Surat Al-Fajr Ayat 7

إِرَمَ ذَاتِ ٱلْعِمَادِ

Arab-Latin: Irama żātil-'imād

Artinya: (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,

« Al-Fajr 6Al-Fajr 8 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Mendalam Mengenai Surat Al-Fajr Ayat 7

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Fajr Ayat 7 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai pelajaran mendalam dari ayat ini. Didapati pelbagai penafsiran dari kalangan ulama tafsir terkait kandungan surat Al-Fajr ayat 7, di antaranya seperti berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

6-8. Tidakkah kamu perhatikan (wahai rasul), bagaimana yang dilakukan oleh Tuhanmu terhadap kaum ‘Ad, Kabilah Iram, pemilik kekuatan dan bangunan yang terjungjung diatas pilar-pilar, Yang bangunan sepertinya belum pernah didirikan di negeri negeri lain,begitu pula dalam hal kebesaran jasmani mereka dan kekuatan tenaga mereka?


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

7. Kabilah 'Ād dinisbahkan kepada kakek mereka Iram, yang mempunyai postur tinggi.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

7. إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ ((yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi)
Iram merupakan nama lain dari kaum ‘Aad. Terdapat pendapat mengatakan bahwa ia adalah kakek mereka. Pendapat lain mengatakan itu adalah nama pemukiman mereka, yaitu kota Damaskus atau kota lain yang ada di Ahqaf yang memiliki tiang-tiang tinggi dan berpahat.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

7. Kaum ‘Ad penduduk kota Iram, nama lain dari kaum ‘Ad. Yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, penghuni kemah-kemah yang tinggi. Ini adalah ungkapan ironi untuk orang-orang yang membanggakan kekayaan mereka di tanah Al ‘aisy yang rumah mereka terbuat dari pasir yang berada di tanah Ahqaf antara Oman dan Hadromaut.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

penduduk Iram} suku Iram, julukan yang dinisbahkan karena kesungguhan mereka {yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi} tinggi


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

6-14. Allah berfirman, “Apakah kamu tidak memperhatikan,” dengan hati dan pandanganmu, “bagaimana Rabbmu berbuat” terhadap umat-umat yang melampaui batas itu, kaum ‘Ad, “(yaitu) penduduk Iram,” kabilah terkenal di Yaman, angkuh, dan sombong, “yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,” yakni di seluruh negeri-negeri lain dari segi kekuatan dan kekokohan. Sebagaimana dikatakan kepada mereka oelah nabi mereka Hud alaihi salam “Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-A’rof :68)
“Dan kaum tsamud yang memotong batu-batu yang besar di lembah,” yakni di lembah negeri. Dengan kekuatan, mereka memahat batu-batu besar dan dijadikan sebagai tempat tinggal.
“Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak),” yakni yang memiliki tentara yang mengokohkan kekuasaannya seperti halnya pasak yang memperkokoh dan apa pun yang dipertahankan. “Yang berbuat sewenang-wenang dalam negerinya.” Sifat ini kembali pada kaum ‘Ad, Tsamud, Fir’aun, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Mereka berlaku melampaui batas di atas bumi Allah dan menyiksa hamba-hamba Allah dalam agama dan dunia mereka. Karena itu Allah berfirman, “Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,” yaitu dengan melakukan kekufuran dan berbagai cabangnya dari berbagai jenis kemaksiatan, serta berusaha memerangi para Rasul dan menghalangi manusia dari jalan Allah.
Ketika mereka telah mencapai puncak pembangkangan yang mengharuskan mereka binasa, Allah menimpakan siksa dan mengirimkan cambuk siksaNya. “Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi,” bagi siapa pun yang mendurhakaiNya. Allah sedikit memberinya tangguhan, dan setelah itu akan menyiksanya dengan siksaan Dzat yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-14
Adapun “Al-Fajr” merupakan adalah suatu hal yang telah diketahui, pendapatan itu dikatakan Ibnu Abbas,
Dikatakan bahwa, makna yang dimaksud adalah seluruh siang hari; ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas.
Adapun sepuluh malam, makna yang dimaksud adalah sepuluh Dzulhijjah, sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Mujahid, dan beberapa ulama’ dari kalangan ulama salaf dan ulama kemudian.
Dikatakan bahwa makna yang dimaksud adalah sepuluh hari pertama dari bulan Muharram. Pendapat itu dikatakan Abu Ja'far Ibnu Jarir, tetapi tidak menisbatkannya kepada siapa pun.
Pendapat yang benar adalah yang pertama.
Firman Allah SWT: (dan yang genap dan yang ganjil (3)) yang dimaksud dengan “al-watr” adalah hari 'Arafah karena itu pada tanggal sembilan, dan yang dimaksud dengan “asy-syaf'u” adalah hari raya kurban karena itu pada tanggal sepuluh. Pendapat itu dikatakan Ibnu Abbas
Hasan Al-Bashri dan Zaid bin Aslam berkata bahwa semua makhluk adalah genap dan ganjil; Allah SWT bersumpah dengan menyebut makhlukNya. Pendapat ini merupakan riwayat dari Mujahid.
Diriwayatkan dari Mujahid tentang firmanNya: (dan yang genap dan yang ganjil (3)) Segala sesuatu yang diciptakan Allah disebut genap yaitu langit dan bumi, daratan dan lautan, jin dan manusia, matahari dan bulan.
Qatadah meriwayatkan dari Al-Hasan tentang firmanNya: (dan yang genap dan yang ganjil) yaitu bilangan itu ada yang genap dan yang ganjil.
Abu Al-’Aliyah, Ar-Rabi' bin Anas, dan selain keduanya berkata bahwa shalat itu ada yang rakaatnya genap, seperti empat rakaat dan dua rakaat, dan ada juga yang ganjil, seperti shalat magrib yang tiga rakaat yang dibilang shalat witir di siang hari. Demikian pula shalat witir yang dilakukan di akhir tahajud malam hari.
Ibnu Jarir tidak memutuskan dengan tegas di antara pendapat-pendapat itu tentang genap dan ganjil ini.
Firman Allah SWT: (dan malam bila berlalu (4))
Mujahid, Abu Al-’Aliyah, dan Qatadah meriwayatkan dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid tentang firmanNya: (dan malam bila berlalu (4)) yaitu ketika berjalan. Bisa ditafsirkan bahwa makna yang dimaksud dengan berjalan adalah tiba. Bisa dikatakan bahwa ini lebih sesuai, mengingat ia menjadi lawan kata dari firmanNya: (Demi fajar (1)) Karena sesungguhnya makna fajar adalah datangnya siang hari dan berlalunya malam hari. Maka apabila firman Allah SWT: (dan malam bila tiba (4)) ditafsirkan dengan,“datangnya malam hari', dan perginya siang hari dan sebaliknya. Sebagaimana firmanNya: (demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya (17) dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing (18)) (Surah At-Takwir)
Firman Allah SWT: (Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal (5)) yaitu, bagi orang yang mempunyai akal dan pemikiran. Sesungguhnya akal dinamakan hijr karena mencegah manusia dari melakukan perbuatan dan mengeluarkan ucapan yang tidak layak baginya. Sumpah ini yang menyebutkan waktu-waktu ibadah dan ibadah itu sendiri, seperti haji, shalat, dan lainnya, termasuk berbagai jenis dari amal untuk mendekatkan diri yang dijadikan sarana oleh hamba-hambaNya yang bertakwa, takut, dan tunduk kepadaNya untuk lnendekatkan diri mereka kepada DzatNya yang Maha Mulia. Setelah menyebutkan ibadah dan ketaatan mereka, Allah berfirman setelahnya: (Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (6)) Mereka adalah orang-orang yang membangkang, angkara murka, sewenang-wenang, enggan taat kepadaNya, mendustakan para rasulNya dan mengingkari kitab-kitabNya. Maka Allah SWT menyebutkan bagaimana Dia membinasakan dan menghancurkan mereka serta menjadikan mereka sebagai pelajaran dan kisah-kisah umat yang durhaka. Jadi Allah SWT berfirman: (Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (6) (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (7)) Mereka adalah kaum 'Ad pertama, yaitu keturunan dari 'Ad bin Iram bin ' Aush bin Sam bin Nuh. Pendapat itu dikatakan Ibnu Ishaq. Mereka adalah orang-orang yang telah diutus kepada mereka rasulNya, yaitu nabi Hud, lalu mereka mendustakan dan menentangnya. Maka Allah menyelamatkannya dari mereka beserta orang-orang yang beriman bersamanya dari mereka, dan Allah membinasakan mereka (engan angin topan yang sangat dingin (6) Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum 'Ād pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk) (7) Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka? (8)) (Surah Al-Haqqah) Allah SWT telah menyebutkan kisah mereka dalam Al-Qur'an bukan hanya pada satu tempat agar dijadikan pelajaran bagi orang-orang mukmin kehancuran yang telah menimpa mereka. Firman Allah SWT: ((yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) (7)) sebagai 'athaf bayan untuk menambahkan keterangan tentang identitas mereka.
FirmanNya SWT: (yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) karena mereka tinggal di kemah-kemah yang terbuat dari bulu yang kemudian ditegakkan dengan tiang-tiang yang kuat. Mereka terkenal sangat kuat di masanya dan paling besar tubuhnya. Oleh karena itu rasul mereka mengingatkan mereka atas nikmat tersebut dan memberi petunjuk kepada mereka agar nikmat itu dijadikan sebagai sarana bagi mereka untuk taat kepada Tuhan mereka yang telah menciptakan mereka (Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan) (Surah Al-A'raf: 69) dan (Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka?) (Surah Fushshilat: 15) Allah berfirman di sini: (yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain (8)) yaitu belum pernah ada suatu kabilah yang diciptakan seperti mereka di negeri mereka, karena kekuatan, kedahsyatan, dan perawakan mereka besar-besar.
Qatadah bin Di'amah dan As-Suddi berkata bahwa sesungguhnya Iram adalah ibu kota kerajaan kaum 'Ad. Ini merupakan pendapat yang baik dan kuat.
Mujahid dan Qatadah berkata tentang firmanNya: (yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) Mereka adalah penduduk yang bepindah-pindah dan tidak pernah menetap.
Firman Allah SWT: (yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain (8)) Ibnu Zaid merujukkan dhamir kepada “Al-'imad” karena ketinggiannya, dan dia berkata bahwa mereka telah membangun bangunan-bangunan yang tinggi di atas bukit-bukit pasir, yang belum pernah dibangun seperti itu di negeri-negeri lain. Adapun Qatadah dan Ibnu Jarir merujukkan dhamir itu kepada kabilah. yaitu belum pernah ada suatu kabilah pun yang diciptakan seperti mereka di banyak negeri, yaitu di masa mereka. Pendapat inilah yang benar, sedangkan pendapat Ibnu Zaid dan orang-orang yang mengikutinya lemah, karena seandainya makna yang dimaksud adalah demikian, maka bunyinya “lam yu'mal mi'tsluha fil bilad. dan sesungguhnya Allah berfirman: (yang belum pernah diciptakan (suatu kabilah pun) seperti mereka di negeri-negeri lain)
Saya berkata, pendapat apa pun itu, baik yang sebagai bangunan-bangunan tinggi yang mereka bangun, atau menganggapnya sebagai tiang-tiang rumah mereka di daerah pedalaman, atau senjata yang mereka pakai untuk berperang atau ketinggian seseorang dari mereka. Semuanya itu menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu umat yang disebutkan dalam Al-Qur'an bukan hanya pada satu tempat saja yang penyebutannya diiringi dengan kaum Tsamud, sebagaimana di sini; hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Pendapat Ibnu Jarir yang mengatakan bahwa firman Allah SWT: ((yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (7)) dapat ditafsirkan sebagai nama suatu kabilah atau suatu negeri yang dihuni oleh kaum ‘Ad yang karenanya kata Iram tidak ditashrif. Pendapat ini masih perlu ditinjau, karena makna yang dimaksud adalah konteks cerita hanya memberitahukan tentang kabilah. Oleh karena itu Allah SWT berfirman setelahnya: (dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah (9)) yaitu mereka memotong batu-batu yang ada di lembah.
Ibnu 'Abbas berkata bahwa mereka mengukir dan melubanginya. Demikian juga dikatakan Mujahid, Qatadah. Adh-Dhahhak, dan Ibnu Zaid. Termasuk dalam hal ini jika dikatakan “mujtaba an-nimar” jika mereka melubanginya. Dan dikatakan “ijtaba ats-tsauba” jika seseorang membukanya, oleh karena itulah disebut al-jaib juga. Allah SWT berfirman: (Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin (149)) (Surah Asy-Syu'ara’)
Firman Allah SWT: (dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (10)) “Al-autad” adalah tentara mendukung dan menguatkan perkaranya. Dikatakan bahwa Firaun jika mengikat kedua tangan dan kedua kaki mereka pada pasak-pasak besi, lalu digantungkan dengannya. Demikian juga dikatakan Mujahid, bahwa manusia diikat pada pasak-pasak besi
Firman Allah SWT: (Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri (11) lain mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu (12)) yaitu mereka berbuat angkara murka, angkuh, dan senang menebarkan kerusakan di bumi dan menyakiti orang lain (karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab (13)) yaitu Allah menurunkan kepada mereka azab dari langit dan hukuman yang tidak ada seorangpun dapat menolaknya dari kaum yang durhaka.
Firman Allah SWT: (Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi (14)) Ibnu Abbas berkata bahwa makna yang dimaksud adalah mendengar dan melihat, yaitu mengawasi apa yang mereka kerjakan dan Dia akan membalas masing-masing, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kelak Dia akan menampakkan semua makhluk di hadapanNya, lau dia memutuskan hukumNya terhadap mereka dengan adil, dan memberikan pembalasan kepada masing-masing sesuai dengan apa yang berhak baginya. Dia Maha Suci dari perbuatan aniaya dan melampaui batas.


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Penduduk 'Ad yang dinisbatkan kepada kakek mereka yang bernama "Iram" , dalam riwayat dikatan : Iram adalah nama kota yang mereka tinggali.

{ إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ } Yaitu penduduk yang memiliki banyak bangunan-bangunan tinggi, ini jika "Iram" ditafsirkan sebagai nama kota, { إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ } yaitu kaum yang memiliki kekuatan yang sangat besar, dan makna yang satu ini jika "Iram" ditafsirkan sebagai penisbatan kepada kakek mereka, akan tetapi makna yang paling kuat dan paling rojih adalah : bahwasanya makna "Iram" disini sebagai sifat yang dinisbatkan kepada penduduk itu, dan bukan kepada kota yang mereka tempati, sedangkan maksud dari tiang-tiang adalah kekuatan yang mereka miliki yang dengannya mereka bersandar dan menyombongkan diri.


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Firman Allah: [Iram] ini adalah nama sebuah suku, dikatakan juga: Nama sebuah kampung, dikatakan juga selain itu, tapi sama saja baik itu nama bagi suatu suku atau sebuah tempat, sungguh Allah telah menimpakan siksa kepada mereka dengan azab yang besar padahal mereka adalah orang-orang yang kuat.

Firman Allah: ذَاتِ الْعِمَادِ (7) الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ " yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah diciptakan (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain," Maksudnya adalah orang-orang yang memiliki bagunan-bangunan yang tinggi lagi kuat الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ Yang tidak pernah dibangun seperti iitu di negeri-negeri lain, karena bagunan-bangunan itu kuat dan kokoh, inilah yang telah menipu mereka sehingga mereka mengatakan: Siapa yang lebih kuat dari kami?

Dalam firman-Nya: الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ " yang belum pernah diciptakan (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain," padahal yang membangunnya adalah manusia, ini adalah dalil bahwa manusia pun bisa disifati dengan menciptakan, sehingga boleh dikatakan : Menciptakan ini, di antara contohnya adalah sebagaimana Nabi 'alaihissholaatu awassalaam tentang para pelukis:

يُقَالُ لَهُمْ: اَحيُوْا مَا خَلَقْتُمْ "Akan dikatakan kepada mereka: Hidupkanlah gambar-gambar yang telah kalian ciptakan"(1)

Akan tetapi penciptaan yang dinisbatkan kepada makhluk tidaklah sama dengan penciptaan yang dinisbatkan kepada Allah, penciptaan yang disandarkan kepada Allah adalah penciptaan dari ketiadaan, ini tidak ada yang mampu seorang pun. Sedangkan penciptaan yang disandarkan kepada selain Allah maka itu hanya sekedar merubah bentuk saja.

Saya akan beri contohnya kepada kalian: Pintu ini terbuat dari kayu, dan yang menciptakan kayu adalah Allah, dan manusia tidak mungkin melakukannya, namun manusia mampu mengubah dari kayu dan rantingnya menjadi pintu-pintu dan kursi-kursi dan semisalnya, maka dari itu penciptaan yang disandarkankan kepada makhluk tidaklah sama seperti yang disandarkan kepada Khaliq (Allah Sang Mahapencipta), karena penciptaan yang disandarkan kepada Khaliq adalah penciptaan dari ketiadaan, ini tidak ada seorang pun yang mampu, sedangkan yang disandarkan kepada makhluk hanyalah sekedar merubah dari suatu bentuk ke bentuk yang berbeda, sedangkan mengubah zat-zat sesuatu. Mengubah emas menjadi perak atau mengubah perak menjadi besi maka ini mustahil kecuali bagi Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya.

(1) Dikeluarkan Bukhari (2105) dan Muslim (2107) dari hadits Aisyah Radhiyallaahu 'anhaa


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Fajr ayat 7: 6-8. Allah mengabarkan dengan persaksian atas apa yang diturunkan-Nya dari adzab bagi orang-orang yang terdahulu yang musyrik, Allah berkata : Apakah kalian tidak melihat wahai manusia, atas apa yang Allah perbuat terhadap kaum Ad ?. Dan Ad adalah kaum yang tinggal di kota Iram yang memiliki kerajaan dan benteng-benteng (tinggi). Dan Allah jelaskan bahwa kota ini tidak pernah diciptakan di negeri manapun yang semisal dengannya. Ad adalah masyarakat Ar Ramilah yang terletak di Ar Rubu’ Al Khali, antara Hadramaut dan Najran di arah timur Jazirah Arab. Nabi mereka adalah Hud. Syaikh Al Bassam ditanya ketika mengajar di Masjidil Haram pada tanggal 23/2/1418 H; Apa itu Iram yang memiliki bangunan tinggi ? Syaikh menjawab : Ia adalah negara Ad, kaumnya Hud ia terletak di Ar Rubu’ Al Khali yang dekat dengan Hadramaut dan Al Ahqaf itulah yang disebut An Nufud atau Ar Rimal yang menyerupai dengan gunung tinggi yang meliuk-liuk.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Iram ialah ibukota kaum 'Aad.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Fajr Ayat 7

Allah hancurkan kaum 'ad, yaitu penduduk kota iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi dan bentuk fisik yang kuat. 8. Itulah kota dengan bangunan-bangunan megah yang pada masanya belum pernah dibangun seperti itu megahnya di negeri-negeri lain.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian beraneka penafsiran dari para mufassir terhadap kandungan dan arti surat Al-Fajr ayat 7 (arab-latin dan artinya), moga-moga bermanfaat bagi kita. Dukunglah perjuangan kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Yang Banyak Dikaji

Nikmati banyak halaman yang banyak dikaji, seperti surat/ayat: Ali ‘Imran 139, Tentang Al-Quran, Al-Qamar 49, Al-Baqarah 43, Al-Ma’idah 8, Al-Baqarah 45. Ada juga Al-Isra 25, Al-Hadid 20, Ad-Dukhan, Ali ‘Imran 97, At-Thalaq, Al-Jin.

  1. Ali ‘Imran 139
  2. Tentang Al-Quran
  3. Al-Qamar 49
  4. Al-Baqarah 43
  5. Al-Ma’idah 8
  6. Al-Baqarah 45
  7. Al-Isra 25
  8. Al-Hadid 20
  9. Ad-Dukhan
  10. Ali ‘Imran 97
  11. At-Thalaq
  12. Al-Jin

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.