Surat Al-Insyiqaq Ayat 21

وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ ٱلْقُرْءَانُ لَا يَسْجُدُونَ ۩

Arab-Latin: Wa iżā quri`a 'alaihimul-qur`ānu lā yasjudụn

Artinya: Dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud,

« Al-Insyiqaq 20Al-Insyiqaq 22 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Mendalam Mengenai Surat Al-Insyiqaq Ayat 21

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Insyiqaq Ayat 21 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam tafsir mendalam dari ayat ini. Ada beragam penjabaran dari beragam mufassir terkait makna surat Al-Insyiqaq ayat 21, sebagiannya sebagaimana berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

20-24. Apa yang menghalangi mereka untuk beriman kepada Allah dan hari akhir sesudah ayat ayat dijelaskan kepada mereka? Dan apabila al-qur’an dibacakan kepada mereka,mereka tidak sujud kepada Allah dan tidak menerima apa yang datang dari sisi NYA? Ciri khas orang orang kafir adalah mendustakan dan menyelisihi kebenaran. Allah lebih mengetahui tentang apa yang mereka simpan dalam dada mereka berupa penentangan, padahal mereka mengetahui bahwa apa yang dibawa oleh al-qur’an adalah kebenaran. Sampaikanlah kabar gembira kepada mereka (wahai rasul),bahwa Allah telah menyiapkan azab yang menyakitkan bagi mereka.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

21. Jika dibacakan Al-Qur`ān atas mereka, mereka tidak bersujud kepada Rabb mereka.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

21. وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْءَانُ لَا يَسْجُدُونَ (dan apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud)
Yakni apa yang menghalangi mereka sehingga tidak bersujud dan tunjuk ketika dibacakan al-Qur’an.
Pendapat lain mengatakan: yakni mereka tidak melakukan sujud tilawah ketika dibacakan ayat yang disyariatkan untuk sujud ketika mendengarnya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

20-21. Lalu mengapa orang-orang kafir dan musyrik itu tidak beriman kepada Allah dan beriman kepada hari kiamat? Padahal telah didatangkan berbagai bukti atas kebenaran kabar itu. Dan ketika mereka dibacakan ayat Alquran, mereka tidak merendahkan diri mereka untuk melaksanakan perintah Allah agar beriman kepada Alquran dan mekjizatnya


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Meski demikian, masih banyak manusia yang tidak beriman, “dan apabila al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud,” yakni tidak tunduk merendahkan diri untuk al-Qur’an dan tidak tunduk pada perintah dan larangannya. “Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan(nya),” yakni mendustakan kebenaran setelah jelas, sehingga tidak aneh bila mereka tidak beriman dan tidak tunduk pada al-Qur’an. Orang yang mendustakan adalah pembangkang yang tidak memiliki tipu daya di dalamnya. “Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka),” yakni, terhadap apa yang mereka lakukan dan yang mereka niatkan secara rahasia. Allah mengetahui rahasia dan perbuatan terang-terangan mereka dan akan membalas amal perbuatan mereka. Karena itu Allah berfirman, “Maka berilah kabar gembira kepada mereka dengan azab yang pedih.” Berita dinamakan juga kabar gembira, karena berita itu berpengaruh di diri manusia, baik berita menyenangkan atau menyedihkan.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 16-25
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa mereka berkata “asy-syafaq” adalah awan merah
“Asy-syafaq” adalah merahnya warna cakrawala yang adakalanya hal ini terjadi sebelum terbitnya matahari dan adakalanya setelah tenggelamnya matahari, sebagaimana yang diketahui di kalangan ahli bahasa
Dalam hadits shahih Muslim, dari Abdullah bin Amr, dari Rasulallah SAW bahwa beliau bersabda,”waktu Maghrib selama sinar merah belum tenggelam”
Tetapi yang benar pendapat dari Mujahid bahwa dia berkata tentang firmanNya: (Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja (16)) itu adalah seluruh siang. Dalam riwayat lain darinya, bahwa “asy-syafaq” adalah matahari. Dan sesungguhnya hal yang mendorong Mujahid mengatakan demikian adalah karena dia membandingkan dengan firmanNya: (dan dengan malam dan apa yang diselubunginya (17)) yaitu menggabungkan, seakan-akan menurutnya Allah bersumpah dengan menyebut cahaya dan kegelapan.
Ibnu Jarir berkata bahwa Allah bersumpah dengan menyebut siang hari yang pergi dan malam hari yang datang.
Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah berkata tentang firmanNya, (Wama wasaq) yaitu apa yang dihimpunkan
Qatadah berkata bahwa maknanya adalah bintang-bintang dan hewan-hewan yang dihimpunkan.
Ikrimah berkata tentang firmanNya: (dan dengan malam dan apa yang diselubunginya (17)) yaitu apa yang dikumpulkan karena kegelapannya, jika malam hari tiba, maka semua makhluk pulang ke tempat tinggalnya.
Firman Allah SWT: (dan dengan bulan apabila jadi purnama (18)) Ibnu Abbas berkata terhimpun dan terlihat sempurna. Demikian juga dikatakan Ikrimah, Mujahid, dan Ibnu Zaid.
(dan dengan bulan apabila jadi purnama (18)) yaitu, ketika sempurna. Al-Hasan berkata, ketika penuh. Qatadah berkata, ketika bundar. Makna pendapat mereka bahwa ketika bulan itu sempurna cahayanya, yang hal ini dijadikan sebagai lawan kata dari malam yang apabila gelap gulita.
Firman Allah SWT (sesungguhnya kalian melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) (19)) Ibnu Abbas berkata tentang firmanNya: (sesungguhnya kalian melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) (19)) yaitu keadaan demi keadaan. Lalu dia berkata bahwa demikianlah Nabi kalian SAW. Hal ini bisa ditafsirkan bahwa Ibnu Abbas menyandarkan tafsir ini dari Nabi SAW seakan-akan dia berkata,”Aku mendengar ini dari nabi kalian SAW. Maka perkataannya,”nabiyyukum” sebagai marfu’ menjadi fa’il dari “qaala”. Dan itu adalah yang paling jelas.
Diriwayatkan dari Mujahid, bahwa Ibnu Abbas berkata tentang firmanNya: (sesungguhnya kalian melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) (19)) dia berkata bahwa menurut Nabi kalian yaitu “keadaan demi keadaan”;.
Bisa juga ditafsirkan bahwa yang dimaksud oleh firmanNya: (sesungguhnya kalian melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) (19)) adalah keadaan demi keadaan. Lalu disebutkan bahwa orang yang dimaksud adalah Nabi kalian. Maka, kata “nabiyyukum” dimarfu’ dengan ketentuan bahwa “haza” dan “nabiyyukum” merupakan mubtada’ dan khabar; hanya Allah yang lebih Mengetahui. Hal ini diperkuat dengan adanya bacaan Umar, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, dan sebagian besar ulama Makkah dan Kufah (latarkabanna) dengan difathah huruf ta’ dan ba’nya.
Kemudian Ibnu Jarir setelah mengemukakan pendapat semua ulama qiraat dan tafsir tentang ayat ini berkata bahwa penafsiran yang benar adalah pendapat orang yang berkata bahwa sesungguhnya kamu, wahai Muhammad akan melalui keadaan demi keadaan, dan urusan demi urusan yang berat. Makna yang dimaksud sekalipun khitabnya hanya ditujukan kepada Rasulullah SAW, tetapi pengertiannya mencakup semua manusia, bahwa mereka pada hari kiamat akan mengalami banyak penderitaan karena menghadapi keadaan-keadaan dan kengerian-kengeriannya.
Firman Allah SWT: (Mengapa mereka tidak mau beriman? (20) Dan apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud (21)) yaitu apakah yang menghalangi mereka untuk beriman kepada Allah dan RasulNya serta hari akhir, dan mengapa mereka ketika Al-Qur'an yang merupakan ayat-ayat dan kalam Allah ini dibacakan kepada mereka, mereka tidak mau bersujud menghormati dan mengagungkanNya?
Firman Allah SWT: (bahkan orang-orang kafir itu mendustakan (nya) (22)) yaitu watak mereka yaitu mendustakan kebenaran, mengingkari dan menentang kebenaran (Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka) (23)) Mujahid dan Qatadah berkata bahwa mereka menyembunyikannya dalam dada mereka. (Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih (24)) yaitu maka beritahukanlah kepada mereka, wahai Muhammad, bahwa Allah SWT menyediakan bagi mereka azab yang pedih.
Firman Allah SWT: (Tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh (25)) Ini merupakan isti'sna munqathi’, yaitu tetapi (orang-orang yang hatinya beriman) yaitu dengan hati mereka (dan beramal saleh) dengan seluruh anggota tubuh mereka (bagi mereka pahala) yaitu di akhirat (yang tidak putus-putusnya) Ibnu Abbas berkata bahwa maknanya adalah tidak dikurangi


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

{ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ } Al-Qur'an yang didalamnya terkandung banyak pelajaran dan masehat serta peringatan, didalamnya juga terkandung keajaiban-keajaiban yang tidak dapat dibayangkan oleh akal dan fikiran manusia sebelumnya, ini perkataan Tuhan semesta alam sebaik-baiknya perkataan, inilah Al-Qur'an yang mulia yang diturunkan oleh Tuhan yang mulia melalui perantara Malaikat yang paling mulia kepada Nabi dan manusia yang paling mulia. Akan tetapi jika ayat-ayat Al-Qur'an dibacakan kepada orang-orang kafir dan musysrikin mereka tidak tunduk kepada perintah dan larangan yang ada didalamny.

{ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ } Mereka tidak patut kepada perintah-perintah dan larangan-larangan yang terdapat didalam Al-Qur'an, mereka heran dan terkejut dengan apa yang terkandung didalamnya, keajaiban yang ada didalam Al-Qur'an tidak akan habis walau siapapun yang mencari batasnya, dan sesungguhnya dia tidak pernah mendapati celah ataupun aib didalam Al-Qur'an, dan setiap orang dapat memahami Al-Qur'an ini sesuai pemahaman yang Allah anugerahkan kepadanya, diantara manusia ada yang mampu mentadabburi isi Al-Qur'an dengan pemahaman yang lebih juga ada yang memhaminya dengan pemahaman terbatas, walau demikian sangat sedikit diantara mereka yang tunduk kepada syari'at yang terkandung didalamnya.


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ “Dan apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud,” Maknanya Mereka enggan tunduk kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, sujud pada ayat ini bermakna tunduk kepada Allah, meskipun engkau tidak sujud ke tanah tapi hati tetap tunduk, lembut dan merendah. Jika demikian maka anda termasuk orang-orang beriman: وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا “dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka”(QS. Al-Anfaal: 2) Jika hatimu tidak begitu maka pada dirimu ada keserupaan dengan orang-orang musyrik yang jika dibacakan al-Quran, mereka tidak sujud.
Di antara ciri ketundukkan kepada Allah ‘Azza Wa Jalla saat membaca Al-Quran: Jika membaca ayat sajdah, seorang insan ia bersujud dalam rangka tunduk dan merendahkan padanya.
Sebagian ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil wajibnya sujud tilawah, mereka mengatakan: Jika seorang insan dibacakan ayat sajdah dan ia tidak sujud maka ia berdosa.
Yang benar: Sujud tilawah tidak wajib.
Meskipun pendapat ini adalah pendapat imam Abu Hanifah dan yang dipilih Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahumallaah, namun pendapat ini adalah lemah. Itu dikarenakan terdapat dalam shahih dari Amiirulmu’minin Umar Bin Khathab radhiyallaahu ‘anhu, bahwa suatu hari beliau berkhutbah di hadapan orang-orang, beliau membaca surat an-Nahl. Ketika bacaannya sampai di ayat sajdah beliau turun dari minbar lalu beliau sujud. Kemudian di jum’at berikutnya beliau menbacanya juga dan melewati ayat tersebut namun beliau tidak sujud, lalu beliau radhiyallaahu ‘anhu berkata: “ Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan kita sujud kecuali jika kita menghendaki ” Kejadian itu dihadiri oleh sahabat lainnya radhiyallaahu ‘anhu, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang mengingkarinya.
Den contoh-contoh Umar radhiyallaahu ‘anhu pun adalah di antara sunnah yang kita diperintahkan untuk mengikutinya.
Dengan demikian maka pendapat yang rajih (yang kuat) adalah bahwa sujud tilawah tidaklah wajib, namun hukumnya adalah sunnah muakkadah. Jika anda melewati ayat sajdah maka bersujudlah di waktu kapan pun, subuh, sore, malam atau siang, engkau bertakbir saat sujud dan ketika anda bangkit maka tidak perlu bertakbir dan tidak mengucapkan salam, ini ketika sujudnya di luar shalat. Namun jika dalam shalat maka anda harus bertakbir saat sujud dan juga bertakbir saat bangkit, karena sujud tilawah jika dalam shalat maka ia masuk hukumnya seperti sujud dalam shalat.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Insyiqaq ayat 21: 20-24 Kemudian Allah berkata : Maka apapun yang dilakukan mereka orang-orang kafir (tidak ada manfaatnya), sampai-sampai (mereka) menolak kemampuan Allah terhadap hari kebangkitan. Dan jika dibacakan Al Qur’an, mereka tidak mau tunduk dan membantah perintah-perintah dan larangan-larangan Allah. Bahkan tabiat mereka sebenarnya adalah mendustakan. Allah lah Yang Maha Tahu atas apa yang terkumpul di dada-dada mereka dari kekufuran, kedustaan, dan kedengkian terhadap kaum muslimin. Maka kabarkan kepada mereka wahai Nabi ! Dengan adzab yang pedih yang menyakitkan sebagai balasan penolakan dan hal yang dirahasiakan dari kedustaan mereka.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Insyiqaq Ayat 21

Dan mengapa pula apabila Al-Qur'an yang penuh nilai kebenaran dan sastra yang tinggi itu dibacakan kepada mereka, mereka tidak mau bersujud kepada Allah dan tunduk pada ajaran Al-Qur'an, padahal kaum kafir itu selalu menyanjung dan mengagumi karya sastra yang bernilai tinggi'22. Mereka enggan beriman, bahkan orang-orang kafir itu mendustakan Al-Qur'an dan hari kebangkitan dengan berbagai alasan, seperti dengki kepada nabi Muhammad, khawatir kehilangan status sosial, atau hanya merasa diri mulia.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah aneka ragam penjabaran dari banyak ulama tafsir berkaitan makna dan arti surat Al-Insyiqaq ayat 21 (arab-latin dan artinya), semoga berfaidah untuk kita semua. Support syi'ar kami dengan memberikan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Link Cukup Banyak Dikaji

Ada berbagai materi yang cukup banyak dikaji, seperti surat/ayat: Ali ‘Imran 139, Al-Isra 25, Tentang Al-Quran, Al-Jin, Al-Qamar 49, Al-Baqarah 45. Ada juga At-Thalaq, Ad-Dukhan, Ali ‘Imran 97, Al-Baqarah 43, Al-Hadid 20, Al-Ma’idah 8.

  1. Ali ‘Imran 139
  2. Al-Isra 25
  3. Tentang Al-Quran
  4. Al-Jin
  5. Al-Qamar 49
  6. Al-Baqarah 45
  7. At-Thalaq
  8. Ad-Dukhan
  9. Ali ‘Imran 97
  10. Al-Baqarah 43
  11. Al-Hadid 20
  12. Al-Ma’idah 8

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.