Surat Ali ‘Imran Ayat 169

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Arab-Latin: Wa lā taḥsabannallażīna qutilụ fī sabīlillāhi amwātā, bal aḥyā`un 'inda rabbihim yurzaqụn

Artinya: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.

« Ali 'Imran 168Ali 'Imran 170 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Kandungan Mendalam Berkaitan Surat Ali ‘Imran Ayat 169

Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 169 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai kandungan mendalam dari ayat ini. Terdokumentasi pelbagai penjabaran dari kalangan ahli tafsir terkait makna surat Ali ‘Imran ayat 169, antara lain seperti tercantum:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan jangan sekali-kali kamu (wahai nabi),menyangka bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati,yang tidak merasakan sesuatupun. Justru sebaliknya,mereka itu hidup dalam kehidupan alam barzakh dalam perlindungan tuhan mereka yang mereka itu berjihad karenaNYA dan mereka mati di jalanNYA, kaakan mengalir bagi mereka rezeki dari surga, dan mereka dilimpahi kenikmatan.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

169-170. Allah memberi kabar gembira kepada Rasulullah dan orang-orang beriman tentang nasib orang-orang yang mati syahid dan kedudukan mereka di sisi Allah: “Janganlah kalian mengira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah pada perang Uhud itu adalah orang-orang mati yang tidak dapat merasakan apapun; mereka hidup dalam kedudukan yang mulia di sisi tuhan mereka, mereka bahagia karena mendapatkan karunia yang banyak dari Allah.”

Mereka memberi kabar gembira kepada saudara-saudara mereka mujahid yang masih hidup di dunia tentang kebaikan yang menunggu mereka di akhirat, mereka tidak akan takut terhadap apa yang mereka dapatkan di akhirat, dan tidak akan bersedih atas kenikmatan dunia yang meninggalkan mereka.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

169. Janganlah kamu -wahai Nabi- mengira bahwa orang-orang yang terbunuh dalam berjihad di jalan Allah itu mati. Sesungguhnya mereka itu hidup secara khusus di sisi Rabb mereka di tempat kehormatan-Nya. Mereka diberi rezeki dari beragam kenikmatan yang hanya diketahui oleh Allah.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

169. وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا۟ (Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur)
Yakni dari golongan orang-orang beriman yang gugur di perang Uhud, dan bergitu pula bagi yang gugur dipeperangan lainnya.

فِى سَبِيلِ اللهِ (di jalan Allah)
Yakni untuk meninggikan kalimat Allah dan untuk menolong agama-Nya.

أَمْوٰتًۢا ۚ (mati)
Yakni janganlah kalian kira bahwa orang yang gugur secara syahid itu mati.

بَلْ أَحْيَآءٌ(bahkan mereka itu hidup)
Yakni dengan kehidupan yang sebenarnya.
Disebutkan bahwa ruh mereka berada di dalam perut burung hijau. Dan mereka didalam surga mendapat rezeki dan menikmati makanan, dan itu bukanlah hal yang tidak mungkin karena dalam pandangan kita mereka mati namun mereka hidup di kehidupan barzakh yang merupakan sesuatu yang ghaib.

عِندَ رَبِّهِمْ (disisi Tuhannya)
Yakni di dekat-Nya dalam negeri kemuliaan.

يُرْزَقُونَ (dengan mendapat rezeki)
Yakni mereka mendapat rezeki dari Allah berupa makanan dan minuman.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

169. Wahai Nabi dan setiap orang yang mendengar, jangan sampai kamu mengira bahwa orang-orang yang mati syahid di perang Uhud dan perang lainnya itu mati, melainkan mereka itu hidup di alam khusus, yang mana tidak ada yang mengetahui kehidupan di alam itu kecuali Allah SWT. Hal ini disebutkan dalam hadits bahwa ruh para syuhada berada di atas sungai yang berkilau di pintu surga di kubah berwarna hijau. Sesungguhnya mereka di surga itu diberi rejeki dan makan. Nabi mengabarkan hal itu untuk para syuhada Uhud, lalu Allah menurunkan ayat ini {Wa laa tahsabanna ladziina qutiluu …}


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Jangan sekali-kali kamu mengira} jangan sekali-kali kamu berprasangka {bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan di sisi Tuhannya, mereka itu diberi rejeki


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

169. Ayat-ayat yang mulia ini mengandung penjelasan tentang keutamaan para syuhada dan karamah mereka, dan segala kebaikan yang dikaruniakan oleh Allah buat mereka berupa anugerah dan kebaikanNya. Termasuk di dalamnya adalah hiburan bagi orang-orang yang masih hidup karena ditinggal mati saudara mereka, belasungkawa bagi mereka dan memberikan semangat bagi mereka untuk berperang di jalan Allah dan mencari mati syahid.
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah,” maksudnya, dalam memerangi musuh-musuh agama dengan tujuan meninggikan kalimat Allah, “mati.” Maksudnya, janganlah sampai terlintas di benak kalian dan dalam perhitungan kalian bahwa mereka itu mati dan lenyap, serta hilang dari mereka kenikmatan hidup dunia dan menikmati bunga-bunganya, (namun) yang (seharusnya) dikhawatirkan hilang adalah takut berperang dan tidak mendapatkan mati syahid. “bahkan” sesungguhnya mereka telah memperoleh yang lebih besar daripada sesuatu yang diperebutkan oleh orang-orang yang saling bersaing, di mana “mereka itu hidup di sisi Rabbnya,” dalam surgaNya. Kata “di sisi Rabbnya” menunjukkan tingginya derajat mereka dan begitu dekatnya mereka dengan Rabb mereka, “dengan mendapat rizki” berupa berbagai macam kenikmatan yang tidak diketahui bentuknya kecuali oleh DZat yang telah memberikan kenikmatan tersebut atas mereka.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 169-175
Allah SWT memberitahukan tentang para syuhada bahwa meskipun mereka terbunuh di dunia ini, maka jiwa mereka tetap hidup dan diberi rezeki di rumah yang menetap (surga) di akhirat.
Diriwayatkan dari Masruq, dia berkata,”Kami bertanya kepada Abdullah bin Mas'ud tentang ayat ini, (Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki (169)) Dia menjawab, "Sesungguhnya kami telah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hal ini, dan beliau bersabda, “Ruh mereka berada di dalam rongga burung hijau yang mempunyai banyak pelita yang bergantungan di 'Arsy, ia dapat keluar masuk surga sesuka hati kemudian beristirahat lagi di pelita-pelita itu, kemudian Tuhan mereka menengok mereka seraya berkata: “Apakah kalian menginginkan sesuatu? “ Mereka menjawab, “Apa lagi yang kami inginkan kalau kami sudah dapat keluar masuk ke surga sesuka hati kami? “ Lalu Allah terus mengulangi pertanyaan itu hingga tiga kali. Ketika mereka melihat kalau mereka tidak akan ditinggalkan sebelum menjawab pertanyaan itu, maka merekapun menjawab, “Wahai Tuhanku, kami menginginkan ruh kami dikembalikan lagi ke jasad kami hingga kami dapat berperang lagi di jalanMu untuk kesekian kalinya.” Ketika Allah melihat kalau mereka tidak lagi membutuhkan sesuatu, akhirnya mereka ditinggal pergi"
Firman Allah SWT, (Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (170)) yaitu para syuhada yang terbunuh di jalan Allah hidup di sisi Tuhan mereka, mereka senang dengan apa yang mereka dapatkan berupa nikmat dan kebahagiaan, dan mereka juga bersukacita dengan orang-orang yang syahid di jalan Allah setelah mereka, yaitu orang-orang yang akan datang setelah mereka dan juga tidak merasa khawatir terhadap apa yang akan terjadi di masa depan, dan tidak merasa sedih atas apa yang mereka tinggalkan sebelumnya. Semoga Allah SWT memberi kita semua surga
Kemudian Allah berfirman: (Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman (171)) Muhammad bin Ishaq berkata: “Mereka bersukacita dan merasa senang saat mereka menyaksikan pemenuhan janjiNya dan pahala yang melimpah”.
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan bahwa ayat ini mengumpulkan seluruh orang mukmin, termasuk para syuhada’ dan yang lainnya. Jarang sekali Allah menyebutkan karuniaNya kepada para nabi dan pahala yang Dia berikan kepada mereka, kecuali untuk orang-orang mukmin setelah mereka.
Firman Allah SWT: ((Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka) Ini terjadi pada hari perang Hamra’ Al-Asad, ketika orang-orang musyrik ditimpa sesuatu yang telah menimpa orang-orang muslim. Mereka kembali ke kampung halaman mereka. Ketika mereka melanjutkan perjalanan, mereka menyesal mengapa mereka tidak melanjutkan penyerangan ke Madinah, Ketika berita itu sampai Rasulullah SAW, beliau mengutus wakil kaum muslim untuk mengikuti mereka dari belakang untuk menakut-nakuti mereka dan menunjukkan kekuatan mereka. Tidak ada satupun orang yang mendapatkan izin kecuali orang yang ada pada tempat itu pada hari perang Uhud, kecuali Jabir bin Abdullah, seperti yang akan kami sebutkan nanti. Lalu orang-orang muslim bangkit dari luka dan kekalahan sebagai bentuk ketaaatan kepada Allah dan RasulNya.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah (orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung" (173)) ‘Aisyah berkata kepada ‘Urwah, "Wahai saudaraku, ayahmu termasuk di antara mereka, (Az-Zubair dan Abu Bakar) ketika Rasulullah SAW mengalami kekalahan di hari perang Uhud, dan orang-orang musyrik mundur dari pertempuran, Rasulullah SAW khawatir mereka akan kembali, lalu beliau bersabda, “Siapa yang akan kembali melihat jejak mereka?” Kemudian tujuh puluh orang dari mereka, termasuk Abu Bakar dan Zubair, mengajukan diri untuk melakukan itu"
Firman Allah SWT: (orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka) yaitu orang-orang yang diperingatkan untuk berkumpul, dan ditakut-takuti dengan jumlah musuh yang banyak, Akan tetapi mereka tidak peduli dengan itu, bahkan bertawakal kepada Allah, dan memohon pertolongan kepadaNya. Mereka berkata, (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung) itu telah diucapkan oleh nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api, dan nabi Muhammad SAW ketika orang-orang berkata kepada mereka, "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, jadi takutlah terhadap mereka". Kemudian iman mereka bertambah dan berkata (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)
Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: (Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa) yaitu ketika mereka berserah diri kepada Allah, Cukuplah Dia bagi mereka yang memelihara mereka dari bahaya orang yang ingin mengikat mereka. Lalu mereka kembali ke negeri mereka (dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa) dari sesuatu yang disembunyikan oleh musuh mereka kepada mereka (mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar)
Kemudian Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya) yaitu membuat khawatir pengikutnya dan menimbulkan rasa takut terhadap musuh-musuh mereka, bahwa merekalah yang mengalami kerugian dan penderitaan. Allah SWT berfirman, (karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman) yaitu jika setan menggoda dan membuat kalian takut , maka bertawakallah kepadaKu, dan mohon perlindunganlah kepadaKu, maka cukuplah Aku bagi kalian sebagai penolong kalian atas mereka, sebagaimana Allah berfirman: (Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah?) sampai ayat (Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri) (Surah Az-Zumar: 36-38) dan (dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah) (Surah An-Nisa’: 76)


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Ali ‘Imran ayat 169: Dan janganlah engkau sangka orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, bahkan (mereka itu) hidup di sisi Tuhan mereka, diberi rezeki.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Ayat ini turun tentang keadaan para syuhada'. Di dalamnya terdapat keutamaan para syuhada' dan keistimewaan mereka serta karunia dan ihsan Allah yang diberikan kepada mereka. Dalam ayat ini, terdapat hiburan bagi orang-orang yang masih hidup agar tidak bersedih terhadap kawan-kawan mereka yang telah meninggal, dan menyemangatkan mereka untuk berperang di jalan Allah serta siap untuk syahid. Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ketika saudara kamu tertimpa musibah di perang Uhud, Allah Azza wa Jalla menjadikan ruh mereka dalam tembolok burung hijau yang mendatangi sungai-sungai surga yang memakan buahnya, dan pergi menuju beberapa lampu emas yang berada di bawah naungan 'Arsy. Ketika mereka mendapatkan nikmatnya minuman, makanan dan nikmatnya tempat pulang mereka, mereka berkata, "Seandainya saudara-saudara kita mengetahui apa yang diberikan Allah kepada kita agar mereka tidak benci kepada jihad dan tidak mundur dari peperangan." Allah Azza wa Jalla berfirman, "Aku akan menyampaikan kepada mereka perihal kalian." Maka Allah menurunkan beberapa ayat kepada Rasul-Nya, "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup." Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, "Bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan Hamzah dan kawan-kawannya." Hakim berkata, "Shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, namun keduanya tidak menyebutkan, dan didiamkan oleh Adz Dzahabi."

Thabari meriwayatkan dari Anas bin Malik tentang para sahabat yang dikirim Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke penduduk Bi'ruma'unah (sumur Ma'unah), ia berkata, "Saya tidak mengetahui apakah jumlah mereka 40 atau 70 orang. Di dekat sumur tersebut ada 'Amir bin Thufail Al Ja'fariy, maka datanglah beberapa orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke gua yang mengarah kepada sumur tersebut, lalu mereka duduk di sana dan sebagian mereka bertanya kepada yang lain, "Siapakah di antara kamu yang mau menyampaikan risalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada penduduk sumur ini?" Di antara mereka ada yang mengusulkan, "Menurut saya adalah Abu Milhaan Al Anshaariy." (Ia berkata), "Saya akan menyampaikan risalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Maka Abu Milhan keluar dan mendatangi salah satu suku mereka lalu mendekati rumah-rumah mereka dan berkata, "Wahai penduduk Bi'ruma'unah! Sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya." Lalu keluarlah seorang laki-laki dari pinggir rumah dengan membawa tombaknya, kemudian ia tusukkan tombak itu ke pinggir badannya hingga menembus ke pinggirnya lagi. Ia (Abu Milhan) berkata, "Allahu akbar! Aku beruntung, demi Tuhan pemilik ka'bah." Maka penduduk Bi'ruma'unah mengikuti jejaknya sehingga bertemu dengan para sahabat Abu Milhan, lalu 'Amir bin Thufail membunuh mereka semua. Ishaq (perawi hadits ini) berkata, "Telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik, bahwa Allah Ta'ala menurunkan Al Qur'an berkenaaan dengan mereka yang diangkat setelah kami baca beberapa waktu, dan Allah menurunkan ayat, "Wa laa tahsabannalladziina qutiluu fii sabilillahi amwaataa bal ahyaaa'un 'inda rabbihim yurzaquun." (Hadits ini disebutkan Ibnu Jarir dalam At Tarikh juz 3 hal. 36, dalam hadits tersebut diterangkan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh di Bi'ruma'unah.) Imam Syaukani berkata, "Bagaimana pun keadaannya, ayat tersebut berdasarkan keumumannya mengena kepada setiap orang yang mati syahid."

Dengan maksud meninggikan kalimatullah.

Yakni janganlah ada anggapan dalam hatimu bahwa mereka itu mati, hilang kenikmatan hidup di dunia, bahkan mereka mendapatkan kenikmatan yang lebih besar lagi daripada kenikmatan hidup di dunia.

Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu. Di dalam hadits disebutkan bahwa ruh para syuhada berada dalam tembolok burung hijau yang berterbangan di surga sesuai yang mereka inginkan dan memakan buah-buahan surga.

Dalam kata-kata "di sisi Tuhannya" menunjukkan tingginya derajat mereka dan dekatnya mereka dengan Allah.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 169

Dan jangan sekali-kali kamu sekalian mengira bahwa orang-orang yang gugur sebagai syuhada di jalan Allah itu mati dalam arti tidak dapat bergerak kesana kemari dan tidak tahu keadaan orang yang ditinggalkan. Tetapi sebenarnya mereka itu hidup dengan kehidupan lain di sisi tuhannya di alam barzakh, bahkan dapat bergerak dan mengetahui keadaan orang yang ditinggalkan. Mereka mendapat rezeki berupa kehidupan istimewa yang penuh dengan kenikmatan di dalamnya dan kedudukan mulia dari sisi Allah. Mereka yang gugur sebagai syuhada bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya berupa kenikmatan surga, dan mereka bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang melanjutkan perjuangan, yang belum menyusul mereka sebagai syuhada. Mereka pun berharap agar kaum muslim yang masih hidup juga memperoleh kedudukan mulia di sisi Allah. Diberitakan bahwa tidak ada kekhawatiran pada mereka sedikit pun tentang huru-hara hari kiamat dan mereka tidak bersedih hati akibat dosa-dosa yang dahulu pernah mereka khawatirkan, sebab Allah telah mengampuni kesalahan mereka.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah beberapa penafsiran dari berbagai ahli ilmu mengenai makna dan arti surat Ali ‘Imran ayat 169 (arab-latin dan artinya), semoga berfaidah bagi kita semua. Dukunglah dakwah kami dengan memberikan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Paling Sering Dikaji

Ada banyak halaman yang paling sering dikaji, seperti surat/ayat: Juz al-Qur’an, Luqman 14, Al-An’am, Ar-Ra’d 11, Al-Baqarah 153, Al-Fajr. Ada pula Ali Imran 190-191, Al-Maidah, Al-Baqarah 185, Al-‘Adiyat, Al-Balad, Al-Insyirah 5-6.

  1. Juz al-Qur’an
  2. Luqman 14
  3. Al-An’am
  4. Ar-Ra’d 11
  5. Al-Baqarah 153
  6. Al-Fajr
  7. Ali Imran 190-191
  8. Al-Maidah
  9. Al-Baqarah 185
  10. Al-‘Adiyat
  11. Al-Balad
  12. Al-Insyirah 5-6

Pencarian: doa setelah duha, ayat al baqarah 1-5, surat al nahl, salamun hiya hatta mathla'il fajr, albaqarah ayat 19

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.