Surat Al-Hadid Ayat 23
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Arab-Latin: Likai lā ta`sau 'alā mā fātakum wa lā tafraḥụ bimā ātākum, wallāhu lā yuḥibbu kulla mukhtālin fakhụr
Artinya: (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Mendalam Berkaitan Surat Al-Hadid Ayat 23
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Hadid Ayat 23 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai pelajaran mendalam dari ayat ini. Ada pelbagai penafsiran dari para mufassirun mengenai isi surat Al-Hadid ayat 23, misalnya seperti tercantum:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
23-24. Agar kalian tidak bersedih atas dunia yang luput dari tangan kalian, kalian juga tidak berbangga dengan apa yang Allah berikan kepada kalian dengan kebanggaan yang mengandung keangkuhan dan kesombongan. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang menyombongkan diri dengan dunia yang dimilikinya, membanggakannya di depan orang lain. Orang- orang yang sombong itu adalah orang-orang yang kikir dengan harta mereka, mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah, juga menyuruh orang-orang agar bersikap bakhil dengan menghiasinya bagi mereka. Barangsiapa berpaling dari ketaatan kepada Allah, ia tidak merugikan kecuali dirinya sendiri, dan sama sekali tidak merugikan Allah. sesungguhnya Allah Mahakaya, tidak membutuhkan mahklukNya, juga Maha Terpuji, Pemilik semua sifat yang baik dan sempurna, serta perbuatan baik yang berhak untuk dipuji karenanya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
23. Hal itu agar kalian tidak bersedih -wahai manusia- atas apa yang tidak kalian dapatkan dan agar kalian tidak bergembira atas apa yang diberikan kepada kalian dengan kegembiraan yang melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri atas manusia dengan apa yang diberikan Allah kepadanya.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
21. سَابِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ (Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu)
Yakni saling bergegaslah beramal shalih yang dapat mengundang ampunan dari Tuhan kalian. Di antaranya adalah dengan bergegas menuju ke masjid agar dapat bertakbir bersama imam pada takbir yang pertama, dan juga berusaha mendapatkan shaf pertama dalam shalat, serta membaikkan segala amalan yang dikerjakan.
وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ(dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi)
Dan jika luasnya demikian maka bagaimana dengan panjangnya.
أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِاللهِ وَرُسُلِهِۦ ۚ( yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya)
Yakni tidak ada yang layak mendapatkannya kecuali orang yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
Zuhud yang disyari'atkan adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna bagi akhirat seseorang, dan mempercayakan hati pada apa yang ada di Allah ﷻ, dan disebutkan dalam atsar: "Zuhud terhadap dunia bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan juga menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah keyakinan apa yang ada di tanganmu tidak lebih kuat dari apa yang ada di tangan Allah dan engkau berada dalam pahala musibah jika tertimpa musibah, lebih kau senangi daripada jika itu tetap ada padamu" Karena Allah juga berfirman: { لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ } "(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu."
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
23. Kami jelaskan hal itu kepada kalian supaya kalian tidak bersedih atas apa yang terlewat dari kalian berupa kenikmatan dunia dan janganlah kalian merasa senang atas apa yang kalian dapatkan dengan sombong karena Allah tidak suka. Dia akan menghukum setiap orang yang sombong atas apa yang didapatkannya dengan memamerkan harta dan ketenarannya kepada manusia.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Agar kalian tidak bersedih} bersedih {terhadap apa yang luput dari kalian dan tidak pula terlalu gembira} bergembira dengan angkuh dan sombong {terhadap apa yang Dia berikan kepada kalian. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong} yang sombong terhadap apa yang diberikan di dunia {lagi membanggakan diri} membanggakan diri terhadap orang lain
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
23. Allah mengabarkan hal itu kepada para hambaNya agar kaidah ini lekat di hati mereka. Agar mereka merujukkan semua kebaikan dan keburukan berdasarkan kaidah tersebut supaya mereka tidak merasa putus asa dan bersedih atas sesuatu yang luput dari mereka, di samping agar hati mereka tidak tamak dan memburu apa yang tidak didapatkan, karena mereka mengetahui bahwa hal itu telah tertulis di Lauhul Mahfuzh yang pasti berlaku dan terjadi; tidak ad acara untuk menolaknya. Tujuan lain adalah agar manusia tidak terlalu bergembira dengan bersikap sombong terhadap pemberian Allah, sehingga mereka sibuk bersyukur kepada Allah yang memberikan berbagai kenikmatan dan mencegah azab. Karena itu Allah berfirman, “Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Yaitu, orang angkuh, berhati keras, kasar, merasa kagum terhadap diri sendiri, membanggakan diri dengan berbagai nikmat Allah yang dinyatakan sebagai hasil usahanya sendiri, hingga ia pun melampaui batas dan melalaikan kenikmatan-kenikmatan itu. Sebagaimana firman Allah :
kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Az-Zumar : 49
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 22-24
Allah SWT memberitahukan tentang takdir yang telah Dia tetapkan atas makhlukNya sebelum Dia menciptakan semuanya. Jadi Dia berfirman: (Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri) yaitu, di cakrawala dan diri kalian (melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya) yaitu sebelum Kami menciptakan manusia dan makhluk lainnya.
Sebagian ulama berkata bahwa dhamir dari (sebelum Kami menciptakannya) merujuk kepada kata “nufus”.
Dikatakn bahwa itu kembali kepada “Al-mushibah”. Tetapi pendapat yang paling baik adalah bahwa itu kembali kepada makhluk dan manusia, karena berkaitan dengannya. Diriwayatkan dari Manshur bin Abdurrahman, dia berkata, "Ketika aku sedang duduk bersama Al-Hasan, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang menanyakan kepadanya tentang firmanNya: (Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya) Maka aku bertanya kepadanya tentang itu, lalu dia-Hasan menjawab, “Maha Suci Allah, siapakah yang meragukan hal ini? semua musibah yang terjadi di antara langit dan bumi, telah ada dalam kitab Allah sebelum Dia menciptakan manusia"
Qatadah berkata tentang firmanNya (Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi) bahwa makna yang dimaksud adalah musim paceklik atau kekeringan (dan (tidak pula) pada dirimu sendiri) yaitu berupa rasa sakit dan penyakit
Firman Allah SWT: (Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah) yaitu, sesungguhnya pengetahuan Allah SWT tentang segala sesuatu sebelum kejadiannya dan pencatatan semuanya itu sesuai dengan kejadiannya itu mudah bagi Allah. Karena sesungguhnya Dia mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang akan terjadi, dan apa yang tidak akan terjadi, serta bagaimana jika hal itu terjadi.
Firman Allah SWT: (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu) yaitu Kami memberitahukan kepada kalian tentang ilmu Kami dan ketetapan Kami atas segala sesuatu sebelum kejadiannya, dan ukuran-ukuran yang Kami buatkan untuk semua makhluk sebelum keberadaannya, supaya kalian mengetahui bahwa musibah yang menimpa kalian bukanlah hal yang luput dari kalian, dan musibah yang luput dari kalian bukan untuk ditimpakan kepada kalian. Maka janganlah menyesali apa yang luput dari kalian; karena sesungguhnya seandainya hal itu ditakdirkan, maka akan terjadi (dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu) yaitu dengan apa yang didatangkan kepadamu. Makna “aataakum” adalah DIa memberikan kepadamu; kedua maknanya saling berkaitan, yaitu, bahwa janganlah bangga terhadap manusia dengan nikmat yang diberikan Allah kepada kalian. Karena sesungguhnya pemberian itu bukan dari usaha kalian, bukan juga dari hasil jerih payahmu. Sesungguhnya hal itu terjadi hanya semata-mata karena takdir Allah dan pemberian rezekiNya kepada kalian. Maka janganlah nikmat-nikmat Allah menjadikan kalian orang yang jahat dan angkuh, lalu kalian membangga-banggakannya terhadap orang lain. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri) yaitu, bersikap angkuh, sombong, dan merasa besar diri terhadap orang lain.
Ikrimah berkata bahwa tidak ada seorangpun melainkan gembira dan sedih, akan tetapi bersyukurlah di saat memperoleh kegembiraan dan bersabarlah saat bersedih.
Firman Allah SWT: ((yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir) yaitu suka mengerjakan hal yang mungkar dan menganjurkan kepada orang lain untuk melakukannya (Dan barang siapa yang berpaling) yaitu berpaling dari perintah dan ketaatan kepada Allah (maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji) sebagaimana yang dikatakan nabi Musa: (Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji) (Surah Ibrahim: 8)
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Hadid ayat 23: Allah menjelaskan semisal ini agar kalian tidak bersedih atas apa yang luput dari dunia, dan agar kalian tidak terlalu bergembira atas apa yang telah Allah berikan dari dunia. Karena semua itu akan hilang dengan cepat dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong akan dunia.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Yang dimaksud dengan terlalu gembira, ialah gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada Allah, bahkan yang benar adalah gembira bersyukur.
Terhadap apa yang diberikan kepadanya dan merasa ujub dengannya.
Di hadapan manusia, ia menisbatkan nikmat itu kepada dirinya, tidak kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Hadid Ayat 23
Kami beritahukan hal tersebut agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak dapat kamu capai, dan jangan pula terlalu gembira dan sombong terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan ketahuilah, Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri dengan kelebihan atau anugerah yang dia karuniakan. 24. Allah tidak menyukai orang sombong dan membanggakan diri, yaitu orang-orang yang kikir, yang enggan menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah, dan menyuruh orang lain berbuat kikir pula. Barang siapa berpaling dari perintah Allah dan mengingkari ajaran-Nya, maka sesungguhnya Allah, dia mahakaya dan tidak memerlukan sesuatu, maha terpuji dengan segala sifat kebaikan-Nya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah berbagai penafsiran dari kalangan pakar tafsir terkait kandungan dan arti surat Al-Hadid ayat 23 (arab-latin dan artinya), moga-moga memberi kebaikan bagi kita bersama. Support kemajuan kami dengan memberikan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.