Surat Al-‘Ankabut Ayat 2

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Arab-Latin: A ḥasiban-nāsu ay yutrakū ay yaqụlū āmannā wa hum lā yuftanụn

Artinya: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

« Al-'Ankabut 1Al-'Ankabut 3 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Hikmah Berharga Terkait Dengan Surat Al-‘Ankabut Ayat 2

Paragraf di atas merupakan Surat Al-‘Ankabut Ayat 2 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai hikmah berharga dari ayat ini. Ada berbagai penjelasan dari para ahli ilmu berkaitan isi surat Al-‘Ankabut ayat 2, antara lain seperti tercantum:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Apakah manusia menyangka ketika mereka mengatakan, “Kami beriman,” bahwa sesungguhnya Allah akan membiarkan mereka tanpa cobaan dan ujian?


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

2. Allah menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan tingkat keimanan mereka. Apakah manusia mengira Allah akan membiarkan mereka saja ketika mereka berkata “Kami beriman” tanpa menguji kebenaran perkataan mereka itu dengan ujian melalui harta dan diri mereka?

Tidaklah demikian, Tuhan mereka pasti akan menguji mereka agar menjadi jelas tingkat kebenaran dan keteguhan mereka. Dan ayat ini tetap berlaku bagi umat ini.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

2. Apakah manusia mengira bahwa dengan ucapan mereka, “Kami beriman kepada Allah,” mereka akan dibiarkan saja tanpa diuji untuk memastikan hakikat yang mereka ucapkan, apakah mereka benar-benar beriman? Perkaranya tidak sebagaimana yang mereka kira.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

2. أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ (Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja))
Makna ayat ini adalah bahwa Allah tidak akan membiarkan manusia tanpa diuji dan diberi cobaan. Mereka tidak akan dibiarkan mengatakan “kami telah beriman” tanpa mendapat ujian.

أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ(mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?)
Yakni sedang mereka tidak diberi cobaan dalam harta dan diri mereka. Kenyataannya tidak seperti yang mereka sangka, mereka harus diuji dengan perintah berjihad, kemiskinan, mara bahaya, dan lain sebagainya, agar jelas siapa yang jujur dalam keimanannya dan siapa yang munafik, siapa yang benar dan siapa yang bohong.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

1-3

1 ). Ayat ini menunjukkan bahwa setiap yang merasa dirinya beriman harus menerima ujian, dan siksaan bagi orang-orang yang senang dengan kejahatan dan pembangkangan.

2 ). { أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ } "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?"
Janganlah seseorang mengira bahwa dia akan bersih dari segala rasa sakit apapun, namun orang-orang yang merasakan sakit berbeda-beda dalam akal mereka. Yang paling bijak dari mereka adalah orang yang menjual rasa sakit terus menerus yang hebat untuk rasa sakit yang sebentar-sebentar. Dan seburuk-buruknya mereka adalah orang yang menjual rasa sakit yang terputus-putus dan ringan dengan rasa sakit yang hebat dan terus menerus.

3 ). { وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ } "Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." Qotadah berkata: agar diketahui mana yang benar dari yang dusta, dan yang taat dari yang membangkang, dan sebagaimana telah dikatakan: sesungguhnya seorang mukmin akan ditimpa dengan fitnah sebagaimana emas dileburkan dengan api, dan telah dikatakan: sesungguhnya permisalan fitnah itu seperti dirham yang palsu orang buta akan mengambilnya dan orang yang melihat hanya melihatnya saja.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

2. Apakah manusia itu beranggapan bahwa mereka akan dibiarkan saja tanpa diberi beban cobaan, hanya karena sudah mengucapkan dengan lisan mereka: “Kami beriman kepada Allah dan rasulNya” sedangkan mereka tidak diuji dengan nafsu dan harta mereka serta tidak diuji dengan beban dan kesukaran. Ayat ini yaitu {A hasiban naasu …} [2] diturunkan untuk Amar bin Yasir saat dia di siksa karena berada di jalan Allah.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

1-3. Allah menginformasikan tentang kesempurnaan hikmah (kebijaksanaan) Nya, dan bahwa hikmahNya tidak memastikan bahwa setiap orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang Mukmin dan mengklaim iman bagi dirinya, untuk tetap dalam kondisi selamat dari cobaan dan ujian, tidak menghadapi hal-hal yang mengganggu iman mereka atau cabang-cabangnya. Sebab, kalau perkaranya seperti itu, tentu tidak dapat dibedakan mana orang yang jujur (sejati) dari orang yang dusta, antara orang yang berpegang kepada kebenaran dari orang yang berpegang kepada kebatilan. Akan tetapi, sunnah dan kebiasaannya terhadap umat-umat yang telah lalu dan terhadap umat ini adalah Dia akan menguji mereka dengan kesenangan dan kesengsaraan hidup, kesulitan dan kemudahan, hal-hal yang membuat semangat dan yang membuat benci, kekayaan dan kefakiran, dengan penguasaan musuh-musuh terhadap mereka pada saat-saat tertentu, dengan memerangi musuh dengan perkataan dan perbuatan serta dengan berbagai cobaan lainnya, yang semuanya kembali kepada cobaan syubhat yang melawan akidah, fitnah syahwat yang melawan kamauan.
Maka siapa saja ketika munculnya berbagai syubhat itu imannya tetap kokoh, tidak goyah dan dia menolaknya dengan kebenaran yang dimilikinya, dan di saat munculnya syahwat (rongrongan hawa nafsu) yang menyeret dan merangsang kepada maksiat dan dosa, atau yang memalingkan dari apa-apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya, dia berbuat sesuai dengan tuntutan iman dan ia bermujahadah (berupaya keras) melawan rongrongan nafsunya, maka hal itu membuktikan ketulusan dan kebenaran imannya. (Sebaliknya), siapa saja di saat munculnya berbagai syubhat, lalu syubhat itu menimbulkan keraguan dan kebimbangan di dalam hatinya, dan di saat munculnya rongrongan hawa nafsu, lalu nafsu itu menyeretnya kepada maksiat atau menghalanginya dari kewajiban-kewajiban agama, maka hal itu membuktikan bahwa imannya tidak benar dan tidak tulus.
Manusia dalam posisi ini berbeda-beda derajatnya, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Ada yang rendah dan ada yang tinggi. Maka kami memohon kepada Allah, semoga Dia meneguhkan kami dengan al-Qaul ats- Tsabit (tauhid) di dunia dan akhirat, dan menguhkan hati kami pada agamaNya. Sesungguhnya cobaan dan ujian bagi jiwa tak ubahnya seprti alat tempa besi yang memisahkan karat dari besi.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-4
Adapun terkait pembahasan huruf-huruf hijaiyah itu telah dijelaskan pada permulaan surah Al-Baqarah.
Firman Allah SWT: (Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji lagi? (2)) Istifham inkari. Maknanya adalah bahwa Allah SWT pasti menguji hamba-hambaNya yang beriman sesuai dengan keimanan mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih:”Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian orang yang terkemuka lalu orang terkemuka. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; jika agamanya kuat, maka ujiannya ditambah” Ayat ini sebagaimana firmanNya: (Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar (142)) (Surah Ali Imran) Oleh karena itu Allah berfirman di sini: (Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (3)) yaitu orang-orang yang benar dalam pengakuan keimanannya, yaitu orang yang berdusta dalam pengakuan keimanannya. Allah SWT mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang akan terjadi, apa yang tidak akan terjadi, dan apakah akibatnya seandainya hal itu terjadi. Hai ini merupakan sesuatu yang telah disepakati di kalangan semua imam ahlussunnah wal jamaah. Hal ini juga dikatakan Ibnu Abbas dan lainnya tentang hal yang serupa dengan makna firmanNya: (melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata)) (Surah Al-Baqarah: 143) melainkan agar Kami melihat. Demikian itu karena penglihatan berkaitan dengan hal yang ada, sedangkan mengetahui itu lebih luas daripada melihat, karena mencakup hal yang ada dan tidak ada.
Firman Allah SWT: (Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu (4)) yaitu jangan sekali-kali orang-orang yang belum beriman mengira bahwa mereka luput dari cobaan dan ujian ini, karena sesungguhnya di belakang mereka terdapat siksaan dan pembalasan yang jauh lebih krsa dan lebih pedih daripada yang mereka alami ini. Oleh karena itu Allah berfirman: (Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami) yaitu, selamat dari siksa Kami (Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu) yaitu amat buruk apa yang mereka duga itu.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-‘Ankabut ayat 2: Allah berkata dalam awal surat ini dengan pengingkaran : Apakah manusia menyangka dengan mengatakan : Kami beriman kepada Allah; Kemudian ditinggalkan dengan tanpa di uji dan diberikan cobaan serta terjauhkan dari penilaian, sampai diketahui yang jujur dalam keimanan dan selainnya ?


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang sempurnanya hikmah-Nya. Hikmah-Nya tidak menghendaki bahwa setiap orang yang mengaku mukmin tetap dalam keadaan aman dari fitnah dan ujian serta tida datang kepada mereka sesuatu yang menggoyang iman mereka. Yang demikian adalah karena jika tidak demikian, maka tidak dapat dibedakan antara orang yang benar-benar beriman dengan yang tidak (yakni berdusta) dan tidak dapat dibedakan antara orang yang benar dengan orang yang salah. Akan tetapi Sunnah-Nya dan kebiasaan-Nya terhadap generasi terdahulu sampai pada umat ini adalah bahwa Dia akan menguji mereka.

Barang siapa yang ketika fitnah syubhat (kesamaran) datang, imannya tetap kokoh dan dapat menolak dengan kebenaran yang dipegangnya. Dan ketika fitnah syahwat datang yang mengajaknya berbuat dosa dan maksiat atau memalingkan dari perintah Allah dan Rasul-Nya, ia bersabar dalam arti mengerjakan konsekwensi iman dan melawan hawa nafsunya, hal ini menunjukkan kebenaran imannya. Akan tetapi barang siapa yang ketika syubhat datang, ada pengaruh dalam hatinya berupa keraguan dan kebimbangan dan ketika syahwat datang, membuatnya mengerjakan maksiat atau berpaling dari kewajiban, maka yang demikian menunjukkan tidak benar keimanannya. Manusia dalam hal ini berbeda-beda tingkatannya, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Oleh karena itu, kita meminta kepada Allah agar Dia menguatkan kita dengan ucapan yang teguh (Laailaahaillallah) di dunia dan akhirat dan mengokohkan kita di atas agamanya. Ujian dan cobaan ibarat kir (alat peniup api untuk besi) yang mengeluarkan kotorannya.

Agar diketahui hakikat keimanan mereka.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-‘Ankabut Ayat 2

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja pada setiap waktu, tempat dan situasi hanya dengan mengatakan, 'kami telah beriman, ' dan mereka tidak diuji dengan hal-hal yang dapat membuktikan hakikat keimanan mereka, yaitu dalam bentuk cobaan-cobaan dan tugas-tugas keagamaan' tidak, bahkan mereka harus diuji dengan hal-hal seperti itu. 3. Dan apakah mereka menduga demikian, padahal sungguh, kami bersumpah bahwa kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, yaitu sebelum umat nabi Muhammad, dengan tugas-tugas keagamaan dan bermacam nikmat dan cobaan, agar tampak perbedaan antara orang-orang yang benar-benar beriman dan berdusta sesuai dengan apa yang diketahuinya berdasarkan ilmu-Nya yang azali. Maka sesungguhnya Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dalam keimanannya dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah beberapa penjabaran dari berbagai ulama tafsir terhadap isi dan arti surat Al-‘Ankabut ayat 2 (arab-latin dan artinya), semoga bermanfaat untuk kita. Dukung kemajuan kami dengan memberi tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Tersering Dicari

Nikmati banyak konten yang tersering dicari, seperti surat/ayat: Asmaul Husna, Al-Kautsar, Al-Baqarah, Yasin, Al-Waqi’ah, Ayat Kursi. Termasuk Al-Kahfi, Shad 54, Al-Mulk, Al-Ikhlas, Do’a Sholat Dhuha, Ar-Rahman.

  1. Asmaul Husna
  2. Al-Kautsar
  3. Al-Baqarah
  4. Yasin
  5. Al-Waqi’ah
  6. Ayat Kursi
  7. Al-Kahfi
  8. Shad 54
  9. Al-Mulk
  10. Al-Ikhlas
  11. Do’a Sholat Dhuha
  12. Ar-Rahman

Pencarian: al waqiah ayat 35-38, surat an nisa ayat 59, al a'raf, al imran 173, surah al hujurat ayat 13

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.