Surat Al-Kahfi Ayat 64
قَالَ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ ۚ فَٱرْتَدَّا عَلَىٰٓ ءَاثَارِهِمَا قَصَصًا
Arab-Latin: Qāla żālika mā kunnā nabgi fartaddā 'alā āṡārihimā qaṣaṣā
Artinya: Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Kandungan Berharga Terkait Dengan Surat Al-Kahfi Ayat 64
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Kahfi Ayat 64 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan kandungan berharga dari ayat ini. Tersedia kumpulan penjabaran dari beragam mufassirin berkaitan kandungan surat Al-Kahfi ayat 64, misalnya sebagaimana termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Musa berkata, ”apa yang terjadi itulah yang kita sedang cari-cari, karena sesungguhnya itu pertanda bagiku tentang tempat hamba yang shalih itu. Maka mereka kembali menelusuri jejak-jejak langkah mereka hingga sampai ke tempat batu tersebut.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
64-65. Musa berkata: “Itulah kejadian luar biasa yang kita cari.” Maka mereka berdua kembali menyusuri jejak mereka hingga sampai di batu besar tersebut.
Di sana mereka menemukan Khadhir, seorang hamba yang shalih, Kami telah memberinya rahmat dari sisi Kami dan Kami telah mengajarinya ilmu istimewa yang agung.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
64. Musa berkata kepadanya, "Itulah tempat yang kita cari, karena ia merupakan ciri tempat hamba yang saleh." Maka mereka pun kembali mengikuti jejak kedua kaki mereka semula, agar tidak salah jalan hingga sampai pada batu besar tersebut, dan juga pada tempat masuknya ikan ke laut.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
64. قَالَ ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ ۚ (Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”)
Yakni itulah yang kita tuju, sebab orang yang kita cari berada di sana.
فَارْتَدَّا عَلَىٰٓ ءَاثَارِهِمَا قَصَصًا(Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula)
Yakni mereka berdua kembali menapaki jalan yang telah mereka lewati sebelumnya agar keduanya tidak salah jalan.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
64. Musa berkata: "Tempat diamana paus itu menghilang itulah tempat yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula supaya tidak salah jalan ke tempat berbatu itu
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Dia berkata,“Itulah yang kita cari”} kita cari {Lalu keduanya kembali dan menyusuri jejak mereka semula} lalu keduanya kembali ke jalan yang telah mereka lewati yang menyisakan jejak mereka sehingga mereka sampai di batu besar itu
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
64. Setelah si pelayan berkata demikian kepada Musa, yang sebelumnya telah mendapatkan janji dari Allah, bahwasanya jika dia kehilangan ikan itu, berarti akan menjumpai Khidir, maka Musa berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari,” yang kita inginkan “Lalu keduanya kembali,” maksudnya kembali pulang “mengikuti jejak mereka semula,” mereka kembali menelusuri jejak-jejak mereka sampai (ke tempat) yang mereka lupa terhadap ikan tadi.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 60-65
Penyebab ucapan nabi Musa kepada muridnya yaitu Yusya' bin Nun, adalah pembahasan ini yaitu ketika diceritakan kepada nabi Musa bahwa ada seorang hamba Allah yang tinggal di tempat bertemunya dua laut, dia memiliki ilmu yang tidak dimiliki oleh nabi Musa. Maka nabi Musa ingin berangkat menemuinya. Jadi nabi Musa berkata kepada muridnya: (Aku tidak akan berhenti) yaitu aku akan terus berjalan (sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan) yaitu di tempat yang menjadi pertemuan dua laut.
Al-Farazdaq berkata, "Mereka tidak berangkat sampai istri-istri mereka bersenang-senang di dataran Dhi Qar, memamerkan bejana kasturi mereka"
Firman Allah (atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun) yaitu sekalipun saya harus berjalan bertahun-tahun.
Ibnu Jarir berkata, sebagian ulama bahasa Arab menyebutkan bahwa “al-huqub” dalam dialek bani Qais adalah satu tahun.
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun) bahwa maknannya adalah satu tahun. Hal yang sama juga dikatakan Qatadah dan Ibnu Zaid.
Firman Allah: (Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya) Demikian itu karena murid tersebut diperintahkan untuk membawa ikan yang diasinkan, dan dikatakan kepadanya bahwa ketika kamu kehilangan ikan itu, maka itu di sana. Lalu keduanya berangkat hingga sampai di tempat bertemunya dua laut, Di tempat itu keduanya tertidur lelap dan ikan itu terkena percikan air itu, maka ikan bergerak hidup kembali dalam kantong Yusya', lalu melompat dari kantong itu ke laut. Yusya' terbangun, dan ikan itu terjatuh ke dalam laut dan dan ikan menempuh jalannya di dalam laut, sedangkan air yang dilaluinya tidak bersatu lagi melainkan membentuk terowongan. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut (membentuk lubang)) yaitu seperti terowongan dalam tanah.
Firman Allah: (Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh) yaitu tempat yang mereka melupakan ikannya. Kelalaian ini dinisbatkan kepada keduanya, sekalipun yang lupa hanyalah Yusya'. Sebagaimana firman Allah SWT: (Dari keduanya keluar mutiara dan marjan (22)) (Surah Ar-Rahman) Sesungguhnya itu hanya keluar dari salah satu di antara dua lautan
Setelah keduanya berjalan jauh dari tempat yang mereka melalaikan ikan: (Musa berkata) nabi Musa (kepada muridnya.”Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”) yaitu yang mereka berdua melewati tempatnya (Nasaban) adalah letih (Muridnya menjawab, "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan”) Qatadah berkata bahwa Ibnu Mas’ud membaca (Maa ansaaniihi an adzkurahu illasy-syaithaan) Oleh karena itu Allah berfirman (dan ikan itu mengambil jalannya) jalannya (ke laut dengan cara yang aneh sekali (63) Musa berkata, "Itulah (tempat) yang kita cari”) Itulah tempat yang kita cari (Lalu keduanya kembali) kembali (mengikuti jejak mereka) yaitu jejak mereka (semula) keduanya kembali menelusuri jejak semula menuju tempat tersebut (Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (65)) Inilah nabi Khidhir, sebagaimana yang ditunjukkan hadits-hadits shahih dari Rasulullah SAW
Ibnu Abbas berkata,”Telah bercerita kepada kami Ubay bin Ka'b, dia berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya nabi Musa berdiri berkhutbah di hadapan Bani Israil, lalu dia bertanya kepada mereka, “Siapakah orang yang paling berilmu?” lalu nabi Musa berkata, “Akulah orangnya" Maka Allah menegurnya karena dia tidak menisbatkan ilmu kepada Allah. Allah menurunkan wahyu kepadanya, "Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba yang tinggal di tempat bertemunya dua lautan, dia lebih berilmu daripada kamu" nabi Musa bertanya,"Wahai Tuhanku bagaimanakah caranya aku dapat bertemu dengannya?" Allah SWT berfirman,"Bawalah bersamamu ikan, lalu masukkan ikan itu ke dalam kantung ikan. Ketika kamu merasa kehilangan ikan itu, maka dia di tempat itu" Nabi Musa membawa ikan, lalu memasukkannya ke dalam kantung ikan, dan dia berangkat dengan muridnya Yusya' bin Nun sehingga keduanya sampai di sebuah batu besar, maka keduanya merebahkan diri dan tertidur. Ikan yang di dalam kantung itu bergerak, lalu keluar dari kantung itu dan melompat ke laut. Ikan mengambil jalannya di laut dengan membentuk terowongan. Allah menahan aliran air terhadap ikan itu, sehingga jalan yang dilaluinya seperti liang. Ketika nabi Musa terbangun, muridnya lupa memberitahukan kepadanya tentang ikan itu, bahkan keduanya melanjutkan perjalanan untuk menggenapkan masa dua hari dua malamnya. Pada keesokan harinya nabi Musa bertanya kepada muridnya: (Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini) nabi Musa masih belum merasa letih sehingga setelah melewati tempat yang diperintahkan Allah kepadanya. Muridnya berkata kepadanya (Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara,yang aneh sekali) dia berkata bahwa ikan itu membentuk liang, sehingga membuat nabi Musa dan muridnya merasa aneh. Lalu nabi Musa berkata: (Itulah (tempat) yang kita cari. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula) Keduanya kembali menelusuri jalan semula, hingga sampailah di batu besar tempat mereka berlindung. Tiba-tiba nabi Musa bertemu dengan seorang laki-laki berpakaian lengkap. Nabi Musa mengucapkan salam kepadanya, dan nabi Khidir menjawab, "Di manakah ada salam di bumimu ini?" Nabi Musa berkata,"Aku adalah Musa" Nabi Khidir bertanya,”Musa Bani Israil?" Nabi Musa menjawab,"Ya" Nabi Musa berkata,"Aku datang kepadamu untuk agar kamu mengajariku petunjuk yang telah kamu pelajari (Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku” (67)) (Surah Al-Kahfi) Wahai Musa, sesungguhnya aku mempunyai ilmu yang telah diajarkan Allah kepadaku, sedangkan kamu tidak mengetahuinya, dan kamu mempunyai ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu, sedangkan aku tidak mengetahuinya. Nabi Musa berkata: (Insya Allah kamu akan mendapati saya sebagai seorang yang sabar, dan saya tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun) (Surah Al-Kahfi: 69) Nabi Khidhir berkata kepadanya: (Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu) (Surah Al-Kahfi: 70)
Kemudian keduanya berjalan di tepi pantai, dan menjumpai perahu. Lalu keduanya meminta kepada para pemilik perahu itu agar mengangkut keduanya. Para pemilik perahu mengenal nabi Khidhir, jadi mereka mengangkut keduanya tanpa membayar Ketika keduanya menaiki perahu, nabi Musa terkejut karena tiba-tiba nabi Khidhir memecahkan sebuah papan perahu itu dengan kapak. Lalu nabi Musa berkata kepadanya, "Mereka telah mengangkut kita tanpa membayar, lalu kamu dengan sengaja merusak perahu mereka dengan melubanginya sehingga para penumpangnya tenggelam. Sesungguhnya kamu telah melakukan perbuatan yang ingkar" (Dia (Khidir) berkata, "Bukankah aku telah berkata,”Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku” (72) Musa berkata, "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku” (73)) (Surah Al-Kahfi) Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya, bahwa itu adalah pertama kali ini nabi Musa lupa. Kemudian ada seekor burung pipit hinggap di sisi perahu itu, lalu minum air laut itu dengan paruhnya sekali atau dua kali. Lalu nabi Khidir berkata kepada nabi Musa, "Tidaklah ilmuku dan ilmumu dibandingkan ilmu Allah, melainkan seperti berkurangnya air laut ini dari apa yang diminum burung pipit ini"
Lalu keduanya turun dari perahu itu. Ketika keduanya sedang berjalan di pantai, tiba-tiba nabi Khidhir melihat seorang anak yang sedang bermain dengan beberapa anak lainnya. Lalu nabi Khidhir memegang kepalanya dan mencabutnya dengan tangannya, sehingga anak itu mati. Lalu nabi Musa berkata kepadanya,”(Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan, sesuatu yang mungkar" (74) Khidhir berkata,"Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" (75)) (Surah Al-Kahfi) Ini lebih keras daripada yang pertama, (Musa berkata, "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku" (76) Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya menjumpai dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh) (Surah Al-Kahfi) yaitu miring. Lalu nabi Khidhir mengisyaratkan dengan tangannya: (maka Khidir menegakkan dinding rumah itu) Lalu nabi Musa berkata,"Mereka adalah kaum yang kita kunjungi, tetapi mereka tidak memberi kita makan dan tidak menjamu kita" ("Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu" (77) Khidhir berkata, "Inilah perpisahan antara aku dan kamu, kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak sabar terhadapnya" (78)) (Surah Al-Kahfi) Lalu Rasulullah SAW bersabda.”Seandainya saja nabi Musa bersabar, sampai Allah menceritakan kisah keduanya kepada kita” Sa'id bin Jubair berkata bahwa Ibnu Abbas membacanya ("Karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera yang baik") Dia juga membacanya. ("Adapun anak muda itu adalah orang yang kafir, sedangkan kedua orang tuanya kedua-duanya adalah orang mukmin")
(kedua orang tuanya mukmin) (Surah Al-Kahfi: 80) dan dia adalah seorang yang ingkar (dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran) (Surah Al-Kahfi: 80) yaitu membuat kedua orang tuanya yang sangat mencintainya mengikuti agamanya (Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak) lain yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu) (Surah Al-Kahfi: 81) sebagaimana firmanNya (Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih) (Surah Al-Kahfi: 74) dan (dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya)) (Surah Al-Kahfi: 81) Keduanya lebih disayangi oleh keduanya daripada anak pertama yang dibunuh nabi Khidhir
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Al-Kahfi ayat 64: Karena itu pertanda adanya orang yang kita cari di sana.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Kahfi Ayat 64
Dia, nabi musa, berkata, itulah tempat yang kita cari. Nabi musa menjelaskan kepada pembantunya bahwa tempat hilangnya ikan adalah tempat beliau akan bertemu dengan seorang hamba yang saleh yang dituju dalam perjalanan ini. Lalu keduanya kembali menuju tempat hilangnya ikan itu, mengikuti jejak mereka semula. Keduanya menelusuri jejak kaki yang telah dilewati sebelumnya agar tidak tersesat jalan menuju ke semula. Lalu ketika keduanya telah sampai ke tempat hilangnya ikan itu, mereka menuju ke arah batu tempat mereka beristirahat beberapa waktu atau beberapa hari yang lalu. Di tempat itulah mereka berdua bertemu dengan seorang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami, yang telah kami berikan rahmat kepadanya dari sisi kami, berupa kenabian atau aneka macam nikmat lainnya, dan yang telah kami ajarkan ilmu kepadanya secara langsung dari sisi kami, yaitu ilmu tentang perkaraperkara gaib yang tidak dimengerti oleh manusia pada umumnya. Menurut sebagian besar mufasir yang dimaksud dengan hamba yang saleh itu adalah nabi khidr. Keunggulan ilmu yang dimiliki oleh nabi khidr, mendorong nabi musa ingin tertemu dan belajar kepadanya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian beragam penafsiran dari berbagai ahli ilmu terhadap kandungan dan arti surat Al-Kahfi ayat 64 (arab-latin dan artinya), semoga menambah kebaikan untuk kita semua. Bantu perjuangan kami dengan memberi link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.