Surat Al-Waqi’ah Ayat 25

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا

Arab-Latin: Lā yasma'ụna fīhā lagwaw wa lā ta`ṡīmā

Artinya: Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,

« Al-Waqi'ah 24Al-Waqi'ah 26 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Menarik Berkaitan Dengan Surat Al-Waqi’ah Ayat 25

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Waqi’ah Ayat 25 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai pelajaran menarik dari ayat ini. Didapati pelbagai penafsiran dari kalangan ahli tafsir terhadap makna surat Al-Waqi’ah ayat 25, di antaranya seperti tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

25-26. Mereka tidak mendengar kata-kata batil di surga dan tidak juga kalimat-kalimat yang mengandung dosa, kecuali ucapan yang selamat dari hal-hal tercela tersebut, yaitu ucapan salam sebagian kepada sebagian yang lain.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

25. Mereka tidak mendengar ucapan yang sia-sia di dalam Surga dan tidak pula mendengar apa yang menjadikan pelakunya berdosa.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

25. لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا (Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa)
Yakni tidak mendengar celaan atau perkataan yang mengandung dosa, sebab di sana tidak ada yang mengatakan hal yang demikian.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

25. Mereka tidak mendengar perkataan yang menjatuhkan atau perkataan yang bathil dan tidak menimbulkan dosa.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia} perkataan yang keji {dan tidak pula yang menimbulkan dosa} dan tidak pula ucapan yang menimbulkan dosa bagi orang yang mengucapkannya


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

25-26. “Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,” maksudnya, bahwa di dalam surga yang penuh kenikmatan itu mereka tidak akan mendengar perkataan yang sia-sia, tidak mendengar ucapan yang tidak memiliki faidah dan tidak juga mendengar percakapan yang menimbulkan dosa, “akan tetapi mereka hanya mendengar ucapan salam,” maksudnya, mereka hanya akan mendengar perkataan baik. Yang demikian itu karena surga adalah tempat orang-orang baik, dan tidak ada padanya melainkan segala sesuatu yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa para penghuni surga memiliki adab yang baik dalam percakapan mereka, dan bahwa yang mereka ucapkan adalah perkataan terbaik dan yang paling membahagiakan bagi hati serta paling selamat dari segala kesia-siaan dan dosa. Kita memohon kepada Allah akan karunia (surga) Nya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 13-26
Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang orang-orang yang paling dahulu yang didekatkan, bahwa mereka: Segolongan besar, yaitu segolongan dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Para mufasir berbeda pendapat tentang yang dimaksud firmanNya,"Al-awwalin" dan "Al-akhirin". Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan "Al-awwalin" adalah umat-umat terdahulu, sedangkan "Al-akhirin" adalah umat ini. Ini adalah riwayat dari Mujahid dan pendapat inilah yang dipilih Ibnu Jarir dengan alasan ada sabda Rasulullah SAW,”Kita adalah umat yang terakhir, tetapi yang paling dahulu pada hari kiamat”
Pendapat yang dipilih Ibnu Jarir dalam hal ini perlu ditinjau bahkan merupakan pendapat yang lemah karena umat ini adalah umat yang terbaik dengan nash Al-Qur'an, sehingga jauh jika orang-orang yang didekatkan ada pada selainnya dalam jumlah yang lebih banyak daripada umat ini, kecuali jika mereka semua digabungkan menjadi satu untuk mengimbangi umat ini. Yang jelas bahwa orang-orang yang didekatkan dari kalangan mereka jauh lebih banyak daripada umat-umat yang lain. Hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Jadi pendapat yang kedualah yang lebih kuat, yaitu yang mengartikan firmanNya: (segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu (13)) yaitu dari kalangan permulaan umat ini (dan segolongan yang kecil dari orang-orang yang kemudian (14)) yaitu dari umat ini.
Al-Hasan membaca firmanNya: (Dan orang-orang yang paling dahulu beriman merekalah yang paling dulu (masuk surga) (10) Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah) (11) Berada dalam surga kenikmatan (12) Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu (13)) dia berkata bahwa yang dimaksud adalah segolongan besar dari umat ini yang telah pergi. Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, bahwa dia berjata tentang firmanNya: (Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu (13) dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (14)) dia berkata bahwa dahulu mereka berkata atau berharap semoga semuanya itu dari kalangan umat ini. Dapat diartikan bahwa makna ayat ini bersifat umum mencakup semua umat, yang masing-masing umat sesuai perhitungannya. Oleh karena itu disebutkan dalam hadits yang terdapat dalam kitab-kitab shahih dan lainnya bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang yang sesudah mereka, kemudian orang-orang yang sesudah mereka” sampai akhir hadits.
Firman Allah SWT: (Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata (15)) Ibnu Abbas berkata bahwa itu dihiasi dengan emas, yaitu dilapisi dengannya. Demikian juga dikatakan Mujahid, Zaid bin Aslam, dan Qatadah
Ibnu Jarir berkata bahwa di antaranya juga dinamakan tali pengikat pelana yang ada di bawah perut unta. Kata itu mengikuti wazan “fa'il” yang maknanya “maf'ul”, karena menunjukkan sesuatu yang dipintal, maka demikian juga dipan-dipan di surga dihiasi dengan emas dan permata.
Firman Allah SWT; (seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan (16)) yaitu wajah sebagian dari mereka berhadapan dengan sebagian yang lain, tidak ada seorangpun yang berada di belakang yang lain. (Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda (17)) yaitu mereka tetap kekal dalam rupa yang sama, tidak menua, tidak beruban, dan tidak berubah (dengan membawa gelas, cerek, dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir (18) Adapun “Al-akwab” adalah gelas yang tidak ada pegangan dan moncongnya. Sedangkan “Al-abariq” adalah yang menghimpun kedua sifat tersebut, yaitu cerek. Semuanya diisi dengan khamr dari sungai khamr yang mengalir, bukan dari botol minuman, bahkan langsung dari sumbernya yang terus-menerus mengalir.
Firman Allah SWT: (mereka tidak pening karena meminumnya dan tidak pula mabuk (19)) yaitu kepala mereka tidak pusing dan akal mereka tidak tertutup, bahkan tetap normal dengan pengaruh yang menyenangkan dan merasakan kelezatan.
Mereka berkata tentang firmanNya: (dan tidak pula mabuk) yaitu tidak menghilangkan akal sehat mereka.
Firman Allah SWT: (dan buah-buahan dari apa yang mereka inginkan (20) dan daging burung dari apa yang mereka inginkan (21)) yaitu mengelilingi mereka dengan membawa segala macam buah-buahan yang mereka pilih.
Firman Allah SWT: (Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli (22) laksana mutiara yang tersimpan dengan baik (23)) Sebagian dari mereka membacanya dengan bacaan rafa’ yang bentuknya bagi mereka ada bidadari-bidadari yang bermata jeli di dalam surga. Sedangkan yang membaca jar mengandung dua makna; salah satunya bahwa i'rabnya dianggap mengikuti kalimat sebelumnya, sebagaimana firmanNya: (Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda (17) dengan membawa gelas, cerek, dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir (18) mereka tidak pening karena meminumnya dan tidak pula mabuk (19) dan buah-buahan dari apa yang mereka inginkan (20) dan daging burung dari apa yang mereka inginkan (21) Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli (22)) Sebagaimana Allah SWT berfirman: (dan usaplah kepalamu dan (basuhlah) kedua kakimu (6)) (Surah Al-Maidah) dan (Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal) (Surah Al-Insan:21)
Makna yang kedua menunjukkan bahwa di antara anak-anak muda yang mengelilingi mereka terdapat juga bidadari-bidadari yang bermata jeli, tetapi hal ini terjadi di dalam istana-istana, bukan di kalangan sebagian mereka dengan sebagian lainnya, bahkan di dalam kemah masing-masing mereka dikelilingi oleh para pelayan surga dan bidadari-bidadari yang bermata jeli; hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Firman Allah SWT: (laksana mutiara yang tersimpan (23)) yaitu seakan-akan seperti mutiara dalam hal keputihan dan kejernihannya, sebagaimana yang disebutkan dalam surah Ash-Shaffat (seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik (49)) (Surah Ash-Shaffat) Dan telah disebutkan dalam surah Ar-Rahman gambaran tentang mereka. Oleh karena itu Allah berfirman: (Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan (24)) yaitu sajian yang Kami suguhkan kepada mereka merupakan balasan dari amal baik yang mereka kerjakan.
Kemudian Allah SWT berfirman: (Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa (25) tetapi mereka mendengar ucapan salam (26)) yaitu dalam surga mereka tidak mendengar perkataan yang tidak ada gunanya yaitu yang sia-sia atau yang mengandung makna yang kotor atau rendah, sebagaimana Allah SWT berfirman: (di dalamnya tidak kamu dengar perkataan yang tidak berguna (11)) (Surah Al-Ghasyiyah) yaitu, kalimat yang tidak ada gunanya.
(dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa) yaitu kata-kata yang mengandung keburukan (tetapi mereka mendengar ucapan salam (26)) yaitu hanya kata salam dari sebagian mereka kepada sebagian lain. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (salam penghormatan mereka ialah 'Salam' (Surah Ibrahim: 23) dan pembicaraan mereka juga bersih dari sia-sia dan yang mengandung keburukan


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Waqi’ah ayat 25: 25-26. Dan di antara nikmat Allah yang diberikan kepada mereka, mereka tidaklah mendengar di surga ucapan buruk atau yang mendatangkan dosa dan yang tidak ada manfaat. Mereka tidaklah mendengar kecuali ucapan yang baik, yang di antaranya adalah : Ucapan salam dan ucapan selamat (penghormatan) satu sama lain.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Waqi’ah Ayat 25

25-26. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia, seperti gurauan atau perkataan yang tidak bermanfaat, dan tidak pula mereka mendengar perkataan yang menimbulkan dosa. Tetapi, di dalam sana mereka hanya mendengar ucapan salam hangat dan doa yang menyejukkan


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah variasi penafsiran dari berbagai pakar tafsir berkaitan makna dan arti surat Al-Waqi’ah ayat 25 (arab-latin dan artinya), semoga memberi kebaikan bagi kita. Support dakwah kami dengan mencantumkan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Yang Cukup Sering Dilihat

Kaji ratusan konten yang cukup sering dilihat, seperti surat/ayat: Al-Baqarah 168, Al-Jatsiyah, An-Nisa 29, Thaha, Al-Baqarah 152, Ali ‘Imran 110. Termasuk Al-Anfal, Al-Jumu’ah 10, An-Nisa 146, Al-Insyirah 6, Al-Ahzab 56, An-Nur 26.

  1. Al-Baqarah 168
  2. Al-Jatsiyah
  3. An-Nisa 29
  4. Thaha
  5. Al-Baqarah 152
  6. Ali ‘Imran 110
  7. Al-Anfal
  8. Al-Jumu’ah 10
  9. An-Nisa 146
  10. Al-Insyirah 6
  11. Al-Ahzab 56
  12. An-Nur 26

Pencarian: bil haqqi artinya, negeri yang dimaksud dalam surah al-balad adalah, nawaitu sauma ghadin, al infitar ayat 1-19, kunfayakun artinya

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.