tidak menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah Allah wajibkan atasnya.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

23. كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَآ أَمَرَهُۥ (Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya)
Sebagian mereka menjadi kafir dan sebagian lainnya bermaksiat, dan hanya sedikit orang yang menjalankan perintah-Nya.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

23. Jangan bersikap begitu, jangan biarkan mereka dalam kekufuran. Mereka belum melakukan apa yang Allah perintahkan, seperti ibadah dan bersyukur secara sempurna, kecuali hanya sedikit


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Sekali-kali tidak. Dia belum melaksanakan apa yang Dia perintahkan kepadanya} Oramg kafir itu belum melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah kepadanya


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Ayat 17-23
Meski seperti itu, manusia tetap saja kufur. Karena itu Allah berfirman, “Binasalah manusia; alangkah amat sangat keakfirannya” terhadap nikmat Allah, dan alangkah hebat pembangkangannya pada kebenaran setelah kebenaran itu jelas, padahal sendiri apa? Dia hanyalah makhluk paling lemah yang diciptakan Allah dari air hina kemudian ditentukan wujudnya serta disempurnakan menjadi manusia sempurna lalu Allah menyempurnakan kekuatan lahir dan batinnya. “Kemudian dia memudahkan jalannya,” yakni Allah memudahkan baginya sebab-sebab agama dan dunia dan menunjukan pada jalan lurus serta menjelaskannya. Allah mengujinya dengan perintah dan larangan. “Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,” yakni, memuliakannya dengan disemayamkan dan tidak dijadikan seperti hewan yang bangkainya dibiarkan saja tergeletak diatas tanah. “Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya setelah kematian untuk pembalasan amal. Hanya Allah semata yang mengatur manusia dan mengarahkannya pada hal-hal tersebut. Tidak ada satu sekutu pun yang menyertai Allah dalam hal itu. Meski demekian, manusia tetap saja tidak mau menunaikan perintah Allah dan tidak mau menunaikan kewajiban yang dibebankan padanya. Bahkan senantiasa bermalas-malasan tapi banyak meminta.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 17-32
Allah SWT berfirman seraya mencela orang yang memngingkari hari kebangkitan dan penghidupan anak cucu Adam (Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya (17)) ini untuk jenis manusia yang mendustakan karena sangat banyak kedustaannya yang tanpa sandaran, bahkan hanya menurut ilusi yang menganggap hal itu mustahil dan tidak adanya pengetahuan.
Kemudian Allah SWT menjelaskan kepadanya tentang bagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang hina? dan bahwa Dia mampu untuk mengembalikannya hidup sebagaimana saat Dia memulai penciptaannya; jadi Allah SWT berfirman: (Dari apakah Allah menciptakannya? (18) Dari setetes mani, Allah menciptakannya, lalu menentukannya (19)) yaitu menentukan ajal, rezeki, dan amalnya, apakah dia termasuk orang yang berbahagia atau orang yang celaka (Kemudian Dia memudahkan jalannya (20)) kemudian Allah memudahkannya keluar dari perut ibunya. Demikian juga dikatakan Qatadah, dan As-Suddi, dan dipilih Ibnu Jarir.
Mujahid berkata bahwa ini semakna dengan firman Allah SWT: (Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir (3)) (Surah Al-Insan) yaitu, Kami telah menerangkan kepadanya, menjelaskannya kepadanya, dan mumudahkan baginya untuk mengamalkannya. Demikian juga dikatakan Al-Hasan dan Ibnu Zaid, dan pendapat inilah yang paling kuat; hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Firman Allah SWT: (kemudian Dia mematikannya dun memasukkannya ke dalam kubur (21)) yaitu setelah Allah menciptakannya, lalu mematikannya dan menguburnya, yaitu Allah menjadikannya mempunyai kuburan. Bangsa Arab berkata “qabartu ar-rajula” jika kamu mengurusi hal itu, dan dikatakan “aqbarahullah” (Allah menjadikannya memiliki kuburan). Dikatakan pula : “'adhabtu qarna ats-tsauru” (aku memotong tanduk banteng itu”. Bisa juga “a’dhabahullah”, (Allah menjadikan tanduknya terpotong”. Dikatakan “batartu dzanabal ba'iri”, (aku potong ekor unta itu) bisa juga dikatakan “abtarahullah” (Allah menjadikan ekor unta itu terputus). Dikatakan “taradtu fulanan 'anni” (aku mengusir Fulan dariku). Dikatakan “atradahullah”, Allah menjadikannya terusir
Firman Allah: (kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali (22)) yaitu membangkitkannya setelah mati. dan termasuk ke dalamnya ini kata kebangkitan dan berkembang biak (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kalian dari tanah, kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang biak (20)) (Surah Ar-Rum) dan (dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging) (Surah Al-Baqarah: 259)
Firman Allah SWT: (sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya (23)) Ibnu Jarir berkata bahwa Allah SWT berfirman, "Kalla," yaitu perkaranya tidak seperti apa yang dikatakan manusia yang kafir itu, bahwa dia telah menunaikan hak Allah yang ada pada dirinya dan hartanya (manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya) Allah SWT berfirman bahwa dia masih belum menunaikan kewajiban Allah SWT atas dirinya.
Diriwayatkan dari Mujahid tentang firmanNya: (sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya (23)) yaitu tidak ada seorangpun yang ditetapkan dapat menunaikan apa yang diwajibkan atas dirinya. Al-Baghawi meriwayatkan hal yang serupa dari Hasan Al-Bashri.
Demikianlah yang saya dapati dari pendapat ulama terdahulu tentangnya, tidak ada hal lainnya. Tetapi menurut saya, makna yang dimaksud hanya Allahlah yang lebih mengetahui (kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali (22)) yaitu Dia membangkitkannya (tidaklah demikian; Allah masih belum menunaikan apa yang telah ditetapkan-Nya itu (23)) yaitu Allah tidak akan melakukannya sekarang sebelum masa yang telah Dia tetapkan atas anak cucu Adam yang akan menjalaninya habis dan dikeluarkan di dunia, sedangkan di pundaknya telah terbebani perintah dari Allah secara takdir. Maka ketika hal yang telah ditetapkan Allah itu habis, Allah membangkitkan semua makhluk dan menghidupkan kembali mereka sebagaimana Dia memulai penciptaannya.
Firman Allah SWT (maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya (24)) Ini merupakan penyebutan nikmat Allah dan merupakan bukti yang menunjukkan bahwa jasad-jasad ini setelah menjadi tulang belulang yang hancur menjadi tanah dan tercerai-berai dengan menggunakan perumpamaan penghidupan tumbuhan dari tanah yang mati. Lalu Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit) (25)) yaitu Kami menurunkan hujan dari langit ke bumi (kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya (26)) yaitu, Kami menempatkan air itu dalam bumi dan masuk melalui celah-celahnya, kemudian meresap ke dalam biji-bijian yang disimpan dalam tanah. Maka biji-bijian itu tumbuh menjadi tumbuhan yang muncul di permukaan bumi (lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu (27) anggur dan sayur-sayuran (28)) Kata “Al-habbu” adalah biji-bijian, “al-’inabu” adalah anggur. dan “al-qadhbu” adalah sayuran yang dimakan ternak dengan mentah-mentah. Hal itu juga disebut “Al-Qattu” Demikianlah menurut Ibnu Abbas dan Qatadah. Hasan Al-Bashri berkata bahwa “al-qadhbu” adalah makanan ternak.
(dan zaitun) yaitu sesuatu yang sudah dikenal dan dapat dijadikan lauk, begitu pula minyaknya. Bahkan minyaknya dapat digunakan untuk meminyaki tubuh dan bahan bakar (dan buah kurma) yang dapat dimakan dalam keadaan muda, atau masak, bisa juga basah, kering, belum masak, dan sudah masak, dan perasannya dapat dijadikan minuman dan cuka (kebun-kebun (yang) lebat (30)) yaitu kebun-kebun. Al-Hasan dan Qatadah berkata bahwa (ghulban) adalah pohon kurma yang besar dan rindang.
Ibnu Abbas juga berkata bahwa (ghulban) adalah pohon yang dapat dijadikan naungan.
DIriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (kebun-kebun (yang) lebat (30)) yaitu yang tinggi-tinggi.
Firman Allah SWT: (dan buah-buahan dan rumput-rumputan (31)) Adapun kata “Al-fakihah” adalah semua jenis buah-buahan yang dimakan. Ibnu Abbas berkata bahwa “Al-fakihah” adalah buah yang dimakan dalam keadaan segar, dan “al-abb” adalah tumbuhan yang hanya dimakan binatang ternak dan tidak dimakan manusia.
Mujahid berkata bahwa “al-abb” adalah rumput-rumputan.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa “al-abb” adalah tumbuhan yang dimakan hewan dan tidak dimakan manusia.
Diriwayatkan dari Anas bahwa Umar bin Khattab membaca firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1)) Ketika bacaannya sampai ayat: (dan buah-buahan dan rumput-rumputan (31)) dia berkata, "Kami telah mengetahui apa yang dimaksud dengan “Al-fakihah” , tetapi apakah itu “al-abb”?" dia berkata, "Demi usiamu, wahai Ibnu Al-Khattab, sesungguhnya ini benar-benar merupakan memaksakan diri" Sanad hal ini shahih, banyak ulama telah meriwayatkannya dari Anas. Hal ini mengandung penafsiran bahwa Umar bermaksud untuk mengetahui bentuk, jenis dan barangnya, karena sesungguhnya dia dan semua orang yang membaca ayat ini mengetahui bahwa “al-abb” adalah sejenis tumbuhan bumi karena firmanNya: (lalu Kami tumbuhkan biji-bijian dl bumi itu (27) anggur, dan sayur-sayuran (28) zaitun dan pohon kurma (29) kebun-kebun (yang) lebat (30) dan buah-buahan serta rumput-rumputan (31)) dan firman Allah SWT: (untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternak kalian (32)) yaitu untuk makanan kalian dan binatang ternak kalian di dunia ini sampai hari kiamat


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Walaupun perhatian Allah kepada hamba-Nya begitu besar, akan tetapi sebagian besar dari umat manusia tidak mengindahkan apa yang Allah perintahkan kepada mereka, terlebih lagi dalam mentauhidkan Allah, dan mentaati segala apa yang Dia perintahkan, dan mereka bahkan tetap pada kekufuran dan pembangkangan mereka, oleh karenanya Allah mengatakan : { قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ } ( Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya ).

Maka sungguh mengherankan jika manusia yang memiliki akal dan dengan akalnya itu ia mampu berfikir, mereka mampu menciptakan penemuan-penemuan tekhnlogi baru, mereka mampu menciptakan pesawat, mampu menciptakan berbagai macam alat peledak, dan berbagai alat tempur lainnya, mereka meyadari akan kemampuan akal dan fikiran mereka, akan tetapi mereka tidak menyadari bahwa kemampuan itu datang dari Allah dan mereka pun jauh dari syukur kepada Allah, mereka jauh dari ketaan atas segala perintah-Nya, bahkan mereka menyombongkan diri dengan kemampuan yang mereka miliki, dan tidak jarang kita mendapati seorang anak yang menjunjung tinggi ketaatannya kepada Allah maka surga lah baginya dan Ayahnya justru menjauh dari ketaatan itu dan neraka yang akan menantinya, sebagaimana hal itu terjadi pada Nabi Ibrahim yang taat kepada Allah dan Ayahnya yang membasarkan diri dengan kekufuran dan kesyirikannya kepada Allah, maka kebaikan pun akan menjumpai setiap pelaku kebaikan dan keburukan juga akan menghampiri mereka yang tetap pada kekufuran, itulah keadilan yang berlaku, Allah berfirman : { أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ } ( Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. ) [ Al-Jatsiyah : 21]

Begitu adilnya Allah yang tidak menyamakan ganjaran antara orang baik dan buruk dan mukmin dan kafir, Dia tidak menzholimi siapa pun, serta tidak memberi azab kepada siapa pun menlainkan itu merupakan balasan daripada keburukannya sendiri, dan tidak pula Allah membalas kebaikan seseorang melainkan itu adalah balasan daripada amal shalihnya ketika didunia, dan kepada mukmin yang beramal shalih akan Ia lebihkan ganjarannya, akan tetapi kepada kafir tidak ada ganjaran bagi mereka di akhirat sampai mereka menyatakan keimanan mereka kepada Allah, Allah berfirman : { مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ } ( Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). ) [ Al-An'am : 160 ].


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Oleh karena itu Allah berfirman: كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ " Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya," لمَّا [Lamma] bermaknaلَمْ [Lam] artinya: belum, dan terkadang bermakna lain dalam konteks-konteks tertentu. Maknanya: Bahwa Allah Ta’ala belum memutuskan keputusan-Nya itu (membangkitkan kembali) baik kejadiannya dan ketentuannya. Yaitu bahwa keputusan ini belum sempurna untuk membangkitkan kembali mayat itu, namun itu semua ada ketentan waktu yang ditunggu. Di sini terdapat bantahan bagi orang-orang yang mendustakan kebangkitan yang mengatakan, andai saja kabangkitan itu benar, pastilah kita akan menemui nenek moyang kita sekarang ini. ucapan ini adalah penentangan yang dusta. Karena para Rasul tidak mengatakan kepada mereka: Kalian akan dibangkitkan sekarang juga, namun rasul-rasul itu berkata: Sesugguhnya kalian dibangkitkan semua setelah mereka semua meninggal.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat ‘Abasa ayat 23: 17-23. Kemudian Allah menyeru kepada orang-orang kafir, Ia berkata : Allah akan perangi orang-orang yang kufur dengan kekufuran yang sangat kepada Allah, (padahal) bersamaan dengan kekufurannya, Allah telah berbuat baik kepadanya. Lalu Allah katakan kepada mereka yang bersikukuh dengan kekufurannya : Bukankan ia (orang-orang kafir) melihat asal penciptaannya yang diciptakan dari setetes mani yang hina ? Sampai-sampai mereka tidak membutuhkan lagi keimanan kepada Rabbnya ? Dengan mani ini Allah jadikan mereka ditakdirkan menempel di rahim ibunya dengan kondisi bertahap sampai menjadi manusia. Kemudian setelah melewati tahap ini yaitu ketika hidup di dalam rahim ibunya, Allah mudahkan baginya untuk keluar (ke dunia), Allah beri petunjuk untuk hidup di bumi, Allah mudahkan untuk mendapatkan petunjuk (kebaikan) jika ia mendambakannya, dan Allah bebaskan bermaksiat jika memang itu dambaannya. Kemudian Allah beri kenikmatan (pada mukmin) ketika mati dan dikuburkan di dalam kubur, Allah berikan kemuliaan atasnya. Kemudian Allah beri kenikmatan ketika Allah berkehendak menghidupkan dan membangkitkannya setelah kematiannya untuk dihisab dan dibalas amalannya ketika dunia; Sedangkan orang-orang kafir Allah berikan cobaan dan diuji atas kesombongan dan keangkuhannya, padahal Allah telah berbuat baik kepadanya (di dunia) dan sama-yaitu dibebankan syariat; Akan tetapi ia tidak menganggap (acuh) atas apa yang telah diwajibkan oleh Rabbnya dari keimanan dan amal yang shalih.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat ‘Abasa Ayat 23

Allah telah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada manusia, namun banyak dari mereka enggan bersyukur, bahkan berbuat maksiat. Sungguh suatu hal yang mengherankan. Sekali-kali jangan berbuat demikian; dia itu belum melaksanakan apa yang dia perintahkan kepadanya, yaitu beriman, beribadah, dan menaati aturan-Nya. 24. Jika manusia bersikeras dengan keingkarannya, maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya yang dia makan setiap hari; dari mana makanan itu berasal'


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Itulah beraneka penjelasan dari para pakar tafsir terhadap makna dan arti surat ‘Abasa ayat 23 (arab-latin dan artinya), moga-moga berfaidah bagi kita bersama. Dukung usaha kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Halaman Tersering Dibaca

Baca berbagai materi yang tersering dibaca, seperti surat/ayat: Ali ‘Imran 139, Al-Jin, Al-Baqarah 45, Al-Hadid 20, Al-Ma’idah 8, At-Thalaq. Termasuk Al-Qamar 49, Ad-Dukhan, Al-Baqarah 43, Tentang Al-Quran, Ali ‘Imran 97, Al-Isra 25.

  1. Ali ‘Imran 139
  2. Al-Jin
  3. Al-Baqarah 45
  4. Al-Hadid 20
  5. Al-Ma’idah 8
  6. At-Thalaq
  7. Al-Qamar 49
  8. Ad-Dukhan
  9. Al-Baqarah 43
  10. Tentang Al-Quran
  11. Ali ‘Imran 97
  12. Al-Isra 25

Pencarian: ...

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: