Surat Al-An’am Ayat 76

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ ٱلَّيْلُ رَءَا كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلْءَافِلِينَ

Arab-Latin: Fa lammā janna 'alaihil-lailu ra`ā kaukabā, qāla hāżā rabbī, fa lammā afala qāla lā uḥibbul-āfilīn

Artinya: Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".

« Al-An'am 75Al-An'am 77 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Hikmah Berharga Terkait Dengan Surat Al-An’am Ayat 76

Paragraf di atas merupakan Surat Al-An’am Ayat 76 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan hikmah berharga dari ayat ini. Tersedia sekumpulan penjelasan dari berbagai mufassirun berkaitan isi surat Al-An’am ayat 76, sebagiannya sebagaimana tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Ketika malam gelap telah menyapa Ibrahim dan menutupinya, dia mulai mengajak berdiskusi kaumnya untuk menetapkan kepada mereka bahwa ajaran agama yang mereka pegangi adalah batil. Mereka adalah orang-orang yang menyembah bintang-bintang. Ibrahim melihat bintang sambil berkata untuk menarik kaumnya secara perlahan-lahan dan menuntut mereka agar bertauhid kepada Allah, ”ini adalah tuhanku” ketika bintang itu tenggelam, dia berkata” Aku tidak menyukai tuhan yang bisa lenyap. ”


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

76. Ibrahim telah menghadapi kaumnya yang menyembah bintang-bintang dengan kebenaran yang tidak dapat tertutupi oleh gelapnya kekafiran, yang dengan kebenaran itu niscaya akan runtuh akidah kesyirikan dan penyembahan kepada selain Allah.

Ketika malam telah tiba, dan Ibrahim melihat bintang itu nampak lalu kembali lenyap, maka ia berkata -sebagai bentuk sindiran, yang dalam ilmu debat disebut dengan melayani pemikiran lawan untuk menarik perhatian dan mengambil hati mereka dan untuk mengantarkan mereka menuju kebenaran-: "inilah Tuhanku -sebagaimana yang kalian percayai-". Ketika bintang itu lenyap, dia berkata: "Aku tidak suka dengan Tuhan yang lenyap".

Kata tunjuk 'ini' berguna untuk membedakan bintang yang dimaksud dari bintang-bintang yang lain.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

76. Maka tatkala malam mulai gelap, ia (Ibrahim) melihat sebuah bintang dan berkata, “Ini adalah tuhanku!” Namun tatkala bintang itu terbenam, Ibrahim berkata, “Aku tidak suka dengan tuhan yang terbenam. Karena Tuhan yang benar selalu hadir dan tidak pernah menghilang.”


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

76. فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ (Ketika malam telah gelap)
Yakni Allah menyelimuti malam dengan kegelapan.

رَءَا كَوْكَبًا ۖ (dia melihat sebuah bintang)
Ada pendapat mengatakan bahwa dia melihat Jupiter, dan pendapat lain mengatakan venus.

قَالَ هٰذَا رَبِّى ۖ( (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”)
Terdapat pendapat mengatakan kisah ini adalah ketika penglihatannya masih lemah karena terjadi pada masa kanak-kanaknya.
Pendapat lain mengatakan bahwa dia mengatakan ini dengan tujuan untuk memberikan hujjah atas kaumnya, seakan-akan dia adalah orang yang menggambarkan keadaan mereka dan kepercayaan mereka agar mereka tersindir.

فَلَمَّآ أَفَلَ(tetapi tatkala bintang itu tenggelam)
Yakni terbenam.

قَالَ(dia berkata)
Ibrahim berkata: sesungguhnya sesuatu yang terbenam tidak akan menjadi tuhan, karena tuhan adalah Dzat yang menjaga langit dan bumi.

لَآ أُحِبُّ الْءَافِلِينَ (“Saya tidak suka kepada yang tenggelam”)
Yakni tuhan-tuhan yang terbenam.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

76 Ketika malam telah gelap dan Dia tutup malam dengan kegelapannya, dia melihat sebuah bintang yang bercahaya, dia berkata kepada kaumnya: “Inilah Tuhanku. Dengan cahaya dan ketinggiannya dia lebih pantas menjadi tuhan dari pada berhala-berhala ini”, Dia ingin menunjukkan bukti hujjah kepada kaumnya melalui cara menunjukkan langsung kemudian menalarnya dengan akal dan indera. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada tuhan yang tenggelam, sebab dia berubah di waktu siang dan menjadi tidak tampak.”.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Ketika malam telah gelap} telah menjadi gelap {dia melihat sebuah bintang, dia berkata,“Inilah Tuhanku.” Lalu ketika bintang itu terbenam} menghilang {dia berkata,“Aku tidak suka kepada yang terbenam.”


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

76. “Ketika malam menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang.” Mungkin ia bintang yang bersinar, karena penghususananya dalam penyebutan menunjukan bahwa dia lebih dari yang lain. Oleh karena itu, wallahu a’lam, ada yang mengatakan bahwa itu adalah bintang Venus. “Lalu dia berkata, ‘Inilah tuhanku’.” Maksudnya, dia berkata, “ Inilah Rabbku,” dengan nada merendah, namun menentang.
Lalu marilah kita lihat, apakah dia berhak memperoleh rububiyyah? Apakah kita memiliki dalil dalam hal ini? Karena seorang yang berakal tidak layak menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan tanpa dalil dan bukti. “ Tetapi tatkala bintang itu tenggelam,” maksudnya, bintang itu menghilang. “Dia berkata, ‘saya tidak suka kepada yang tenggelam’,” maksudnya, yang menghilang dan bersembunyi dari orang-orang yang menyembahnya, karena yang di sembah harus mengurusi kepentingan-kepentingan orang yang menyembahnya, dan harus berfungsi sebagai pengaturnya dalam urusannya. Adapun yang tengelam dalam waktu yang lama, maka bagaimana mungkin dia berhak disembah? Bukankah menjadikannya tuhan adalah termasuk hal kebodohan yang besar dan kebathilan yang parah?


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 74-79
Firiwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firmanNya: (Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar) yaitu Azar yang membuat berhala. Ayah nabi Ibrahim yang bernama Tarih, ibunya bernama Matsani, istrinya bernama Sarah, dan ibu nabi Ismail bernama Hajar, yang merupakan budak nabi Ibrahim.
Demikian juga yang dikatakan oleh ulama’ ahli nasab, bahwa nama ayahnya adalah Tarih.
Mujahid dan As-Suddi berkata bahwa Azar adalah nama berhala.
Saya berkata Seakan-akan bahwa sering kali nama yang digunakan adalah Azar, karena kepatuhannya pada berhala itu, Hanya Allah yang lebih mengetahui.
Para ulama’ qira’ah berbeda pendapat terkait firman Allah SWT: (Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar). Ibnu Jarir meriwayatkan dari Hasan Al-Bashri dan Abu Yazid Al-Madani, bahwa keduanya membaca: (Wa idz qaala Ibraahiimu li abiihi aazaru atattakhidzu ashnaaman aalihatan) maknanya yaitu,"Hai Azar, pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan-tuhan?" Mayoritas ulama membacanya dengan difathah baik karena itu adalah isim alam untuk orang non-Arab sehingga termasuk isim ghairu munsharif juga seperti kata “ahmar” dan “aswad” . Adapun ulama’ yang menganggap bahwa kata itu adalah manshub, karena menjadi ma’mul. Dari firmanNya (Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?) maknanya adalah,"Wahai ayahku, pantaskah kamu menjadikan Azar berhala-berhala itu sebagai tuhan-tuhan?" Itu merupakan pendapat yang jauh dari kebenaran dari segi bahasa, karena kata yang ada setelah huruf istifham tidak bisa beramal pada kata sebelumnya, karena itu merupakan permulaan kalimat. Maksudnya bahwa nabi Ibrahim menasehati ayahnya yang menyembah berhala, mencegah dan melarangnya dari berhala-berhala itu, lalu ayahnya tidak menghentikan hal itu, sebagaimana Allah berfirman: (Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?") yaitu apakah kamu menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan yang kamu sembah selain Allah? (Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu) yaitu orang-orang yang berjalan pada jalanmu (dalam kesesatan yang nyata) yaitu orang-orang yang tersesat, tidak mendapatkan petunjuk dimana jalan yang mereka tempuh, bahkan dalam keadaan bingung dan tidak tahu, dimana kalian berada dalam ketidak tahuan dan kesesatan yang nyata bagi orang yang mempunyai akal sehat.
Firman Allah SWT: (Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi (41) Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun (42) Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus (43) Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah (44) Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan" (45) Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama" (46) Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku (47) Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku" (48)) (Surah Maryam) yaitu nabi Ibrahim memohonkan ampun untuk ayahnya selama masa hidup ayanhnya. ketika ayahnya mati dalam keadaan musyrik, dan itu jelas bagi nabi Ibrahim, lalu dia menarik kembali permohonan ampun untuk ayahnya dan berlepas diri darinya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun (114)) (Surah At-Taubah)
Firman Allah SWT: (Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi) yaitu Kami menjelaskan kepadanya dalil yang menunjukkan keesaan Allah SWT melalui pandangannya terhadap kerajaan dan makhlukNya, bahwa Tidak ada Tuhan dan Rabb selain Dia, sebagaimana firmanNya (Katakanlah: Perhatikanlah apa yang terdapat di langit dan di bumi) (Surah Yunus: 101), (Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi?) (Surah Al-A'raf: 185) dan (Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi, atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya) (9)) (Surah Saba')
Firman Allah: (dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin) yaitu Kami memperlihatkan kepadanya hal itu agar dia tahu dan yakin.
Firman Allah SWT: (Ketika malam telah menjadi gelap) yaitu menutupinya (dia melihat sebuah bintang) yaitu bintang-bintang (lalu dia berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam) yaitu tenggelam. Muhammad bin Ishaq bin Yasar berkata,”Al-uful” artiny adalah lenyap. Ibnu Jarir berkata bahwa dikatakan ”afala an-najmu”. “ya’fulu”, “ufuulan”, dan “afalan” maknanya adalah tenggelam, di antaranya adalah ucapan Dzu Ar-Rumah yaitu:
Pelita-pelita yang tidak diedarkan bintang-bintang. Tidak juga dengan bintang-bintang yang lenyap.
(dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam”) Qatadah berkata diaa mengetahui bahwa Tuhannya kekal, tidak akan lenyap
(Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit) yaitu muncul (dia berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (77) Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku) yaitu sesuatu yang bersinar dan terbit adalah Tuhanku (ini yang lebih besar)
yaitu lebih besar daripada bintang-bintang dan bulan, dan lebih terang (maka tatkala matahari itu telah terbenam) tenggelam (dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78) Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79) yaitu aku ikhlas dalam agamaku dan mengkhususkan ibadahku hanya (kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi) penciptaan keduanya tanpa ada contoh sebelumnya (kepada agama yang benar) yaitu dalam keadan lurus, yaitu menyimpang dari kemusyrikan menuju keesaan. Oleh karena itu Allah berfirman: (dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan)
Para mufasir berbeda pendapat tentang posisinya ini,”Apakah itu adalah posisi mempertanyakan atau posisi mendebat?
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas bahwa itu berada pada posisi mempertanyakan. Itu merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir sebagai dalil berdasarkan firmanNya (Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku)
Pendapat yang benar adalah bahwa nabi Ibrahim itu berada pada kedudukan berdebat dengan kaumnya seraya menjelaskan kepada mereka kebathilan dari hal yang mereka lakukan, berupa menyembah bintang-bintang dan berhala. Pada posisi pertama dia berdebat dengan ayahnya dengan menjelaskan tentang kesalahan mereka dalam menyembah berhala-berhala di bumi yang berdasarkan bentuk malaikat langit, agar berhala malaikat itu memberi pertolongan bagi mereka agar sampai kepada Pencipta yang Maha Besar, dimana para berhala malaikat itu menurut diri mereka itu tidak layak disembah. Mereka memakai perantara menyembah para malaikat agar sampai kepadaNya. Hal itu hanya agar para berhala malaikat itu memintakan rezeki, pertolongan dan hal lain yang mereka butuhkan kepadaNya. Pada posisi ini, dia menjelaskan kesalahan dan kesesatan mereka dalam menyembah bintang-bintang, yaitu bintang-bintang yang beredar yang berjumlah tujuh.
(Dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan”) yaitu aku berlepas diri dari penyembahan mereka terhadap bintang-bintang itu dan dari menjadikannya sebagai pelindung. Jika semuanya itu adalah tuhan, maka tipulah aku dengan hal itu, dan janganlah menangguhkannya (Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79)) yaitu sesungguhnya aku hanya menyembah Pencipta segala sesuatu, Dzat yang mengadakannya, menundukkannya, menjalankannya, dan mengaturnya. Dzat yang pada kekuasaanNya itu kerajaan segala sesuatu, Dia adalah Pencipta, Rabb, Raja dan Tuhan segala sesuatu, Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam (54)) (Surah Al-A'raf) Bagaimana bisa bahwa kedudukan nabi Ibrahim itu adalah orang yang mempertanyakan? Sedangkan dia orang yang disebutkan tentang kebenarannya oleh Allah: (Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya (51) (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Patung-patung apakah ini yang kalian tekun beribadat kepadanya?” (52)) (Surah Al-Anbiya)
Allah SWT berfirman (Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik " (161)) (Surah Al-An'am)


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Surat Al-An’am ayat 76: Ada yang mengatakan bahwa bintang ini adalah bintang Zuhrah (Venus).

Yakni di hadapan penduduk Hiran penyembah bintang atau planet mengajak mereka untuk berpikir.

Pantaskah benda seperti ini disembah?

Maksudnya menunjukkan bahwa benda tersebut adalah sesuatu yang baru, sehingga tidak layak disembah. Namun kata-kata ini tidak membuat kaumnya berubah sikap.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-An’am Ayat 76

Ayat ini dan juga selanjutnya adalah gambaran bagaimana nabi ibrahim dalam mengajarkan tauhid. Ketika malam telah menjadi gelap, dia, ibrahim, melihat sebuah bintang yang memancarkan cahaya dengan terang lalu dia berkata, inilah dia tuhanku yang selalu aku cari. Maka ketika bintang itu terbenam dan tidak tampak lagi, dia berkata, aku tidak suka menyembah dan bertuhan kepada yang terbenam yang pada akhirnya akan lenyap. Setelah terbukti bahwa bintang yang cahayanya sangat kecil dalam pandangan mata telanjang manusia di bumi ini tidak wajar dipertuhankan, lalu ketika dia, ibrahim, mengalihkan pandangannya dengan melihat bulan terbit yang cahayanya lebih terang, dia berkata, inilah tuhanku yang kucari. Tetapi ketika bulan itu terbenam, dia pun berkata, sungguh, jika tuhanku yang telah membimbingku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat karena menyembah yang bukan tuhan serta mengabdi kepada selain-Nya.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikianlah berbagai penafsiran dari beragam ulama berkaitan isi dan arti surat Al-An’am ayat 76 (arab-latin dan artinya), moga-moga memberi kebaikan untuk kita. Dukung dakwah kami dengan memberi tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Artikel Terbanyak Dilihat

Ada berbagai halaman yang terbanyak dilihat, seperti surat/ayat: Juz al-Qur’an, Al-Maidah, Al-Balad, Al-Baqarah 153, Ar-Ra’d 11, Al-Insyirah 5-6. Juga Al-An’am, Al-Fajr, Ali Imran 190-191, Al-Baqarah 185, Al-‘Adiyat, Luqman 14.

  1. Juz al-Qur’an
  2. Al-Maidah
  3. Al-Balad
  4. Al-Baqarah 153
  5. Ar-Ra’d 11
  6. Al-Insyirah 5-6
  7. Al-An’am
  8. Al-Fajr
  9. Ali Imran 190-191
  10. Al-Baqarah 185
  11. Al-‘Adiyat
  12. Luqman 14

Pencarian: surah yunus ayat 40 41, surat yasin ayat 53, surotun artinya, yusuf ayat 1, hadits tentang berbakti kepada orang tua beserta latinnya

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: