Surat Al-Muthaffifin Ayat 1

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ

Arab-Latin: Wailul lil-muṭaffifīn

Artinya: Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang

« Al-Infitar 19Al-Muthaffifin 2 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Berharga Tentang Surat Al-Muthaffifin Ayat 1

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Muthaffifin Ayat 1 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam pelajaran berharga dari ayat ini. Ada aneka ragam penjabaran dari banyak ahli ilmu terkait kandungan surat Al-Muthaffifin ayat 1, antara lain seperti tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

1-4. Azab besar bagi orang orang yang curang dalam takaran dan timbangannya, Yaitu orang orang yang bila mereka membeli dari manusia dengan takaran atau timbangan,mereka menakar dan menimbang secara penuh, Tetapi manakala mereka menimbang dan menakar untuk manusia,mereka mengurangi timbangan dan takaran. Bagaimana keadaan orang yang mencuri dan mengambil barang barang yang ditakar dan ditimbang,serta mengurangi hak-hak manusia? dia lebih patut diancam daripada orang orang yang mengurangi takaran dan timbangan. Apakah orang-orang yang berbuat curang itu tidak yakin bahwa Allah akan membangkitkan mereka dan menghisab amal perbuatan mereka?


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

1-3. Allah memperingatkan manusia dari berbuat curang dalam menunaikan hak orang lain dalam timbangan dan takaran, dan mengancam mereka dengan siksaan dan kebinasaan bagi orang-orang yang mengurangi hak orang lain, jika mereka mengambil barang yang ditimbang atau ditakar dari orang lain maka mereka akan meminta agar mendapat timbangan dan takaran yang sempurna; namun ketika mereka menimbang atau menakar untuk orang lain maka mereka akan mengurangi hak orang tersebut; atau bahkan mereka minta untuk mendapat lebih dari yang seharusnya mereka dapatkan dari orang lain.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

1. Kehancuran dan kerugian bagi orang-orang yang curang.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

1. وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ (Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang)
Makna (المطفف) yakni orang yang mengurangi timbangan atau takaran meski hanya sedikit saja.
Dan terkadang salah satu dari mereka memiliki dua takaran, satu untuk menakar bagi orang lain dan satu takaran lagi untuk menakar bagi dirinya sendiri.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

1) . Salman al- Farisi berkata: “Sholat adalah takaran, barangsiapa menyempurnakanya, maka dia akan disempurnakan, dan barangsiapa berlaku curang, maka kalian telah mengetahui apa yang (Allah) firmankan mengenai orang-orang yang berlaku curang”, dan inilah salah satu kehebatan ilmu para salaf (orang terdahulu) dalam memaknai ayat-ayat Al-Qur'an, dalam hal ini Salman Al-Farisi menjadikan makna ancaman yang ada dalam surah ini untuk siapapun yang berlaku curang walaupun bukan dalam persoalan jual beli.

2) . Ayat ini : { وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ } diturunkan atas perlakuan orang-orang yang berbuat curang pada timbangan dan takaran dalam jual beli, akan tetapi makna yang terkandung didalamnya juga berlaku bagi siapa saja yang berbuat curang diluar perkara tersebut, sebagai contoh : sesorang memiliki tanggung jawab dalam suatu kepentingan dia memberikan kemudahan kepada pihak tertentu dan tidak memberikannya pada pihak lain, atau dia mementingan keperluan dirinya saja tanpa memikirkan nasib orang lain, atau sesorang tidak memuji satu pihak tertentu seperti yang disampaikan kepada pihak lainnya yang pada hakikatnya mereka adalah satu kepentingan, dan contoh diatas menyalahi tujuan dari diturunkannya Al-Qur'an, Allah berfirman : { اللَّهُ الَّذِي أَنْزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ } ( Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan) ) [ Asy Syura : 17 ] . Maka perlu diketahui bahwa dengan Al-Qur'an segala sesuatu menjadi seimbang, dan menjadi perumpamaan sesuatu yang sebelumnya belum disebutkan perumpamaannya.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

1. Kerusakan dan siksa bagi orang-orang yang mengurangi timbangan meskipun sedikit. Baik mengurangi takaran atau timbangan, juga atau menambahnya. Diriwayatkan dari An-nasai dan Ibnu Majah dengan sanad yang sahih dari Ibnu Abbas, berkata: “Ketika Nabi SAW masuk Madinah, diketahui bahwa penduduknya terkenal akan timbangannya yang paling kecil. Maka Allah menurunkan ayat: “Kecelakaanlah bagi orang-orang yang mengurangi timbangan.” Maka setelah itu semua timbangan diperbaiki sesuai takaran


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Celakalah} celaka dan merugilah {orang-orang yang curang} orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Madaniyah
Ayat 1-6
“Kecelakaan besarlah,” adalah kata-kata azab dan siksaan, “bagi orang-orang yang curang.” Ini dijelaskan oleh Allah dengan FirmanNya kemudian, “(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain,” yakni mengambil dari mereka sebagai timbal balik, mereka menginginkannya secara utuh, tidak kurang, “dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,” yakni bila memberikan hak orang lain yang harus ditunaikan dengan takaran atau timbangan, “mereka mengurangi,” yakni menguranginya dengan cara mengurangi takaran atau dengan cara lainnya. Ini adalah pencurian harta orang lain dan tidak bersikap adil terhadap mereka. Karena ancaman ini ditunjukkan pada orang yang mengurangi takaran dan timbangan orang lain, maka orang yang mengambil harta orang lain secara paksa atau dengan cara mencuri, tentu lebih berhak mendapatkan ancaman ini dari orang-orang yang sekedar berbuat curang.
Ayat mulia ini menunjukkan bahwa orang sebagaimana berhak mendapatkan haknya dari orang lain, ia juga harus memberikan semua milik orang lain secara penuh, baik berupa harta maupun yang lain. Bahkan hujjah dan pernyataan juga termasuk dalam keumuman ayat ini. Biasanya, masing-masing dari dua orang yang berdebat berusaha mempertahankan hujjahnya, ia juga berkewajiban menjelaskan hujjah rivalnya yang tidak ia ketahui dan mempertimbangkan argumen-argumen rivalnya sebagaimana ia juga harus mempertimbangkan argumen-argumennya sendiri. Di sini dapat diketahui sikap obyektif atau fanatisme seseorang, kerendahan hati atau kesombongan, berakal atau bodoh. Semoga Allah berkenan menolong kita pada setiap kebaikan.
Selanjutnya Allah mengancam orang-orang yang berbuat curang serta merasa bangga atas kondisi mereka serta tetapnya mereka berada di atas kecurangan seraya berfirman, “Tidaklah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam?” yang mendorong mereka untuk berbuat curang adalah tidak beriman pada Hari Akhir, sebab bila mereka beriman pada Hari Akhir dan mereka mengetahui akan berdiri di hadapan Allah yang akan menghisab mereka atas amalan kecil dan besar, niscaya mereka menjauhkan diri mereka dari kecurangan dan bertaubat.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-6
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa ketika Nabi SAW tiba di Madinah, orang-orang Madinah terkenal sebagai orang paling curang dalam takaran. Maka Allah SWT menurunkan firmanNya: (Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (1)) Lalu mereka memperbaiki takaran setelah itu
Makna yang dimaksud dengan “At-tathfif” di sini adalah kecurangan dalam memakai takaran dan timbangan, yang terkadang ditambahi jika menagih orang lain, atau dikurangi jika dia membayar mereka. Oleh karena itu Allah SWT menjelaskan orang-orang yang curang yang Dia ancam dengan kerugian dan kebinsaan yaitu kecelakaan dengan firmanNya: ((yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain) yaitu manusia (mereka minta dipenuhi) yaitu mereka meminta supaya dipenuhi dan diberi tambahan (dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi (3)) yaitu merugikan orang lain dengan menguranginya. Hal yang paling baik hendaknya menjadikannya “kalu” dan “wazanu” dianggap sebagai fi'il muta'addi, maka, dhamir “hum” menduduki mahal “nashab”. Sebagian mereka menjadikannya sebagai taukid dari dhamir yang tidak disebutkan dalam firmanNya “kalu” dan “wazanu”, sedangkan maf'ulnya dibuang karena kalam itu sudah menunjukkan kepadanya. Keduanya mempunyai makna yang berdekatan.
Allah SWT memerintahkan untuk memenuhi takaran dan timbangan. Jadi Allah SWT berfirman: (Dan sempurnakanlah takaran apabila kalian menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya (35)) (Surah Al-Isra’) dan (Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya) (Surah Al-An'am: 152) serta (Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kalian mengurangi neraca itu (9)) (Surah Ar-Rahman) dan Allah SWT membinasakan kaum nabi Syu'aib dan menghancurkan mereka karena mereka curang terhadap orang lain dalam takaran dan timbangan.
Kemudian Allah SWT berfirman seraya memperingatkan mereka: (Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan (4) pada suatu hari yang besar (5)) yaitu, mereka sama sekali tidak takut kepada hari kebangkitan, yang di hari itu mereka akan dibangkitkan di hadapan Tuhan Yang Mengetahui semua rahasia dan isi hati pada hari yang mengerikan karena banyak hal yang mengejutkan dan sangat mengerikan. Barangsiapa yang merugi pada hari itu, maka dia dimasukkan ke dalam neraka yang panas?
Firman Allah SWT: ((yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (6)) yaitu mereka berdiri dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak berkhitan di tempat pemberhentian yang sulit, sesak, dan menyengsarakan bagi orang yang berdosa, karena mereka diselimuti oleh murka Allah yang tidak ada suatu kekuatan atau indra pun yang mampu bertahan.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Nabi SAW bersabda,”di hari ketika manusia berdiri di hadapan Tuhan alam semesta, sehingga seseorang dari mereka tenggelam ke dalam keringatnya sampai sebatas pertengahan hidungnya”


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Kata { وَيل } bisa bermakna : kata yang bermakna celaka atau buruk, juga bisa bermakna : suatu lembah yang ada didalam neraka jahannam, Allah berfirman : { وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ } ( Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. ) [ Al-Mursalat : 15 ]

Celakalah pada hari kiamat mereka yang { لِلْمُطَفِّفِينَ } yang curang dalam timbangannya ketika didunia, dan kata { الْمُطَفِّفِينَ } berasal dari kata ( التطفيف ) yang berarti : mengurangi.


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

وَيْلٌ [wail] Adalah kata yang sering terulang dalam al-Quran, kalimat ini menurut pendapat yang benar adalah untuk mengingkapkan ancaman. Dengan kata Allah subhaanahu wa Ta’ala mengancam siapa saja yang menyelisihi perintah-Nya atau melakukan larangan-Nya yang disesuaikan dengan kalimat yang datang setelah kata ini. Pada ayat ini Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman: وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ “bagi orang-orang yang curang,” Siapakah orang-orang yang curang yang disebutkan ayat ini? Orang-orang yang curang di sini dijelaskan oleh ayat-ayat setelahnya.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Muthaffifin ayat 1: 1-3. Surat ini dimulai dengan pengertian yang berkenaan dengan manusia (yang) curang dalam timbangan, Allah berkata : Celaka dan adzablah yang akan didapat pada hari kiamat bagi siapa yang berlaku curang dalam takaran dan timbangan, yang mereka licik dalam memebrikan hak-hak manusia. Kemudian Allah jelaskan keadaan orang-orang yang curang dalam timbangan, yaitu ketika mereka membeli sesuatu dari manusia, mereka meminta takaran atau timbangannya agar tepat (pas) dan sempurna. Dan jika mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka akan kurangi takran dan timbangannya. Semua ini bukanlah ciri manusia yang inshaf dan adil; Jika engkau ingin agar hakmu dipenuhi secara sempurna, maka wajib pula memenuhi hak-hak manusia secara sempurna.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Ibnu Majah berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Bisyr bin Al Hakam dan Muhammad bin ‘Uqail bin Khuwailid, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Al Husain bin Waqid, (ia berkata): telah menceritakan kepadaku bapakku Yazid An Nahwiy, bahwa ‘Ikrimah menceritakan kepadanya dari Ibnu Abbas ia berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, mereka (penduduk Madinah) adalah manusia yang paling buruk dalam menakar, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan firman-Nya, “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang).” Maka setelah itu, mereka memperbaiki takarannya. (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Nasa’i sebagaimana dikatakan Al Haafizh Ibnu Katsir juz 4 hal. 483 dari jalan Muhammad bin ‘Uqail. Para perawinya adalah tsiqah kecuali Ali bin Al Husain bin Waqid, maka padanya terdapat pembicaraan. Ibnu Hibban juga meriwayatkan di halaman 438 di Mawaariduzh Zham’aan, demikian pula Ibnu Jarir di juz 29 hal. 91, di sana terdapat mutaba’ah (penguat dari jalan yang sama) bagi Ali bin Al Husain bin Waqid, ia telah dimutabaahkan oleh Yahya bin Wadhih, dimana ia adalah seorang hafizh dan termasuk para perawi jamaah, akan tetapi Syaikhnya Ibnu Jarir yaitu Muhammad bin Humaid Ar Raaziy terdapat pembicaraan. Hakim di juz 2 hal. 23 juga meriwayatkan dan ia berkata, “Shahih isnadnya.” Dan didiamkan oleh Adz Dzahabiy. Dalam Mustadrak Hakim disebutkan mutaba’ah Ali bin Al Husain bin Syaqiq yang termasuk perawi jamaah sebagaimana dalam Tahdzibut Tahdzib, akan tetapi pada jalan kepadanya terdapat Muhammad bin Musa bin Hatim Al Qaasyaaniy, yang muridnya berkata, “Ia di sini adalah Al Qaasim bin Al Qaasim As Sayyaariy yang aku lepas tangan darinya.” Ibnu Abi Sa’dan berkata, “Muhammad bin ‘Ali Al Haafizh berpandangan buruk terhadapnya.” Demikian yang disebutkan dalam Lisaanul Miizaan. Syaikh Muqbil berkata, “Tetapi keseluruhan mutabaah ini menunjukkan bahwa hadits tersebut tsabit (sah), wallahu a’lam.” (lihat Ash Shahihul Musnad hal. 266), Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah (2223) menghasankan hadits tersebut.)

Kata “Wail” artinya ucapan azab dan ancaman atau sebuah lembah di neraka Jahannam, seperti yang diterangkan oleh penyusun tafsir Al Jalaalain. Ada pula yang menafsirkan, bahwa kata “wail” artinya kebinasaan dan kehancuran.Apabila ancaman keras ini ditujukan kepada orang-orang yang mengurangi harta orang lain dalam hal takaran dan timbangan, dimana di dalamnya terdapat pengambilan harta orang lain secara tersembunyi, maka orang yang mengambil harta orang lain secara terang-terangan atau secara paksa dan atau mencuri harta mereka, tentu lebih berhak mendapatkan ancaman yang keras ini.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Muthaffifin Ayat 1

Pada permulaan surah ini Allah memberi peringatan keras kepada mereka yang berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Celakalah bagi orang-orang yang berbuat curang dalam menimbang dan menakar sehingga merugikan banyak orang!2-3. Mereka yang berbuat curang itu adalah orang-orang yang apabila menerima takaran atau timbangan dari orang lain, mereka minta takaran itu dicukupkan dan dipenuhi sehingga tidak berkurang sedikit pun, dan apabila mereka menakar sesuatu dengan alat takar, seperti beras, gandum, atau lainnya, atau menimbang suatu barang seperti emas, perak, atau lainnya untuk orang lain, mereka mengurangi takaran atau timbangannya secara sengaja dengan cara licik agar tidak diketahui oleh pembeli. Hal ini sangat merugikan orang lain, dan harta yang diperoleh dari upaya ini hukumnya haram, tidak berkah, dan mengantar pelakunya ke neraka.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikian bermacam penjabaran dari para ulama terhadap kandungan dan arti surat Al-Muthaffifin ayat 1 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan bagi kita. Bantulah usaha kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Terbanyak Dicari

Terdapat banyak halaman yang terbanyak dicari, seperti surat/ayat: Al-Isra 25, At-Thalaq, Al-Jin, Al-Baqarah 43, Al-Baqarah 45, Tentang Al-Quran. Termasuk Al-Qamar 49, Al-Hadid 20, Ad-Dukhan, Ali ‘Imran 139, Ali ‘Imran 97, Al-Ma’idah 8.

  1. Al-Isra 25
  2. At-Thalaq
  3. Al-Jin
  4. Al-Baqarah 43
  5. Al-Baqarah 45
  6. Tentang Al-Quran
  7. Al-Qamar 49
  8. Al-Hadid 20
  9. Ad-Dukhan
  10. Ali ‘Imran 139
  11. Ali ‘Imran 97
  12. Al-Ma’idah 8

Pencarian: ...

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: