Surat Yasin Ayat 39
وَٱلْقَمَرَ قَدَّرْنَٰهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَٱلْعُرْجُونِ ٱلْقَدِيمِ
Arab-Latin: Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm
Artinya: Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Berkaitan Dengan Surat Yasin Ayat 39
Paragraf di atas merupakan Surat Yasin Ayat 39 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beberapa pelajaran menarik dari ayat ini. Terdapat beberapa penjelasan dari banyak ulama terhadap isi surat Yasin ayat 39, misalnya sebagaimana termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Juga rembulan adalah tanda kebesaran Allah pada makhluknya, Kami menetapkan sebuah manzilla (possi) untuknya setiap malamnya, mulai terlihat dalam bentuk hilal (bulan sabit) yang kecil sehingg ia sempurna membentuk rembulan yang bulat kemudian ia kembali mengecil menjadi seperi tanda kurma yang melengkung yang ketipisan, kelengkung, dan kekuningannya, karena usianya yang tua dan keringnya.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
39. Bulan juga merupakan tanda agung lainnya, tentang penciptaan dan posisinya setiap malam; pertama-tama ia muncul dalam bentuk yang kecil, kemudian sedikit demi sedikit ia membesar hingga menjadi bulan yang bulat sempurna, lalu ia kembali menipis dan melengkung seperti tandan kurma yang menua.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
39. Bukti yang menunjukkan keesaan Allah adalah rembulan ini yang telah Kami tentukan peredarannya setiap malamnya. Ia mulai terlihat tipis kemudian nampak besar kemudian kembali tipis sehingga ia menjadi seperti tandan kurma tanpa buah yang sudah mengering, dalam keringkihannya, merunduknya, warnanya yang menguning dan usianya yang tua.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
39. وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ (Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah)
Makna (المنازل) adalah dua puluh delapan posisi bulan, setiap malam terdapat posisi tersendiri. Apabila bulan telah mencapai posisinya yang paling akhir maka ia akan kembali kepada posisi pertamanya.
حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua)
Yakni bulan beredar pada posisi-posisinya, dan apabila telah mencapai posisi paling akhir, ia mengecil dan membentuk bulan sabit sehingga berbentuk seperti tandan yang tua.
Makna (العرجون) yakni pelepah yang menjadi tempat keluarnya tandan, ia berwarna kuning dan lebar dan dilengkungkan dan dipotong cabang-cabangnya serta dibiarkan di pohon sampai mengering.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
39. Kami juga menetapkan pergerakan bulan di tempat-tempat kemunculannya setiap hari dan setiap malam di tiap bulannya. Tempat-tempat itu sebanyak 28 dan di akhir tempatnya bulan itu berubah seperti seikat asam ketika mengering, membentuk lengkungan dan menguning.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Dan bulan, Kami menetapkan baginya tempat-tempat peredaran} Kami menetapkan peredarannya pada tempat-tempat dimana dia bisa beredar dari satu tempat ke tempat yang lain {sehingga bulan kembali seperti bentuk tandan yang tua} seperti pelepah kurma yang melengkung lagi kering
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
39. “dan telah Kami tetapkan bagi bulan garis-garis peredaran,” yang ia tempati. Pada setiap malam ia menempati saatu garis darinya, “sehingga,” ia menjadi kecil sekali dan kembalilah dia “sebagai bentuk tandan yang tua,” maksudnya, seperti tandan buah kurma yang karena ketuaannya ia menjadi kering, makin kecil dan melengkung. Kemudian, sesudah itu bulan itu bertambah besar sedikit-sedikit hingga cahayanya sempurna dan sinarnya makin merata.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 37-40
Allah SWT berfirman bahwa di antara dalil-dalil mereka yang menunjukkan kekuasaanNya SWT yang agung, Dia menciptakan malam dan siang hari, malam hari dengan kegelapannya, dan siang hari dengan terangnya. Dia menjadikan keduanya silih berganti, jika yang ini datang maka yang itu pergi, dan jika yang ini pergi maka yang itu datang, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat) (Surah Al-A'raf: 54) Oleh karena itu Allah SWT berfirman di sini: (Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tinggalkan siang dari malam itu) yaitu Kami menyudahi siang dengan malam hari, maka siang hari pergi dan malam hari datang. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan) sebagaimana yang disebutkan dalam hadits: (Apabila malam hari tiba dari arah ini dan siang hari pergi dari arah ini, dan matahari terbenam, maka waktu berbuka bagi orang yang berpuasa tiba”
Demikianlah yang tampak dari ayat ini
Firman Allah: (dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (38)) tentang makna firmanNya (limustaqarril laha), ada dua pendapat.
Pendapat pertama bahwa yang dimaksud adalah tempat menetapnya matahari, yaitu di bawah 'Arsy yang letaknya berhadapan dengan letak bumi dari arah itu. yaitu, di mana pun matahari berada, ia tetap berada di bawah 'Arsy; demikian juga semua makhluk, karena 'Arsy merupakan atap bagi semuanya. Bentuknya bukan bulat, seperti yang disangka oleh para ahli ilmu mengukur dan bentuk. Sesungguhnya dia berbentuk seperti kubah yang mempunyai tiang-tiang, yang ditopang oleh para malaikat. letaknya di atas alam semesta, yaitu berada di atas manusia. Matahari itu apabila berada di tengah kubah edarnya di waktu zhuhur, maka saat itulah matahari berada paling dekat dengan 'Arsy, dan apabila berputar di garis edarnya sehingga letaknya berlawanan dengan kedudukan itu, yaitu jika berada di tengah malam, maka matahari berada di tempat yang paling jauh dengan 'Arsy. Pada saat itu matahari bersujud dan meminta izin untuk terbit, sebagaimana yang disebutkan di dalam banyak hadits.
Diriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata,”Aku sedang bersama Nabi SAW di dalam masjid saat waktu tenggelamnya matahari, maka Nabi SAW bertanya, "Wahai Abu Dzar, apakah kamu mengetahui ke manakah matahari itu terbenam?" aku menjawab.”Allah dan RasulNya lebih mengetahui." Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya matahari itu pergi hingga sujud di bawah 'Arsy. Yang demikian itu dijelaskan dalam firmanNya, ("Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui” (38))
Pendapat yang kedua bahwa yang dimaksud dengan (mustaqarril laha) adalah batas terakhir perjalanannya, yaitu pada hari kiamat, yaitu perjalanannya terhenti, diam, dan tidak bergerak, serta digulung, maka alam semesta ini telah mencapai usianya. Ini adalah tempat berhenti yang berkaitan dengan waktu.
Qatadah berkata tentang firmanNya, (Limustaqarril laha) yaitu sampai batas waktunya yang telah ditentukan dan tidak dapat dilampaui
Kemudian Allah SWT berfirman: (Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah) yaitu Kami menjadikannya beredar pada garis edar yang lain, yang dengan itu dapat diketahui berlalunya bulan-bulan, sebagaimana bahwa matahari dapat diketahui berlalunya malam dan siang hari dengan itu. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji” (Surah Al-Baqarah: 189)
Allah SWT berfirman (Dialah Yang Menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)) (Surah Yunus: 5) dan (Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas (12)) (Surah Al-Isra’) Maka Allah menjadikan matahari mempunyai sinar yang khusus baginya dan bulan mempunyai cahaya yang khusus baginya, dan Dia membedakan perjalanan antara yang ini dan itu. Matahari terbit setiap hari dan tenggelam di penghujung harinya dengan cahaya yang sama. Akan tetapi tempat terbit dan tempat tenggelamnya berpindah-pindah dalam musim panas dan musim dingin, karena hal itu, maka siang menjadi panjang dan malam hari menjadi pendek, kemudian malam menjadi panjang dan siang hari menjadi pendek. Dan Allah menjadikan kemunculan matahari di siang hari, maka matahari adalah bintang siang. Adapun bulan, Allah menetapkan baginya tempat-tempat bagi perjalanannya. Pada permulaan bulan ia muncul dalam bentuk yang kecil dan cahayanya redup, kemudian cahayanya bertambah pada malam yang kedua, dan tempatnya semakin tinggi. Kemudian setiap kali tempatnya bertambah tinggi, maka cahayanya bertambah terang, sekalipun itu pantulan dari sinar matahari, sehingga cahayanya menjadi sempurna di malam yang keempat belas.Kemudian mulai berkurang hingga akhir bulan hingga bentuknya seperti tandan yang tua.
Ibnu Abbas berkata itu adalah asal mula tandan kurma.
Mujahid barkata bahwa “Al-’urjun Al-Qadim” adalah tandan yang kering.
Ibnu Abbas bermaksud bahwa “Al-’urjun Al-Qadim” adalah asal mula tandan buah kurma apabila terbuka dan kering serta melengkung.
Firman Allah SWT: (Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan) Mujahid berkata bahwa masing-masing dari keduanya mempunyai batasan yang tidak dilampaui, dan tidak dapat dikurangi oleh selainnya. Apabila yang ini tiba, maka yang lainnya pergi, begitu juga ketika yang itu datang yang ini pergi.
Firman Allah SWT: (dan malam pun tidak dapat mendahului siang) yaitu tidak pantas jika malam hari, lalu berikutnya adalah malam hari, baru ada siang hari, maka kekuasaan matahari di siang hari, dan kekuasaan bulan di malam hari.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (dan malam pun tidak dapat mendahului siang) Keduanya saling mengejar satu sama lain dimana yang satu mengantikan yang lainnya. Makna yang dimaksud adalah bahwa tidak ada tenggang waktu antara malam dan siang hari, bahkan masing-masing dari keduanya menyusul kepergian yang lainnya tanpa tenggang waktu, karena keduanya ditundukkan untuk terus-menerus saling berganti dengan cepat.
Firman Allah SWT (Dan masing-masing beredar pada garis edarnya) yaitu malam, siang, matahari, dan bulan, semuanya beredar di cakrawala langit. Pendapat ini dikatakan Ibnu Abbas, Adh-Dhahhak, dan Qatadah.
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Yasin ayat 39: Dan sebagian dari ayatnya: yaitu bulan yang Allah jadikan sebagai tanda bagi waktu; yang turun pada setiap malam.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Maksudnya, bulan itu pada awalnya kecil berbentuk sabit, kemudian setelah menempati manzilah (posisi)-manzilah, dia menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Yasin Ayat 39
Dan telah kami tetapkan pula jarak-jarak tertentu sebagai tempat peredaran bagi bulan, sehingga setiap saat jarak tersebut mengalami perubahan. Sesampainya ke tempat peredaran yang terakhir, kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Mula-Mula penampakan bulan muncul dalam keadaan kecil dan cahaya yang lemah, beralih menjadi bulan sabit dengan sinar yang terang, berubah menjadi bulan purnama, kemudian perlahan kembali mengecil dan kembali ke bentuk semula. 40. Demikianlah sunatullah yang telah dia tetapkan. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan sehingga keduanya bertabrakan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya yang telah digariskan untuknya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah beraneka penjabaran dari beragam mufassirun terkait makna dan arti surat Yasin ayat 39 (arab-latin dan artinya), semoga berfaidah untuk kita. Bantu perjuangan kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.