Surat Al-A’raf Ayat 190
فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُمَا صَٰلِحًا جَعَلَا لَهُۥ شُرَكَآءَ فِيمَآ ءَاتَىٰهُمَا ۚ فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Arab-Latin: Fa lammā ātāhumā ṣāliḥan ja'alā lahụ syurakā`a fīmā ātāhumā, fa ta'ālallāhu 'ammā yusyrikụn
Artinya: Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.
« Al-A'raf 189 ✵ Al-A'raf 191 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Hikmah Berharga Tentang Surat Al-A’raf Ayat 190
Paragraf di atas merupakan Surat Al-A’raf Ayat 190 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada variasi hikmah berharga dari ayat ini. Didapatkan variasi penafsiran dari beragam mufassirin terkait isi surat Al-A’raf ayat 190, misalnya sebagaimana berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Sesudah Allah memberikan rizki kepada pasangan suami istri tersebut berupa anak shalih, mereka berdua justru mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah terhadap anak yang hanya Allah sendiri yang menciptakannya. Mereka menjadikan peribadahannya kepada selain Allah. Maka Maha tinggi Allah dan Maha suci dari segala sekutu.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
190. Ketika Allah mengaruniai mereka berdua anak yang sempurna sebagaimana yang mereka inginkan, mereka berdua menyekutukan Allah dalam karunia ini dan lalai mensyukuri kenikmatan tersebut. Mereka menganggap karunia itu berasal dari berhala-berhala, hukum alam, dan lain sebagainya yang menyelisihi pengesaan kepada Allah dalam ibadah dan rasa syukur.
Allah menutup ayat yang menyebutkan kesyirikan yang mereka lakukan dengan menyucikan diri-nya dari segala kesyirikan yang dilakukan orang-orang yang ingkar tersebut, yang membalas kenikmatan-kenikmatan Allah dengan kesyirikan dan kekafiran.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
190. Maka tatkala Allah mengabulkan doa mereka berdua dan memberi mereka seorang anak yang baik sebagaimana doa yang mereka panjatkan, tiba-tiba keduanya menyekutukan Allah dengan sembahan-sembahan lain-Nya terkait apa yang Allah berikan kepada mereka berdua. Mereka menjadikan anak mereka sebagai hamba bagi selain Allah. Mereka memberi nama anak mereka 'Abdul Ḥāriṡ (Hamba Petani). Mahatinggi Allah dan Mahasuci Dia dari segala sesuatu yang dijadikan sekutu bagi-Nya. Karena Dia lah satu-satu-Nya pemilik sifat rubūbiyyah dan ulūhiyyah.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
190. فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُمَا صٰلِحًا (Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna)
Yakni anak yang shalih.
Pendapat lain mengatakan yakni anak yang sehat sempurna, tidak seperti yang mereka berdua takutkan yaitu terlahir cacat.
Dan Allah mengabulkan doa mereka berdua.
جَعَلَا لَهُۥ شُرَكَآءَ فِيمَآ ءَاتَىٰهُمَا ۚ (maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya)
Sebagian ahli tasfir mengatakan: sesungguhnya yang menjadikan anak mereka sebagai sekutu Allah adalah para keturunan Nabi Adam seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan bukan Nabi Adam dan Hawa yang melakukannya.
Pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah Nabi Adam yang menamai anaknya dengan Abdul Harist (seorang hamba singa) dan ini merupakan bentuk kesyirikan dalam penamaan dan bukan dalam peribadatan.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
190 Tatkala Allah memberi kepada suami istri (bukan Adam dan Hawa: keturunan Bani Adam) seorang anak yang sempurna, saleh dan sehat, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan dengan anak dan sekutu.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Kemudian setelah Dia memberi keduanya seorang anak yang shalih, mereka menjadikan} mereka menjadikan anak laki-laki dan anak perempuan termasuk orang-orang musyrik {sekutu bagiNya dalam apa yang telah Dia anugerahkan kepada mereka. Maka Maha tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
190 “tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna” sesuai dengan permintaan mereka dan sempurnalah nikmat Allah padanya ”maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugrahkanNya kepada keduanya itu” yakni keduanya menjadikannya sekutu sekutu bagi Allah pada anak tersebut padahal yang menciptakannya, menganugerahkannya, dan membahagiakan kedua orang tuanya hanyalah Allah semata. maka keduanya menjadikannya sebagai hamba selain Allah, bisa memberinya nama dengan nama abd (hamba) yang disandarkan kepada selain Allah abdul haris, abdul uzza, abdul ka’bah, dan lain lain Dan bisa pula keduanya menyekutukan Allah dalam ibadah setelah Allah memberinya nikmat yang tidak seorang hambapun mampu menghitungnya. ini adalah perpindahan dari macam kepada jenis, karena asal pembicaran tentang jenis (yakni jenis manusia secara umum) dan tidak diragukan bahwa hal itu banyak terjadi pada keturunan adam dan hawwa. oleh karena itu Allah menetapkan kebatilan syirik atas mereka dan bahwa dalam hal itu mereka adalah orang orang zhalim dengan kezhaliman yang paling besar. Tiada beda antara syirik dalam ucapan dan syirik dalam perbuatan. Sesungguhnya dzat yang menciptakan mereka dari jiwa yang darinya Dia menciptakan istrinya dan menjadikan untuk mereka pasangan dari jenis mereka sendiri, kemudian menjadikan kasih sayang dan rasa cinta diantara mereka yang menjadikan sebagian merasa senang, cinta dan condong kepada sebagian yang lain, kemudian Dia membimbing mereka kepada apa yang dengannya syahwat kenikmatan, anak-anak dan keturunan bisa diraih, kemudian Dia menciptakan anak cucu di dalam Rahim ibu dalam jangka waktu tertentu yang diidam-idamkan oleh jiwa mereka dan mereka memohon kepada Allah agar melahirkannya dalam keadaan sehat dan selamat, lalu Allah menyempurnakan nikmat bagi mereka, serta mewujudkan keinginan mereka. Apakah Dia tidak berhak disembah tanpa disekutukan dengan sesuatu pun dalam ibadah kepadaNYa dengan mengihlaskan agama hanya kepadaNYa?
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 189-190
Allah SWT mengingatkan, bahwa sesungguhnya Dia telah menciptakan semua manusia dari nabi Adam. Dia menciptakan istrinya, yaitu Hawa, dari dirinya, kemudian Allah menyebarkan manusia dari keduanya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan: dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa) (Surah Al-Hujurat: 13) dan (Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya) (Surah An-Nisa: 1) dan di ayat ini Allah SWT berfirman (dan darinya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya) yaitu agar dia terbiasa dan tentang dengan hal itu, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang) (Surah Ar-Rum: 21) Tidak ada keharmonisan antara dua jiwa yang lebih agung daripada keharmonisan antara suami istri. Oleh karena itu Allah menyebutkan bahwa terkadang seorang penyihir menggunakan tipu muslihatnya untuk memisahkan antara seseorang dengan pasangannya (Maka setelah dicampurinya) yaitu berhubungan dengannya (istrinya itu mengandung kandungan yang ringan) dan itu
pada permulaan masa hamil, pada masa ini seorang wanita tidak merasakan sakit, karena sesungguhnya hanya berupa air mani, lalu gumpalan darah, kemudian segumpal daging.
Terkait firman Allah: (dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu)) Mujahid berkata bahwa maknanya adalah dia melanjutkan kehamilannya.
Qatadah berkata tentang firmanNya: (dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu)) yaitu kehamilannya mulai jelas.
Ibnu Jarir berkata bahwa maknanya adalah dia terus menerus mengandung air itu dia membawa dan mengandungnya.
Al-Hasan berkata,”Terjadilaah melalui hal itu anak cucu nabi Adam dan orang yang melakukan kemusyrikan di antara mereka setelahnya (maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya itu)
Diriwayatkan dari Qatadah,"Al-Hasan berkata bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Allah memberi rezeki mereka anak-anak, lalu mereka menjadikannya Yahudi dan Nasrani” Semua sanad ini shahih dari Al-Hasan, dan dia menafsirkan ayat ini dengan penafsiran itu, dan ini merupakan penafsiran yang paling baik dan paling utama tentang apa yang terkandung dalam ayat ini.
Tidaklah yang dimaksud dari ayat ini melalui konteks ini dalah nabi Adam dan Hawa, melainkan maksudnya adalah orang-orang musyrik dari keturunannya. Penyebutan nabi Adam dan Hawa pada di awal merupakan seperti pengantar dari perkara dua orang. Hal ini seperti kelanjutan dari penyebutan seseorang dengan menyebutkan jenisnya
Oleh karena itu Allah berfirman: (Maka Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan) kemudian Allah berfirman:
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Surat Al-A’raf ayat 190: Maksudnya orang-orang musyrik itu menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang dianugerahkan-Nya itu. Mereka memandang anak mereka sebagai hamba bagi berhala yang mereka sembah. Oleh karena itulah mereka menamakan anak-anak mereka dengan Abdul Uzza, Abdu Manaah, Abdu Syam, ‘Abdul Harits dan sebagainya. Padahal seharusnya mereka bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahkan kepada mereka anak yang sempurna fisiknya, namun ternyata mereka malah berbuat syirk, baik syirk dalam beribadah maupun dengan menamai anaknya dengan nama yang menghambakan kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-A’raf Ayat 190
Maka setelah dia, yakni Allah memberi keduanya seorang anak yang sempurna, mereka menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya itu, yakni mereka tidak bersyukur. Orang-orang musy-rik menjadikan sekutu bagi tuhan dalam menciptakan anak itu, yaitu bahwa kelahiran anak mereka itu bukan semata-mata karunia Allah, tetapi juga atas berkat berhala-berhala yang mereka sembah. Karena itulah mereka menamakan anak-anak mereka dengan 'abdul 'uzza, 'abdul mana't, abdusy syam dan sebagainya. Maka mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Begitu banyak bukti-bukti keagungan, ketinggian, dan kesucian Allah dari segala kekurangan dan sekutu, lalu mengapa mereka terus berada dalam kesesatan dan selalu mempersekutukan Allah dengan sesuatu berhala yang tidak dapat menciptakan dan melakukan sesuatu apa pun' padahal berhala itu sendiri diciptakan oleh manusia.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah aneka ragam penjelasan dari berbagai mufassirun berkaitan isi dan arti surat Al-A’raf ayat 190 (arab-latin dan artinya), moga-moga bermanfaat untuk kita. Bantulah perjuangan kami dengan memberi tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.