Surat Al-Fajr Ayat 3

وَٱلشَّفْعِ وَٱلْوَتْرِ

Arab-Latin: Wasy-syaf'i wal-watr

Artinya: Dan yang genap dan yang ganjil,

« Al-Fajr 2Al-Fajr 4 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Mendalam Tentang Surat Al-Fajr Ayat 3

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Fajr Ayat 3 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai tafsir mendalam dari ayat ini. Terdokumentasikan berbagai penjabaran dari berbagai mufassirun mengenai kandungan surat Al-Fajr ayat 3, sebagiannya sebagaimana terlampir:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

1-5. Allah bersumpah dengan waktu fajar, Juga dengan 10 malam pertama bulan dzulhijjah dan apa yang dengannya ia dimuliakan, Juga dengan segala apa yang genap dan ganjil, Dan dengan malam bila ia hadir dengan kegelapannya, Tidakkah sumpah sumpah diatas mengandung nasihat yang cukup bagi pemilik akal?


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

3. Dan bersumpah dengan segala sesuatu yang berpasangan maupun yang sendirian.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

3. وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ (dan yang genap dan yang ganjil)
Makna (الشفع) yakni genap, sedangkan (الوتر) adalah ganjil dalam segala sesuatu.
Pendapat lain mengatakan: (الشفع) adalah dua hari tasyriq pertama yang diperbolehkan bagi orang yang berhaji untuk menyegerakan melempar jumrah pada hari itu. sedangkan (الوتر) yakni hari tasyriq ketiga.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

3-4. Demi bilangan genap dan ganjil dari segala sesuatu. Demi malam apabila telah lenyap. Dan jawaban dari sumpah ini ditiadakan atau muqaddar dikira-kirakan: Maka orang-orang kafir akan benar-benar diazab.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{demi yang genap dan yang ganjil


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

1-5. Zahirnya, apa yang disumpahkan itulah yang menjadi obyek sumpah. Hal ini boleh dan lazim digunakan bila obyek sumpah berupa sesuatu yang zahir dan penting. Dan seperti itu juga dalam ayat ini.
Allah bersumpah dengan waktu fajar, yaitu penghujung malam dan permulaan siang. Karena di waktu akhir malam dan permulaan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah yang mengatur seluruh hal, yang menunjukkan kekuasaanNya yang sempurna. Dialah yang mengatur seluruh hal, yang hanya kepadaNya-lah ibadah layak ditunaikan. Di saat fajar, terdapat shalat utama lagi diagungkan yang baik untuk dijadikan sebagai obyek sumpah oleh Allah. Karena itu, setelahnya Allah bersumpah dengan sepuluh malam yang menurut pendapat yang benar adalah sepuluh malam di bulan Ramadhan atau sepuluh hari di bulan Dzulhijjah. Karena malam-malam tersebut mencakup hari-hari mulia, yang di dalamnya berlaku berbagai macam ibadah dan dan pendekatan diri yang tidak terdapat pada waktu lain.
Pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan terdapat malam lailatul qadar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan dan pada siang harinya terdapat puasa di akhir akhir bulan Ramadhan yang merupakan salah satu rukun Islam yang agung.
Pada sepuluh hari di bulan Dzulhijjah terdapat wuquf di Arafah yang pada saat itu Allah memberikan ampunan kepada para hambaNya yang membuat setan sedih. Setan tidak terlihat lebih hina dan kalah melebihi kehinaan dan kekalahannya di hari Arafah karena banyaknya malaikat dan rahmat yang turun dari Allah untuk para hambaNya. Pada hari itu, kebanyakan kegiatan haji dan umrah dilakukan. Semua itu adalah hal-hal agung yang berhak dijadikan sumpah oleh Allah.
“Dan demi malam bila berlalu,” yakni saat berlalu dan menurunkan kegelapannya atas manusia sehingga mereka menjadi tenang, nyaman, dan tentram sebagai rahmat dan hikmah dari Allah. “Pada yang demikian itu,” yang disebutkan sebelumnya, “terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal,” yakni untuk orang yang berakal sehat. Ya, sebagian dari hal itu cukup bagi orang-orang yang memiliki akal atau mendengar sebagai yang menyaksikan.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-14
Adapun “Al-Fajr” merupakan adalah suatu hal yang telah diketahui, pendapatan itu dikatakan Ibnu Abbas,
Dikatakan bahwa, makna yang dimaksud adalah seluruh siang hari; ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas.
Adapun sepuluh malam, makna yang dimaksud adalah sepuluh Dzulhijjah, sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Mujahid, dan beberapa ulama’ dari kalangan ulama salaf dan ulama kemudian.
Dikatakan bahwa makna yang dimaksud adalah sepuluh hari pertama dari bulan Muharram. Pendapat itu dikatakan Abu Ja'far Ibnu Jarir, tetapi tidak menisbatkannya kepada siapa pun.
Pendapat yang benar adalah yang pertama.
Firman Allah SWT: (dan yang genap dan yang ganjil (3)) yang dimaksud dengan “al-watr” adalah hari 'Arafah karena itu pada tanggal sembilan, dan yang dimaksud dengan “asy-syaf'u” adalah hari raya kurban karena itu pada tanggal sepuluh. Pendapat itu dikatakan Ibnu Abbas
Hasan Al-Bashri dan Zaid bin Aslam berkata bahwa semua makhluk adalah genap dan ganjil; Allah SWT bersumpah dengan menyebut makhlukNya. Pendapat ini merupakan riwayat dari Mujahid.
Diriwayatkan dari Mujahid tentang firmanNya: (dan yang genap dan yang ganjil (3)) Segala sesuatu yang diciptakan Allah disebut genap yaitu langit dan bumi, daratan dan lautan, jin dan manusia, matahari dan bulan.
Qatadah meriwayatkan dari Al-Hasan tentang firmanNya: (dan yang genap dan yang ganjil) yaitu bilangan itu ada yang genap dan yang ganjil.
Abu Al-’Aliyah, Ar-Rabi' bin Anas, dan selain keduanya berkata bahwa shalat itu ada yang rakaatnya genap, seperti empat rakaat dan dua rakaat, dan ada juga yang ganjil, seperti shalat magrib yang tiga rakaat yang dibilang shalat witir di siang hari. Demikian pula shalat witir yang dilakukan di akhir tahajud malam hari.
Ibnu Jarir tidak memutuskan dengan tegas di antara pendapat-pendapat itu tentang genap dan ganjil ini.
Firman Allah SWT: (dan malam bila berlalu (4))
Mujahid, Abu Al-’Aliyah, dan Qatadah meriwayatkan dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid tentang firmanNya: (dan malam bila berlalu (4)) yaitu ketika berjalan. Bisa ditafsirkan bahwa makna yang dimaksud dengan berjalan adalah tiba. Bisa dikatakan bahwa ini lebih sesuai, mengingat ia menjadi lawan kata dari firmanNya: (Demi fajar (1)) Karena sesungguhnya makna fajar adalah datangnya siang hari dan berlalunya malam hari. Maka apabila firman Allah SWT: (dan malam bila tiba (4)) ditafsirkan dengan,“datangnya malam hari', dan perginya siang hari dan sebaliknya. Sebagaimana firmanNya: (demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya (17) dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing (18)) (Surah At-Takwir)
Firman Allah SWT: (Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal (5)) yaitu, bagi orang yang mempunyai akal dan pemikiran. Sesungguhnya akal dinamakan hijr karena mencegah manusia dari melakukan perbuatan dan mengeluarkan ucapan yang tidak layak baginya. Sumpah ini yang menyebutkan waktu-waktu ibadah dan ibadah itu sendiri, seperti haji, shalat, dan lainnya, termasuk berbagai jenis dari amal untuk mendekatkan diri yang dijadikan sarana oleh hamba-hambaNya yang bertakwa, takut, dan tunduk kepadaNya untuk lnendekatkan diri mereka kepada DzatNya yang Maha Mulia. Setelah menyebutkan ibadah dan ketaatan mereka, Allah berfirman setelahnya: (Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (6)) Mereka adalah orang-orang yang membangkang, angkara murka, sewenang-wenang, enggan taat kepadaNya, mendustakan para rasulNya dan mengingkari kitab-kitabNya. Maka Allah SWT menyebutkan bagaimana Dia membinasakan dan menghancurkan mereka serta menjadikan mereka sebagai pelajaran dan kisah-kisah umat yang durhaka. Jadi Allah SWT berfirman: (Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (6) (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (7)) Mereka adalah kaum 'Ad pertama, yaitu keturunan dari 'Ad bin Iram bin ' Aush bin Sam bin Nuh. Pendapat itu dikatakan Ibnu Ishaq. Mereka adalah orang-orang yang telah diutus kepada mereka rasulNya, yaitu nabi Hud, lalu mereka mendustakan dan menentangnya. Maka Allah menyelamatkannya dari mereka beserta orang-orang yang beriman bersamanya dari mereka, dan Allah membinasakan mereka (engan angin topan yang sangat dingin (6) Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum 'Ād pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk) (7) Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka? (8)) (Surah Al-Haqqah) Allah SWT telah menyebutkan kisah mereka dalam Al-Qur'an bukan hanya pada satu tempat agar dijadikan pelajaran bagi orang-orang mukmin kehancuran yang telah menimpa mereka. Firman Allah SWT: ((yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) (7)) sebagai 'athaf bayan untuk menambahkan keterangan tentang identitas mereka.
FirmanNya SWT: (yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) karena mereka tinggal di kemah-kemah yang terbuat dari bulu yang kemudian ditegakkan dengan tiang-tiang yang kuat. Mereka terkenal sangat kuat di masanya dan paling besar tubuhnya. Oleh karena itu rasul mereka mengingatkan mereka atas nikmat tersebut dan memberi petunjuk kepada mereka agar nikmat itu dijadikan sebagai sarana bagi mereka untuk taat kepada Tuhan mereka yang telah menciptakan mereka (Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan) (Surah Al-A'raf: 69) dan (Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka?) (Surah Fushshilat: 15) Allah berfirman di sini: (yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain (8)) yaitu belum pernah ada suatu kabilah yang diciptakan seperti mereka di negeri mereka, karena kekuatan, kedahsyatan, dan perawakan mereka besar-besar.
Qatadah bin Di'amah dan As-Suddi berkata bahwa sesungguhnya Iram adalah ibu kota kerajaan kaum 'Ad. Ini merupakan pendapat yang baik dan kuat.
Mujahid dan Qatadah berkata tentang firmanNya: (yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi) Mereka adalah penduduk yang bepindah-pindah dan tidak pernah menetap.
Firman Allah SWT: (yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain (8)) Ibnu Zaid merujukkan dhamir kepada “Al-'imad” karena ketinggiannya, dan dia berkata bahwa mereka telah membangun bangunan-bangunan yang tinggi di atas bukit-bukit pasir, yang belum pernah dibangun seperti itu di negeri-negeri lain. Adapun Qatadah dan Ibnu Jarir merujukkan dhamir itu kepada kabilah. yaitu belum pernah ada suatu kabilah pun yang diciptakan seperti mereka di banyak negeri, yaitu di masa mereka. Pendapat inilah yang benar, sedangkan pendapat Ibnu Zaid dan orang-orang yang mengikutinya lemah, karena seandainya makna yang dimaksud adalah demikian, maka bunyinya “lam yu'mal mi'tsluha fil bilad. dan sesungguhnya Allah berfirman: (yang belum pernah diciptakan (suatu kabilah pun) seperti mereka di negeri-negeri lain)
Saya berkata, pendapat apa pun itu, baik yang sebagai bangunan-bangunan tinggi yang mereka bangun, atau menganggapnya sebagai tiang-tiang rumah mereka di daerah pedalaman, atau senjata yang mereka pakai untuk berperang atau ketinggian seseorang dari mereka. Semuanya itu menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu umat yang disebutkan dalam Al-Qur'an bukan hanya pada satu tempat saja yang penyebutannya diiringi dengan kaum Tsamud, sebagaimana di sini; hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Pendapat Ibnu Jarir yang mengatakan bahwa firman Allah SWT: ((yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (7)) dapat ditafsirkan sebagai nama suatu kabilah atau suatu negeri yang dihuni oleh kaum ‘Ad yang karenanya kata Iram tidak ditashrif. Pendapat ini masih perlu ditinjau, karena makna yang dimaksud adalah konteks cerita hanya memberitahukan tentang kabilah. Oleh karena itu Allah SWT berfirman setelahnya: (dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah (9)) yaitu mereka memotong batu-batu yang ada di lembah.
Ibnu 'Abbas berkata bahwa mereka mengukir dan melubanginya. Demikian juga dikatakan Mujahid, Qatadah. Adh-Dhahhak, dan Ibnu Zaid. Termasuk dalam hal ini jika dikatakan “mujtaba an-nimar” jika mereka melubanginya. Dan dikatakan “ijtaba ats-tsauba” jika seseorang membukanya, oleh karena itulah disebut al-jaib juga. Allah SWT berfirman: (Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin (149)) (Surah Asy-Syu'ara’)
Firman Allah SWT: (dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (10)) “Al-autad” adalah tentara mendukung dan menguatkan perkaranya. Dikatakan bahwa Firaun jika mengikat kedua tangan dan kedua kaki mereka pada pasak-pasak besi, lalu digantungkan dengannya. Demikian juga dikatakan Mujahid, bahwa manusia diikat pada pasak-pasak besi
Firman Allah SWT: (Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri (11) lain mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu (12)) yaitu mereka berbuat angkara murka, angkuh, dan senang menebarkan kerusakan di bumi dan menyakiti orang lain (karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab (13)) yaitu Allah menurunkan kepada mereka azab dari langit dan hukuman yang tidak ada seorangpun dapat menolaknya dari kaum yang durhaka.
Firman Allah SWT: (Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi (14)) Ibnu Abbas berkata bahwa makna yang dimaksud adalah mendengar dan melihat, yaitu mengawasi apa yang mereka kerjakan dan Dia akan membalas masing-masing, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kelak Dia akan menampakkan semua makhluk di hadapanNya, lau dia memutuskan hukumNya terhadap mereka dengan adil, dan memberikan pembalasan kepada masing-masing sesuai dengan apa yang berhak baginya. Dia Maha Suci dari perbuatan aniaya dan melampaui batas.


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Pada sumpah yang ketiga ini Allah ﷻ bersumpah { وَالشَّفْعِ } dengan yang genap yaitu : dua, empat, enam, delapan, sepuluh, dan Dia ﷻ juga bersumpah { وَالْوَتْرِ } dengan yang ganjil yaitu : satu, tiga, lima, tujuh, sembilan.

Dan maksud dari yang ganjil di ayat ini adalah : Allah ﷻ , karena sesungguhnya Dia adalah yang satu, sedangkan yang dimaksud dengan yang genap di ayat ini adalah : makhluk ciptaan-Nya, mereka genap karena makhluk seluruhnya adalah berpasangan : manusia berpasangan antara laki-laki dan perempuan, hewan bersangan antara jantan dan betina, begitupun dengan tumbuhan ada yang jantan dan ada yang betina, makhluk seluruhnya adalah genap, sedangkan yang ganjil adalah Allah ﷻ yang satu.

Adapun penyebutan ( الْوَتْرِ ) setiap orang berbeda dalam hal ini , ada yang membecanya dengan harokat kasroh pada huruf ( ِو ) "witri" , dan ada yang membacanya dengan harokat fathah pada huruf ( و ) "watri" , akan tetapi makna dari perbedaan itu sama.


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

Dan firman Allah وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ " dan yang genap dan yang ganjil," DikatakanL: maksudnya adalah seluruh makhluk, karena makhluk bisa berjumlah genap dan bisa ganjil, Allah 'Azza Wa Jalla berfirman: وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ " Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan "(QS. Adz-Dzariyat: 49) maksudnya juga ibadah-ibadah karena bisa berjumlah genap dan ganjil, maka maksud dari genap dan ganjil disini adalah segala sesuatu yang tercipta dengan jumlah genap dan ganjil dan segala yang disyari'atkan dengan jumlah genap dan ganji, dikatakan juga: yang dimaksudkan dengan genap adalah semua makhluk dan yang dimaksudkan dengan ganjil adalah Allah 'Azza Wa Jalla.
Dan ketahuilah bahwa firman Allah وَالْوَتْرِ "" pada lafaz ini tercapat dua model bacaan yang benar: Al-Witr dan al-Watr, yakni jika anda membaca wasy-Syaf'I wal watr, ini benar. Dan jika anda membaca was-syaf'I wal witr ini pun benar juga, oleh karenanya para ulama mengatakan: asy-Syaf'u Genap adalah makhluk karena semua makhluk terdiri dari dua unsur (berpangan) وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ " Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan " sedangkan al-Watr atau al-Witr (ganjil) adalah Allah, berdasarkan sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam: إِنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ " Sesungguhnya Allah ganjil (esa) dan mencintai ganjil"(1) Jika ayat bisa dimaknai dengan kedua makna tersebut tanpa ada pertentangan antara keduanya maka keduanya bisa menjadi makna ayat tersebut. Ini adalah kaedah dalam ilmu tafsir bahwa jika sebuah ayat memiliki kemuingkinan dua makna, satu dengan lainnya tidak saling bertentangan maka makna ayat tersebut dibawa dengan kedua makna itu.

(1) Dikeluarkan Bukhari (6410) dan Muslum (2677) dari hadits Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Fajr ayat 3: 1-4. Allah memulai dalam surat ini dengan sumpah, dimana Allah bersumpah dengan waktu fajar yang terang sinarnya. Allah juga bersumpah dengan waktu malam yang ke sepuluh dzulhijjah. Allah bersumpah dengan bilangan genap dan ganjil pada segala sesuatu. Allah bersumpah dengan malam yang telah pergi (berlalu) kegelapannya.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Fajr Ayat 3

1-4. Demi fajar, yaitu awal mula terangnya bumi setelah kegelapan malam sirna. Pada waktu ini manusia memulai aktivitasnya. Di balik kemunculan fajar itu pasti ada zat yang mahaperkasa. Demi malam yang sepuluh, yaitu sepuluh hari pertama bulan zulhijah. Mereka yang beramal saleh pada hari-hari tersebut akan mendapat pahala yang sangat agung. Demi yang genap dan yang ganjil dari semua hal. Bisa juga dipahami bahwa yang genap itu adalah makhluk Allah, sedangkan yang ganjil adalah Allah. Dia maha esa dan tanpa bandingan. Allah tidak membutuhkan apa dan siapa pun, sedang makhluk sangat bergantung pada yang lain. Demi malam apabila berlalu dan digantikan siang


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian sekumpulan penjelasan dari beragam mufassirin terhadap kandungan dan arti surat Al-Fajr ayat 3 (arab-latin dan artinya), semoga memberi kebaikan untuk kita semua. Sokong usaha kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Sering Dikunjungi

Telaah ratusan konten yang sering dikunjungi, seperti surat/ayat: Al-Qamar 49, Ali ‘Imran 97, Al-Jin, Tentang Al-Quran, Al-Ma’idah 8, Al-Baqarah 45. Ada juga Al-Hadid 20, At-Thalaq, Al-Isra 25, Al-Baqarah 43, Ali ‘Imran 139, Ad-Dukhan.

  1. Al-Qamar 49
  2. Ali ‘Imran 97
  3. Al-Jin
  4. Tentang Al-Quran
  5. Al-Ma’idah 8
  6. Al-Baqarah 45
  7. Al-Hadid 20
  8. At-Thalaq
  9. Al-Isra 25
  10. Al-Baqarah 43
  11. Ali ‘Imran 139
  12. Ad-Dukhan

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.