Surat Al-Anbiya Ayat 87

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Arab-Latin: Wa żan-nụni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna al lan naqdira 'alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti al lā ilāha illā anta sub-ḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn

Artinya: Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim".

« Al-Anbiya 86Al-Anbiya 88 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Mendalam Terkait Surat Al-Anbiya Ayat 87

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Anbiya Ayat 87 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan tafsir mendalam dari ayat ini. Ditemukan sekumpulan penjelasan dari banyak mufassirun terkait isi surat Al-Anbiya ayat 87, antara lain sebagaimana tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan ingatlah kisah seorang yang ditelan ikan, yaitu Yunus bin Matta. Allah mengutusnya sebagai rasul kepada kaumnya, maka dia mendakwahi mereka, namun mereka tidak beriman. Lalu dia mengancam mereka dengan siksaan namun mereka tetap tidak mau kembali (bertaubat). Dan dia tidak dapat lebih bersabar dalam menghadapi mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada nya. Dia pun pergi dari tengah mereka dalam keadaan marah kepada mereka, merasa sempit dada lantaran penentangan mereka. Dan dia menyangka bahwa sesungguhnya Allah tidak akan menyulitkan dan menghukumnya terhadap pelanggaran atas perintah Allah ini. Maka Allah mengujinya dengan kesempitan yang dahsyat dan tertahan, dan ikan besar menelannya di dalam lautan. Lalu dia menyeru Tuhannya dalam kegelapan malam, laut dan gelapnya perut ikan dengan bertaubat dan pengakuan akan kezhalimannya karena meninggalkan kesabaran dalam menghadapi kaumnya dengan berucap, “Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Engkau, MahaSuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berbuat kezhaliman.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

87-88. Dan ingatlah kisah sahabat ikan paus, Yunus bin Matta ketika Allah mengutusnya kepada kaumnya di negeri Nainawa yang ada di kota Mushil, utara Baghdad. Dia menyeru kaumnya, namun mereka enggan untuk beriman, sehingga dia mengancam mereka dengan azab kemudian dia pergi meninggalkan mereka dengan rasa marah kepada kaumnya dan kepada Tuhannya karena dia tidak bersabar, padahal kaumnya beriman setelah dia meninggalkan mereka. Dia mengira Kami tidak akan menghukumnya atas perbuatannya itu.

Saat dia meninggalkan kaumnya, dia menaiki perahu, namun menumpangnya telah melebihi kapasitas perahu itu sehingga mereka takut akan tenggelam. Maka mereka mengusulkan agar mereka membuat undian siapa yang akan dilempar ke laut; dan undian itu didapatkan Yunus, sehingga dia melompat ke laut dengan sendirinya, kemudian dia ditelan oleh ikan paus. Di dalam gelapnya perut ikan paus dan gelapnya lautan, dia berdoa dengan mengakui sikap ketidaksabarannya dan dia bertaubat kepada Allah dan mengesakan-Nya: “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang yang zalim.”

Maka Kami kabulkan doanya sehingga Kami menyelamatkannya dari masalah besar itu. sebagaimana Kami menyelamatkannya dari kesulitan, demikianlah Kami akan menyelamatkan orang-orang beriman dari kesulitan mereka jika mereka berdoa kepada Allah dengan penuh keikhlasan.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

87. Dan ingatlah -wahai Rasul- tentang kisah orang yang ditelan oleh ikan besar, yaitu Yunus -'alaihissalām-, ketika ia pergi -tanpa ada perintah dari Tuhannya- dalam keadaan marah terhadap kaumnya yang terus-menerus berada dalam kemaksiatan. Dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya dengan menghukumnya atas kepergiannya, sehingga ia pun Kami uji dengan ujian yang sulit lagi berat tatkala ditelan oleh ikan besar dan terpenjara didalamnya. Lalu dalam kegelapan perut ikan, kegelapan laut dan malam hari ia pun berdoa sembari mengakui dosanya dan bertobat kepada Allah, ia berkata, "Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain-Mu, Engkau Maha Suci lagi Agung, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim."


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

87. وَذَا النُّونِ (Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun)
Dia adalah Yunus bin Matta, seorang Nabi yang diutus kepada penduduk Nainawa di negeri Mosul.

إِذ ذَّهَبَ مُغٰضِبًا(ketika ia pergi dalam keadaan marah)
Yakni pergi dalam keadaan marah kepada Tuhannya.
Pendapat lain mengatakan dia marah kepada kaumnya sebab mereka tidak beriman kepada risalah Allah yang dia bawa bagi mereka, sehingga dia marah dan meninggalkan dakwahnya serta jauh meninggalkan negerinya tanpa izin dari Allah.

فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ(lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya)
Terdapat pendapat mengatakan maknanya adalah dia mengira Kami tidak akan mampu menghukumnya, sangkaan ini terbesit di fikirannya yang disebut dengan bisikan hati, dan hal ini tidaklah berdosa.

فَنَادَىٰ فِى الظُّلُمٰتِ(maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap)
Yakni dalam gelapnya malam, gelapnya lautan, dan gelapnya perut ikan paus. Dan doanya adalah لَّآ إلٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ الظّٰلِمِينَ

أَن لَّآ إلٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ الظّٰلِمِينَ (Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim)
Dia mengesakan Tuhan semesta alam dan mengakui dosanya, serta bertaubat dari kesalahannya.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

87-88

1 ). Perhatikan ayat ini : { وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا } "Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah", dan ayat : { وَلَا تَكُن كَصَاحِبِ ٱلْحُوتِ إِذْ نَادَىٰ وَهُوَ مَكْظُومٌ } "dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya)" [ Al-Qalam : 48 ] kita mendapati bahwa kata (ذَا) dinisbatka kepada (ٱلنُّونِ), dan kata (صَاحِبِ) dinisbatkan kepada (ٱلْحُوتِ) namun maksud keduanya adalah Yunus -عليه السلام- , dan merupakan maksud dar itu semua adalah -والله أعلم- bahwa ٱلنُّونِ merupakan nama dari paus yang besar. dan kata (ذَا) adalah kata yang kerap ditujukan kepada sesuatu yang bersifat agung.

2 ). { فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ } Kalimat tahlil dan tasbih menyingkirkan segala kedukaan, dan penyelamat dari segala malapetaka dan musibah; dan merupakan kewajib atas siapa yang beriman kepada kitab Allah menjadikan kalimat ini sebagai tempat kembali baginya disetiap kesulitan menghampirinya, dan sebagai tumpangannya dalam bahagia, percaya dan yakin dengan janji Allah kepada orang-orang beriman dengan mengikutkan mereka ke dalam ayat Dzun Nun : { فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَنَجَّيْنَٰهُ مِنَ ٱلْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُۨجِى ٱلْمُؤْمِنِينَ }.

3 ). Menampakkan betapa kita membutuhkan bantuan Allah, dan mengakui kesalahan adalah merupakan diantara sebab-sebab diterimanya doa, perhatikan bagaimana Yusuf menggabungkan dua perkara ini dalam doanya: { فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ } "maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". Oleh karena itu sayyidul istighfar adalah sebaik-baiknya doa dan dzikir karena di dalamnya terkandung makna ini.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

87. Ingatlah juga wahai nabi tentang kisah Dzun Nun yaitu Yunus bin Mata yang tinggal dalam (perut) ikan paus. Allah mengutusnya kepada penduduk Ninawa di negeri seberang. Ketika dia pergi dengan keadaan marah kepada kaumnya karena tidak mau beriman, dan beranggapan bahwa Kami tidak akan menyempitkan urusannya, namun kami biarkan dia meninggalkan mereka. Lalu dia berdoa dalam 3 kegelapan yaitu kegelapan malam, kegelapan laut dan kegelapan perut paus: “Tiada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau dari sesuatu yang tidak sesuai. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menzalimi diri sendiri dengan pergi tanpa seizinMu dan meninggalkan kaumku”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Dzu Nun} dan sebutlah orang yang ditelah paus, yaitu Yunus AS bin Matta {ketika dia pergi dalam keadaan marah} marah terhadap kaumnya, karena kekufuran mereka terhadap tuhanNya {lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya} menyulitkannya dengan suatu hukuman {Lalu dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis} kegelapan dalam perut paus, lautan dan malam {“Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim”


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 87-88
Kisahyang disebutkan di sini, di surah Ash-Shaffat, dan Surah Nun adalah tentang nabi Yunus bin Mata, yang diutus oleh Allah kepada penduduk Ninawa, yaitu kota di negeri Mausul. Nabi Yunus menyeru mereka untuk menyembah Allah SWT, lalu mereka menolak dan tenggelam dalam kekafiran mereka. Lalu nabi Yunus pergi meninggalkan mereka dalam keadaan marah seraya mengancam mereka bahwa azab akan datang dalam waktu tiga hari. Setelah mereka melihat tanda-tanda itu dan mereka mengetahui bahwa nabi mereka tidak berdusta, lalu mereka keluar menuju ke padang pasir bersama anak-anak, dan ternak unta serta ternak lainnya. Mereka memisahkan antara induk dan anaknya. Kemudian mereka merendahkan diri, dan meminta pertolongan kepada Allah, semua ternak unta dan anak-anaknya mengeluarkan suara lenguhan, begitu juga sapi dan anak-anaknya, serta kambing dan anak-anaknya. Lalu Allah mengangkat azab itu dari mereka. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu (98)) (Surah Yunus)
Adapun nabi Yunus pergi meninggalkan kaumnya dan menaiki perahu bersama suatu kaum. Lalu perahu itu oleng. Mereka takut akan tenggelam. Maka mereka mengadakan undian untuk menentukan siapa yang dilemparkan ke dalam laut di antara mereka untuk meringankan beban. Akhirnya undian jatuh kepada nabi Yunus, tetapi mereka tidak mau melemparkannya. Lalu mereka mengulanginya lagi, dan jatuh kepada nabi Yunus lagi. Lalu mereka menolak lagi, dan mengulanginya lagi dan undian jatuh kepada nabi Yunus lagi. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian (141)) (Surah Ash-Shaffat) yaitu undian jatuh kepadanya. Lalu nabi Yunus berdiri dan melucuti pakaiannya, kemudian melemparkan diri ke dalam laut. Lalu Allah memerintahkan kepada ikan paus dari laut yang membelah lautan dan sampai di tempat nabi Yunus, lalu menelannya saat nabi Yunus melemparkan diri dari perahu itu. Laly Allah memerintah­kan kepada ikan paus itu,"Janganlah kamu memakan sedikitpun dari dagingnya, dan jangan mematahkan tulangnya, karena sesungguhnya nabi Yunus itu bukanlah rezeki bagimu, melainkan perutmu Aku menjadikan sebagai penjara baginya"
Firman Allah (Dzun Nun) yaitu ikan paus itu yang dikaitkan dengan nama nabi Yunus karena. Firman Allah (ketika ia pergi dalam keadaan marah) Adh-Dhahhak berkata bahwa nabi Yunus marah kaumnya (lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya)) yaitu, mempersempitnya dalam perut ikan paus. Diriwayatkan hal yang serupa dari Ibnu Abbas, Mujahid, Adh-Dhahhak, dan lainnya. Pendapat ini dipilih Ibnu Jarir, dan dia memperkuatnya dengan firman Allah SWT: (Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang, melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan) (Surah Ath-Thalaq: 7)
‘Athiyyah Al-Aufi berkata tentang firmanNya: (lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya)) yaitu Kami menentukan keputusan atasnya. Seakan-akan dia menjadikan itu bermakna takdir. Karena sesungguhnya orang-orang Arab berkata bahwa kata “qadara” dan “qaddara” bermakna sama. Seorang penyair berkata:
“Tidak akan terulang zaman yang telah berlalu itu. Maha Suci Engkau, segala sesuatu yang Engkau takdirkan pasti akan terjadi.
Termasuk dalam hal ini adalah firman Allah SWT: (maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditakdirkan) (Surah Al-Qamar: 12) yaitu ditakdirkan (maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”) Ibnu Mas'ud berkata bahwa maksudnya adalah kegelapan perut ikan paus, kegelapan lautan, dan kegelapan malam. Demikian juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Amr bin Maimun, Sa'id bin Jubair, Muhammad bin Ka'b, Adh-Dhahhak, Al-Hasan, dan Qatadah.
Firman Allah: (Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan) yaitu Kami mengeluarkannya dari perut ikan paus dan kegelapannya (Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman) yaitu apabila mereka berada dalam kesengsaraan, dan berdoa seraya bertaubat kepada Kami, terlebih lagi jika mereka berdoa dengan doa ini saat mendapat musibah. Telah disebutkan anjuran untuk membaca doa ini dari pemimpin para nabi (Nabi Muhammad SAW)
Diriwayatkan dari Sa'd bin Abu Waqqas, dia berkata aku bertemu dengan Utsman bin Affan di dalam masjid, lalu aku mengucapkan salam kepadanya, tetapi matanya melotot mata ke arahku tanpa menjawab salam kepadaku. Lalu aku pergi menghadap Umar bin Khattab dan berkata kepadanya, “Hai Amirul Mu’minin, apakah telah terjadi sesuatu kepada Islam?” sebanyak dua kali. Lalu Umar menjawab, “Tidak. Lalu mengapa?” Aku berkata, “Tidakm ada apa-apa, hanya saya aku baru saja bertemu Utsman di masjid, lalu aku mengucapkan salam kepadanya, tetapi matanya hanya memelototiku dan tidak menjawab salamku. Lalu dia berkata,”Umar memanggil Utsman, lalu berkata kepadanya,”Apakah yang menghalangimu dari menjawab salam saudaramu?” Utsman berkata, “Aku tidak melakukannya” Sa'd berkata,”Tidak, kamu benar melakukannya” sampai Utsman bersumpah dan aku pun bersumpah”. Sa'd berkata, "Kemudian Utsman mengingat sesuatu, dan berkata bahwa memang benar,”Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya. Kamu tadi lewat di hadapanku, dan aku sedang mengingat suatu kalimat yang pernah aku dengar dari Rasulullah SAW, tetapi demi Allah, tidak sekali-kali aku mengingatnya, melainkan mata dan hatiku seakan-akan tertutup oleh penutup" Sa'd berkata,"Aku akan menceritakan kepadamu tentang kalimat itu. Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika menceritakan kepada kami tentang permulaan doa, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui yang membuatnya sibuk melayaninya sehingga Rasulullah SAW bangkit dan pergi, lalu aku mengikuti beliau. Ketika aku merasa khawatir beliau SAW terlebih dahulu masuk ke dalam rumah beliau, lalu aku pukulkan kakiku ke tanah. Rasulullah SAW menoleh ke arahku dan bertanya,"Siapakah orang ini? Bukankah kamu Abu Ishaq?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullah” Rasululllah SAW bersabda,“Ada apa perlumu?” Aku menjawab, 'Tidak demi Allah, aku hanya mengingatkan, bahwa engkau tadi menceritakan kepada kami tentang permulaan doa, kemudian datanglah seorang Arab Badui ini yang membuat engkau sibuk” Lalu Rasulullah SAW menjawab,”Benar, doa itu adalah doa yang diucapkan oleh Dzun Nun ketika berada di dalam perut ikan paus (Tidak ada Tuhan selain Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim) Sesungguhnya tidak ada seorang muslim pun berdoa kepada Tuhannya dengan menyebut kalimat ini, melainkan Allah akan mengabulkannya"


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Surat Al-Anbiya ayat 87: Yakni ingatlah hamba dan rasul Kami Dzunnun, yaitu Yunus bin Mata dengan menyebutkan kebaikannya dan memujinya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutusnya kepada penduduk Neinawa dan mengajak mereka beriman, namun ternyata mereka tidak beriman, maka Beliau mengancam mereka dengan azab yang akan turun setelah berlalu tiga hari. Ketika azab datang, dan mereka menyaksikannya dengan mata kepala, maka mereka keluar ke gurun membawa anak-anak dan hewan ternak mereka, lalu mereka bersama-sama berdoa kepada Allah dengan merendahkan diri kepada-Nya dan bertobat, maka Allah angkat azab itu dari mereka sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (Terj. Yunus: 98) dan firman-Nya, “Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.---Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (Terj. Ash Shaffaat: 147-148) Kaum Yunus akhirnya beriman, akan tetapi Yunus pergi meninggalkan kaumnya karena marah kepada mereka padahal Allah belum mengizinkan, Beliau pergi bersama beberapa orang menaiki perahu dan ketika itu datang ombak yang besar, mereka pun khawatir akan tenggelam, maka mereka melakukan undian untuk melempar salah seorang di antara mereka ke laut agar beban perahu semakin ringan, ternyata hasil undian tertuju kepada Yunus, lalu mereka enggan melemparnya, maka mereka mengulangi lagi, dan ternyata tertuju kepada Yunus lagi, namun mereka tetap enggan melemparnya, maka dilakukan undian sekali lagi dan ternyata hasil undian tetap jatuh kepada Yunus, maka Yunus berdiri dan melepas pakaiannya lalu melemparkan dirinya ke laut, dan Allah telah mengirimkan ikan besar, maka ikan itu datang menelan Yunus. Allah mewahyukan kepada ikan itu agar tidak memakan dagingnya dan tidak meremukkan tulangnya karena Yunus bukanlah rezeki untuknya, perutnya hanyalah sebagai penjara baginya. Ada yang berpendapat, bahwa Beliau tinggal dalam perut ikan selama 40 hari. Ketika Beliau mendengar ucapan tasbih dari batu kerikil di tempatnya itu, maka Beliau mengucapkan, “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” Beliau mengakui keberhakan Allah untuk diibadahi dan menyucikan-Nya dari segala aib dan kekurangan serta mengakui kezaliman dirinya, maka Allah mengabulkan doanya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,---Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.--- Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.--- Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu.” (Terj. Ash Shaaffaat: 143-146).

Kepada kaumnya.

Yakni memutuskan baginya untuk ditahan dalam dalam perut ikan atau menyempitkannya.

Yang dimaksud dengan keadaan yang sangat gelap ialah di dalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.

Karena meninggalkan kaumku tanpa izin-Mu.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Anbiya Ayat 87

Dan ingatlah kisah zun nun (yunus), ketika dia pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, karena mereka berpaling dari dirinya dan tidak mau menerima ajaran Allah ketika ia berdakwah kepada me-reka. Lalu dia menyangka bahwa kami tidak akan menyulitkannya karena sikapnya yang tidak sabar itu. Lalu ia naik perahu, namun beban perahu yang ditumpanginya terlalu berat sehingga harus ada seorang yang dilemparkan ke laut. Setelah diundi tiga kali, nabi yunus yang harus dilemparkan ke laut. Allah segera mendatangkan seekor ikan menelan beliau. Maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, di dalam perut ikan, di dalam laut, dan pada malam hari dengan kesadaran, 'tidak ada tuhan selain engkau, mahasuci engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim, karena aku marah meninggalkan kaum yang seharusnya dibimbing olehku. '88. Karena ia berdoa dengan ikhlas serta menyadari kesalahannya, maka kami kabulkan (doa)-Nya dan kami selamatkan dia dari kedukaan dan kesedihan, karena berada dalam perut ikan besar. Dan demikianlah kami menyelamatkan orang-orang yang beriman dari segala kesulitan yang dihadapinya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah pelbagai penjelasan dari kalangan ulama tafsir terhadap kandungan dan arti surat Al-Anbiya ayat 87 (arab-latin dan artinya), semoga menambah kebaikan bagi kita semua. Bantu kemajuan kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Yang Cukup Sering Dilihat

Tersedia ratusan materi yang cukup sering dilihat, seperti surat/ayat: Do’a Setelah Adzan, Al-Qadr, Al-Kafirun, Al-Hujurat 13, Al-A’la, Al-Isra 32. Serta Al-Falaq, Yusuf 28, An-Naba, Adh-Dhuha, Al-Fatihah, Seribu Dinar.

  1. Do’a Setelah Adzan
  2. Al-Qadr
  3. Al-Kafirun
  4. Al-Hujurat 13
  5. Al-A’la
  6. Al-Isra 32
  7. Al-Falaq
  8. Yusuf 28
  9. An-Naba
  10. Adh-Dhuha
  11. Al-Fatihah
  12. Seribu Dinar

Pencarian: fa inna ma'al usri yusro, ali imran ayat 173, al baqarah 81, hujurat ayat 13, surah al imran ayat 159 latin dan artinya

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.