Surat Al-Baqarah Ayat 274
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Arab-Latin: Allażīna yunfiqụna amwālahum bil-laili wan-nahāri sirraw wa 'alāniyatan fa lahum ajruhum 'inda rabbihim, wa lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn
Artinya: Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
« Al-Baqarah 273 ✵ Al-Baqarah 275 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Tafsir Mendalam Terkait Dengan Surat Al-Baqarah Ayat 274
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 274 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada bermacam tafsir mendalam dari ayat ini. Terdokumentasikan bermacam penafsiran dari berbagai mufassirun berkaitan kandungan surat Al-Baqarah ayat 274, di antaranya seperti di bawah ini:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Orang-orang yang mengeluarkan harta mereka demi mengharap ridha Allah malam dan siang hari, baik dengan merahasiakan dan menampakkannya, maka bagi mereka pahala dari Tuhan mereka, tidak ada rasa takut pada mereka berkaitan dengan apa yang akan mereka hadapi di akhirat, dan merekapun tidak bersedih hati atas kesenangan-kesenangan dunia yang luput bagi mereka. Ketetapan ajaran syariat ilahi ini adalah manhaj islam dalam berinfak karena di dalamnya memuat unsur memenuhi kebutuhan orang-orang fakir dalam kemuliaan dan kehormatan yang terjaga serta pembersihan harta-harta orang kaya dan perwujudan semangat kerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan demi mencari Wajah Allah tanpa ada unsur tindakan represif dan pemaksaan.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
274. orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah setiap saat, baik siang maupun malam, terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, maka bagi mereka pahala dari Tuhan mereka, tidak ada yang akan mereka takutkan di hari perhitungan dan mereka tidak bersedih dengan kenikmatan dunia yang luput dari mereka.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
274. Orang-orang yang menginfakkan harta mereka untuk mencari rida Allah di malam dan siang hari, secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, namun tidak disertai niat untuk ria (pamer) dan mencari popularitas, maka pahala mereka ada di sisi Rabb mereka di hari kiamat. Tidak ada ketakutan terhadap mereka mengenai urusan mereka di masa depan dan mereka tidak bersedih atas dunia yang tidak mereka dapatkan, karena besarnya anugerah dan karunia yang mereka dapatkan dari Allah.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
274. الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوٰلَهُم بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ (Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari )
Yakni sebab tingginya minat mereka untuk bersedekah sampai-sampai mereka tidak meninggalkannya baik itu di siang hari maupun malam hari.
سِرًّا وَعَلَانِيَةً(secara tersembunyi dan terang-terangan )
Yakni saat menghampiri mereka kebutuhan orang lain, maka mereka mendapatkan pahala mereka.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
274. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah di setiap waktu baik malam ataupun siang, sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan, ektika seseorang membutuhkannya tanpa berlaku boros dan pelit dalam hal itu, maka bagi mereka itu pahala di sisi Tuhannya. Tiada kekhawatiran bagi mereka tentang azab hari kiamat. Mereka juga tidak bersedih atas sesuatu yang hilang dari mereka di dunia. Ayat ini turun untuk Ashabul Khail, yaitu orang-orang yang menunggang kuda di jalan Allah SWT dan mereka berinfak.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari baik secara rahasia maupun terang-terangan,bagi mereka itu pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak pula mereka bersedih
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
274. “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati,” karena allah akan menaungi mereka dengan naunganNya pada hari di mana tidak ada naungan selain naunganNya. Allah akan memberi mereka kebaikan-kebaikan dan menolak dari mereka kesedihan, perasaan takut, dan khawatir, serta segala perkara yang dibenci. Dan FirmanNya, “Maka mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya,” setiap orang dari mereka menurut kondisinya masing-masing. Pengkhususan bahwa semua itu di sisi Tuhan mereka, menunjukkan atas kemuliaan kondisi tersebut dan keberadaannya pada suatu tempat yang besar, sebagaimana dalam hadist shahih,
“Sesungguhnya seorang hamba bersedekah dengan sebiji kurma dari hasil usaha yang baik lalu diterima oleh Yang Maha Memaksa dengan TanganNya lalu Dia mengembangkannya untuk salah seorang di antara kalian sebagaimana salah seorang dari kalian mengembangkan anak kudanya hingga menjadi seperti gunung yang besar.” HR Bukhori 1410
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 272-274
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Mereka dulu tidak suka mengalah kepada keturunan mereka dari golongan orang-orang musyrik, maka mereka meminta izin, lalu diizinkan untuk mereka. Maka turunlah ayat ini: (Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan) (272))
Akan datang penjelasan di sisi Allah: (Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu…) (Surah Al-Mumtahanah: 8), yaitu hadits Asma' binti Abu Bakar tentang hal tersebut.
Firman Allah: (Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah), ‘Atha’ Al-Khurasani berkata: yaitu jika kamu memberi karena Allah, maka kamu tidak ada tanggungan atas apa yang telah dikerjakanNya. Ini adalah makna yang baik. Kesimpulannya adalah bahwa orang yang bersedekah karena Allah, maka pahalanya ada di sisi Allah, dan tidak ada tanggungan atas dirinya dalam hal tersebut, baik dia melakukan kebaikan atau maksiat, berhak atau tidak berhak, dan dia diberi pahala sesuai dengan niatnya. Dasar dari hal ini adalah keseluruhan ayat: (Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dizalimi ….)
Firman Allah: (kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah) yaitu: orang-orang muhajirin yang hijrah sepenuhnya kepada Allah dan kepada RasulNya dan menetap di Madinah, dan mereka tidak memiliki cara untuk memenuhi dan memperkaya mereka (mereka tidak dapat (berusaha) di bumi) yaitu: melakukan perjalanan untuk mencari nafkah. Berusaha di bumi adalah melakukan perjalanan. Allah SWT berfirman: (Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu)) (Surah An-Nisa': 101), dan (Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah…) (Surah Al-Muzzammil: 20)
Firman Allah: (orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta) yaitu orang-orang yang tidak mengetahui tentang urusan dan keadaan mereka akan mengira bahwa mereka kaya karena kesederhanaan dalam pakaian, keadaan, dan perkataan mereka. Dalam hal ini, terdapat hadits shahih Bukhari Muslim dari Abu Hurairah dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Orang miskin bukanlah mereka yang berkeliling meminta-minta kepada orang banyak, lalu peminta itu diberi sesuap dua suap, atau sebutir dua butir kurma." Para sahabat bertanya, "Kalau begitu, seperti apakah orang yang miskin itu?" Beliau menjawab: "Orang miskin sesungguhnya ialah mereka yang tidak memiliki apa-apa untuk menutupi kebutuhannya, namun keadaannya itu tidak diketahui orang supaya orang bersedekah padanya, dan tidak pula meminta-minta ke sana ke mari” Hal itu diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Ibnu Mas’ud juga.
Firman Allah: (Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya) yaitu, dengan ciri-ciri yang jelas bagi orang-orang berakal tentang sifat-sifat mereka, sebagaimana Allah SWT berfirman: (tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka) (Surah Al-Fath: 29), dan (Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka) (Surah Muhammad: 30), serta dalam hadits yang terdapat dalam kitab sunan: “Hati-hatilah terhadap firasat orang mukmin, karena dia melihat dengan cahaya Allah.” Kemudian dia membaca ayat: (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda (75))(Surah Al-Hijr)
Firman Allah: (mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak) yaitu mereka tidak mendesak dalam meminta-minta dan tidak memberatkan orang lain dengan hal-hal yang tidak diperlukan. Jika meminta dan yang dimintai sesuatu memiliki sesuatu yang membuatnya tidak meminta-minta, maka dia telah mendesak dalam meminta, Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, dia bersabda: “Yang disebut orang miskin itu bukanlah seorang peminta-minta yang diberi orang satu atau dua biji kurma atau sesuap dua suap makanan. Tetapi orang miskin sesungguhnya, ialah orang yang tahu menjaga diri (dari meminta-minta). Jika kamu mau, maka bacalah firman Allah: “Mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak…”
Firman Allah: (Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) yaitu tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dariNya, dan Dia akan memberi balasan yang berlimpah dan sempurna pada hari kiamat, sesuatu yang paling mereka butuhkan
Firman Allah: (Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (274)) Ini adalah pujian dari Allah SWT kepada orang-orang yang berinfak di jalanNya dan mencari ridhaNya di semua waktu, baik malam maupun siang hari, serta keadaan rahasia maupun terbuka, sehingga termasuk memberi nafkah untuk keluarga juga, sebagaimana yang tercantum dalam hadits shahih Bukhari Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Sa'ad bin Abi Waqqas ketika dia sakit pada tahun Fathu Makkah, dan dalam suatu riwayat, pada tahun Haji Wada', "Sesungguhnya kamu tidak akan berinfak karena Allah melainkan kamu akan bertambah tinggi derajat dan kedudukannya, bahkan sampai apa yang kamu nafkahkan untuk istrimu" diriwayatkan dari hadits Syu’bah.
Firman Allah: (maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya) yaitu pada hari kiamat, karena apa yang mereka lakukan, berupa infak karena ketaatan (Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati) dimana penafsirannya telah disebutkan sebelumnya
📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna ayat:
Adapun ayat berikutnya (274) adalah ayat terakhir mengenai ajakan untuk mengeluarkan sedekah yang membawa berita gembira bagi orang-orang yang gemar bersedekah pada setiap keadaan, siang maupun malam, secara rahasia atau terang-terangan, bahwa pahala sedekahnya tersimpan di sisi Rabbnya yang akan diterima pada hari kiamat nanti. Tidak ada rasa takut untuk mereka dan mereka tidak bersedih di dunia, alam barzakh, ataupun di akhirat.
Pelajaran dari ayat:
• Bolehnya bersedekah di malam hari dan siang hari, secara rahasia atau terang-terangan, karena semua itu dibalas oleh Allah berupa pahala selama dilakukan untuk mencari wajah Allah bukan yang lain.
• Kabar gembira dari Allah kepada kaum mukminin dan orang yang gemar bersedekah, bahwa pahala mereka disimpan di sisiNya dan menghilangkan rasa takut dan kesedihan dari diri mereka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Al-Baqarah ayat 274: Di jalan Allah, yakni di atas ketaatan dan mencari keridhaan Allah, bukan untuk yang haram, yang makruh atau keinginan hawa nafsunya.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 274
Orang-orang yang menginfakkan hartanya dalam berbagai situasi dan kondisi, di malam dan siang hari, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, banyak atau sedikit, mereka akan mendapat pahala di sisi tuhannya selama mereka mengeluarkannya secara ikhlas dan dengan cara-cara yang baik. Tidak ada kekhawatiran atas mereka bahwa nanti mereka akan mendapat siksa, sebab mereka aman dari siksa karena amal saleh yang mereka persembahkan, dan mereka tidak pula bersedih hati, risau dan gelisah, sebab hati mereka selalu dalam keadaan tenang. Orang-orang yang memakan riba yakni melakukan transaksi riba dengan mengambil atau menerima kelebihan di atas modal dari orang yang butuh dengan mengeksploitasi atau memanfaatkan kebutuhannya, tidak dapat berdiri, yakni melakukan aktivitas, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Mereka hidup dalam kegelisahan; tidak tenteram jiwanya, selalu bingung, dan berada dalam ketidakpastian, sebab pikiran dan hati mereka selalu tertuju pada materi dan penambahannya. Itu yang akan mereka alami di dunia, sedangkan di akhirat mereka akan dibangkitkan dari kubur dalam keadaan sempoyongan, tidak tahu arah yang akan mereka tuju dan akan mendapat azab yang pedih. Yang demikian itu karena mereka berkata dengan bodohnya bahwa jual beli sama dengan riba dengan logika bahwa keduanya sama-sama menghasilkan keuntungan. Mereka beranggapan seper-ti itu, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Substansi keduanya berbeda, sebab jual beli menguntungkan kedua belah pihak (pembeli dan penjual), sedangkan riba sangat merugikan salah satu pihak. Barang siapa mendapat peringatan dari tuhannya, setelah sebelumnya dia melakukan transaksi riba, lalu dia berhenti dan tidak melakukannya lagi, maka apa yang telah diperolehnya dahulu sebelum datang larangan menjadi miliknya, yakni riba yang sudah diambil atau diterima sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan, dan urusannya kembali kepada Allah. Barang siapa mengulangi transaksi riba setelah peringatan itu datang maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah bermacam penafsiran dari kalangan pakar tafsir terhadap makna dan arti surat Al-Baqarah ayat 274 (arab-latin dan artinya), moga-moga membawa manfaat bagi ummat. Dukunglah syi'ar kami dengan memberi link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.