Surat Al-Qiyamah Ayat 23
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Arab-Latin: Ilā rabbihā nāẓirah
Artinya: Kepada Tuhannyalah mereka melihat.
« Al-Qiyamah 22 ✵ Al-Qiyamah 24 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Penting Tentang Surat Al-Qiyamah Ayat 23
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qiyamah Ayat 23 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beberapa pelajaran penting dari ayat ini. Ada beberapa penjelasan dari kalangan ahli tafsir terkait makna surat Al-Qiyamah ayat 23, sebagiannya sebagaimana terlampir:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
22-23. Wajah orang-orang yang berbahagia pada Hari Kiamat akan berbinar, bersuka cita dan bergembira, wajah-wajah itu akan melihat Penciptanya dan pemegang urusannya, maka wajah-wajah itu mendapatkan kenikmatan karenanya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
23. Melihat kepada Rabb mereka, menikmati pemandangan itu.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
23. إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (Kepada Tuhannyalah mereka melihat)
Yakni melihat Allah. Dan telah banyak hadits yang sampai pada derajat mutawatir yang menyatakan bahwa orang-orang shalih akan melihat Tuhan mereka pada hari kiamat, sebagaimana ketika mereka melihat bulan purnama.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
1). Ibnu Aqil berkata: Kamu mendengar: { وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ } "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri" dan kamu akan bergembira karenanya seolah-olah ayat ini diturunkan kepadamu, dan kamu dengarkan ayat setelahnya: { وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍۭ بَاسِرَةٌ } "Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram" maka kamu merasa tenang karena ayat ini ditujukan kepada selainmu, buktinya dimana? Dari mana datangnya keserakahan? Allah.. Allah.. Ini tak lain hanyalah tipuan yang menghalangimu dari ketakwaan.
2). Jiwa manusia menikmati sekilas keindahan ciptaan Ilahi di alam semesta atau dirinya, lalu bagaimana ia ketika dia melihat –bukan pada keindahan ciptaan Allah– tetapi pada keindahan dzatnya Allah ﷻ?
3). Sesungguhnya pada hari akhir nanti akan ada suatu tempat yang penuh dengan sinar dan cahaya, suatu tempat yang telah diusahakan oleh para nabi dan orang-orang shaleh! sangat didambakan oleh orang-orang yang taat dari zaman pertama dan terakhir! sesungguhnya itu adalah melihat dzat wujudnya Allah ﷻ.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
23. Mereka mendapat nikmat paling agung untuk melihat Dzat Tuhannya langsung tanpa penghalang apapun. Banyak riwayat hadis sahih yang meriwayatkan tentang nikmat ini
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{(karena) memandang Tuhannya
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
22-23. Kemudian Allah menyebutkan apa-apa yang menumbuhkan semangat untuk lebih mementingkan akhirat dan menjelaskan kondisi penghuninya serta tingkatan-tingkatan mereka. Allah berfirman tentang balasan orang-orang yang lebih mementingkan akhirat daripada dunia, “wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada hari itu berseri-seri,” yakni berseri, cerah dan bercahaya, karena dalam diri mereka terdapat kenikmatan hati, kebahagiaan jiwa, serta kenikmatan ruhani. “Kepada Rabbnyalah mereka melihat,” yakni mereka memandang Rabb mereka berdasarkan tingkatan mereka. Ada di antara mereka yang memandang setiap hari, di pagi dan di sore hari. Ada di antara mereka yang memandang pada hari Jumat saja, mereka bersenang-senang dengan melihat Wajah Allah Yang Mahamulia dan keindahanNya yang jelas yang tidak ada sesuatu pun menyerupaiNya. Ketika para penghuni surga melihatNya, mereka lupa akan kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Wajah-wajah mereka kian berseri dan indah. Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita bersama mereka.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 16-25
Ini merupakan pengajaran dari Allah SWT kepada RasulNya SAW tentang bagaimana dia harus menerima wahyu dari malaikat. Karena sesungguhnya beliau selalu tergesa-gesa menerimanya dan mendahului malaikat dalam membacanya. Maka Allah SWT memerintahkan kepadanya bahwa jika malaikat datang membawa wahyu kepadanya, hendaknya Rasulallah mendengarkannya, dan Allahlah yang akan menjaminnya untuk dapat mengumpulkannya di dalam dadanya dan memudahkan baginya dalam menyampaikannya sesuai dengan apa yang disampaikan kepadanya. Dan hendaknyalah Rasulullah membiarkan malaikat menerangkan, menafsirkan, dan menjelaskannya. Maka keadaan pertama adalah mengumpulkannya dalam dadanya, keadaan kedua adalah membacanya, dan keadaan ketiga adalah tafsir dan penjelasan maknannya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16)) yaitu dengan Al-Qur'an, sebagaimana Allah berfirman: (dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”) (Surah Thaha: 114)
Kemudian Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya)
di dadamu (dan membacanya) yaitu kamu membacanya (Apabila Kami telah selesai membacakannya) yaitu apabila malaikat telah membacakannya kepadamu dari Allah SWT (maka ikutilah bacaannya itu) yaitu dengarkanlah dia, kemudian bacalah sebagaimana dibacakan kepadamu (Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19)) yaitu setelah kamu hafal dan baca, maka Kami akan menjelaskan dan menerangkannya kepadamu serta memberimu ilham terkait maknanya sesuai dengan apa yang Kami kehendaki dan tentukan.
Diriwayatkan dari Musa bin Abu ‘Aisyah, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rasulullah SAW pada mulanya merasa berat saat menerima wahyu, dan beliau menggerakkan kedua bibirnya” Dia berkata, “Ibnu Abbas berkata kepadaku,"Dan aku menggerakkan kedua bibirku sebagaimana Rasulullah SAW menggerakkan kedua bibirnya" dia berkata,”Sa'id berkata kepadaku,"Aku menggerakkan kedua bibirku sebagaimana Ibnu Abbas menggerakkan kedua bibirnya" Kemudian Allah SWT menurunkan firmanNya: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17)) yaitu mengumpulkannya di dalam dadamu, kemudian kamu membacanya. (Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu (18)) yaitu, dengarkanlah dan diamlah. (Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19)) Setelah itu apabila malaikat Jibril berangkat, maka Nabi SAW membacanya sebagaimana apa yang dibacakan kepadanya.
Firman Allah: (Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia (20) dan meninggalkan (kehidupan) akhirat (21)) yaitu, sesungguhnya yang mendorong mereka mendustakan hari kiamat, menentang wahyu kebenaran dan Al-Qur'an yang agung yang diturunkan Allah SWT kepada RasulNya SAW, karena tujuan mereka hanya kehidupan dunia yang segera dan mereka sama sekali melupakan akhirat.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri (22))
dari kata “an-nadharah” yaitu bagus, cerah, bersinar, dan gembira (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) yaitu melihat Tuhannya dengan terang-terangan, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam hadits shahihnya:”Sesungguhnya kamu kelak akan melihat Tuhanmu dengan terang-terangan” Dan sungguh terkait melihatnya orang-orang mukmin kepada Allah SWT di akhirat telah disebutkan hadits-hadits shahih dari berbagai jalur yang mutawatir, yang telah dinukil oleh para imam hadits, sehingga tidak mungkin ditolak atau dicegah kebenarannya. Hadits dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah yang keduanya ada dalam hadits shahih Bukhari Muslim bahwa sejumlah orang bertanya,"Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat Tuhan kita pada hari kiamat?" Rasulullah SAW bertanya:”Apakah kalian berdesak-desakan saat melihat matahari dan bulan di hari yang tak berawan?” Mereka menjawab, "Tidak” Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian seperti itu"
Hal ini dengan memuji Allah telah menjadi kesepakatan di antara para sahabat, tabi'in, dan ulama’ Salaf dari umat ini, sebagaimana hal ini telah disepakati di kalangan para imam Islam dan para ulama pemberi petunjuk manusia. Orang yang menakwilkan kata “ila” sebagai bentuk tunggal dari “Al-ala’” yaitu nikmat-nikmat, seperti yang dikatakan Ats-Tsauri, dari Manshur, dari Mujahid tentang firmanNya: (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23)) dia berkata, "menunggu pahala dari Tuhan " Maka sesungguhnya pendapat ini menjauhkan keraguan dan membatahkan argumen yang disampaikan. Lalu bagaimanakah jawaban orang yang berpendapat demikian dengan adanya firman Allah SWT: (Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka (15)) (Surah Al-Muthaffifin)
Imam Syafii berkata bahwa tidaklah orang-orang durhaka dihalangi dari melihat Tuhan mereka, melainkan karena diketahui bahwa orang-orang yang baik dapat melihat Tuhan mereka. Kemudian banyak juga pemberitahuan-pemberitahuan dari Rasulullah SAW secara mutawatir menunjukkan pengertian yang sama dengan konteks ayat yang mulia, yaitu firmanNya SWT: (Kepada Tuhannyalah mereka melihat (23))
Firman Allah SWT: (Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram (24) mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat (25)) Inilah penampilan wajah orang-orang durhaka pada hari kiamat dan menjadi muram. Qatadah berkata tampak kelabu.
Ibnu Zaid berkata bahwa firmanNya (basirah) yaitu muram.
(mereka yakin) yaitu yakin (bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat) Mujahid berkata bahwa maknannya adalah kebinasaan.
Qatadah berkata bahwa itu adalah keburukan.
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Qiyamah ayat 23: 22-23. Allah mengabarkan bahwa wajah orang-orang yang gembira pada hari kiamat berseri-seri, mereka melihat kepada Tuhan mereka dengan mata kepala mereka tanpa penghalang, dengan pandangan senang dan suka-cita, inilah sebesar-besar nikmat yang Allah berikan kenikmatan ini kepada penghuni surga pada hari kiamat. Kami memohon kepada Allah Al Karim dari karunia-Nya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Mereka merasakan nikmat melihat Allah yang tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Ketika mereka melihatnya, maka mereka lupa terhadap semua kenikmatan dan mereka mendapatkan kenikmatan dan kegembiraan yang tidak dapat diungkapkan oleh lisan, wajah mereka pun semakin berseri dan bertambah indah, maka kita meminta kepada Allah Yang Mahamulia agar Dia menjadikan kita bersama mereka, Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qiyamah Ayat 23
22-23. Setelah mengecam orang yang durhaka, ayat ini menjelaskan tentang keadaan manusia di akhirat sesuai dengan amalnya ketika di dunia. Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu di akhirat berseri-seri karena rasa bahagia yang ada padanya ketika memandang tuhannya. 24-25. Dan ada juga wajah-wajah orang kafir pada hari itu muram karena mereka lengah terhadap akhirat. Mereka merasa yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat. Dimana mereka tidak dapat mengelak sama sekali.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah beraneka penjelasan dari para ahli tafsir mengenai makna dan arti surat Al-Qiyamah ayat 23 (arab-latin dan artinya), semoga membawa manfaat untuk kita bersama. Dukunglah syi'ar kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.