Surat Al-Fajr Ayat 16

وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَٰنَنِ

Arab-Latin: Wa ammā iżā mabtalāhu fa qadara 'alaihi rizqahụ fa yaqụlu rabbī ahānan

Artinya: Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku".

« Al-Fajr 15Al-Fajr 17 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Menarik Berkaitan Dengan Surat Al-Fajr Ayat 16

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Fajr Ayat 16 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam tafsir menarik dari ayat ini. Ada aneka ragam penjelasan dari para ahli tafsir mengenai makna surat Al-Fajr ayat 16, misalnya seperti tercantum:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Bila Dia menguji manusia dengan menyempitkan rizkinya, dimana dia menyangka bahwa hal itu adalah karena kedudukannya yang rendah disisi tuhannya, dia berkat, “tuhanku merendahkanku.”


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

16. Dan di sisi lain kamu dapat melihat orang yang diuji Allah dengan rezeki yang sedikit, dan dia menyakini itu merupakan bukti bahwa Tuhannya telah memberinya kehinaan, kerendahan, dan kemiskinan. Dia mengeluhkan kesusahan hidupnya sehingga tidak bersyukur kepada Allah atas kesehatan yang dia dapatkan, sebab baginya kemuliaan dan kehinaan diukur dari banyak dan sedikitnya harta dunia.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

16. Adapun bila Allah mengujinya dan menyempitkan rezekinya, maka ia mengira bahwa hal itu karena kehinaannya di hadapan Rabbnya, lalu ia berkata, “Rabbku telah menghinakanku.”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

16. وَأَمَّآ إِذَا مَا ابْتَلَىٰهُ (Adapun bila Tuhannya mengujinya)
Yakni jika Allah menguji dan memberinya cobaan.

فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُۥ(lalu membatasi rezekinya)
Yakni menyempitkan rezekinya.

فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهٰنَنِ (dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”)
Yakni Allah telah memberiku kehinaan.
Ini merupakan sifat orang kafir. Adapun bagi orang mukmin, kemuliaan adalah jika Allah memuliakannya dengan ketaatan dan memberinya taufik untuk melakukan amalan akhirat; sedangkan kehinaan adalah dengan tidak diberi taufik untuk melakukan ketaatan dan amalan penghuni surga.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

16. Adapun apabila Tuhan membuatnya berinteraksi dengan ujian kefakiran dan keterbatasan serta kesempitan rejekinya, niscaya dia akan berkata: ”Tuhanku merendahkanku dan mempersempitku dengan kerendahan kefakiran”


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Adapun apabila Dia mengujinya lalu membatasi} menyempitkan {rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku telah menghinaku.”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

15-20. Allah mengabarkan tabiat manusia dari segi manusia itu sendiri. Manusia adalah sosok bodoh, zhalim, yang tidak mengetahui resiko berbagai hal. Ia mengira kondisi yang ada padanya akan terus berlanjut dan tidak akan hilang dan mengira bahwa kemuliaan serta kenikmatan Allah yang diberikan di dunia menunjukkan kemuliaannya di sisi Allah,dan ia mengira bila “rizkinya” disempitkan hingga makanannya hanya pas-pasan (tidak lebih), hal itu dikira sebagai penghinaan Allah terhadapnya. Allah menolak dugaan ini seraya berfirman, “sekali-kali tidak (demikian),” yakni tidak semua orang yang Aku beri kenikmatan di dunia adalah orang mulia di sisiKu dan tidak berarti orang yang rizkinya Aku sempitkan adalah orang hina di sisiKu. Kekayaan, kemiskinan, kelapangan, dan kesempitan hanyalah ujian dari Allah pada para manusia, agar Allah mengetahui siapakah yang bersyukur dan bersabar, sehingga Allah bisa memberikan balasan besar atas kesyukuran dan kesabaran itu, sedangkan yang tidak mau bersyukur dan bersabar, akan ditimpakan padanya siksaan yang mengerikan.
Di samping itu, ketergantungan harapan seseorang pada keinginannya semata merupakan salah satu tanda lemahnya cita-cita. Karena itu Allah mencela mereka karena tidak memperhatikan kondisi orang lain yang memerlukan bantuan seraya berfirman, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,” yang kehilangan ayah dan orang yang mencarikan rizki baginya yang memerlukan pelipur lara dan perlakuan baik. Kalian justru tidak memuliakannya, tapi malah menghinanya. Ini menunjukkan tidak adanya rasa kasih sayang dalam hati kalian dan tidak adanya keinginan dalam kebajikan.
“Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,” yakni kalian tidak saling mengajak satu sama lain untuk memberi makan orang-orang yang memerlukan dari kalangan fakir miskin. Hal itu dikarenakan ketamakan terhadap dunia dan rasa cinta yang amat bersarang di hati. Karena itu Allah berfirman, “Dan kamu memakan harta pusaka,” yaitu harta yang ditinggalkan “dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil),” yakni dengan segala ketamakan dan tidak menyisakan yang tidak halal sekalipun. Karena itu Allah berfirman, “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan,” yakni dengan sangat. Hal ini senada dengan firman-Nya : “Sesungguhnya kalian (wahai manusia), mementingkan perhiasan dunia atas kenikmatan akhirat. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Alam akhirat dengan segala kenikmatan abadi yang ada padanya adalah lebih baik dan lebih kekal daripada dunia.” (qs. Al-A’la:16-17) dan firman-Nya : “Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia. dan meninggalkan (kehidupan) akhirat” (QS. Al-Qiyamah : 20-21)


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 15-20
Allah SWT berfirman seraya mengingkari manusia yang apabila Allah meluaskan baginya dalam rezeki untuk mengujinya melalui rezeki itu, maka dia meyakini bahwa hal itu merupakan kemuliaan dari Allah SWT untuknya. melainkan hal itu merupakan ujian dan cobaan, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (55) (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar (56)) (Surah Al-Mu’minun) Demikian pula sebaliknya Allah mengujinya dengan kesempitan rezeki, dia mengira bahwa hal itu merupakan penghinaan dari Allah SWT kepadanya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sekali-kali tidak (demikian)) yaitu sebenarnya tidak seperti yang dia duga baik dalam keadaan mendapat ini maupun keadaan itu; karena sesungguhnya Allah memberikan harta kepada siapa saja yang Dia sukai dan orang yang tidak Dia sukai, dan Dia menyempitkan rezeki terhadap orang yang Dia sukai dan orang yang tidak Dia sukai. Dan sesungguhnya pokok permasalahan dalam hal ini bergantung kepada ketaatannya kepada Allah SWT dalam dua keadaan itu. Apabila dia kaya, hendaknya dia bersyukur kepada Allah atas hal itu; dan apabila fakir, maka hendaknya dia bersabar.
Firman Allah SWT: (Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim) yaitu di dalamnya terdapat makna perintah untuk memuliakan anak yatim,
(dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin (18)) yaitu mereka tidak memerintahkan orang lain untuk memberi santunan kepada orang-orang fakir dan miskin dan sebagian dari mereka tidak menganjurkan hal ini kepada sebagian yang lainnya (dan kamu memakan harta pusaka) yaitu warisan (dengan cara mencampur-adukan (yang halal dan yang haram)) yaitu dari arah mana dia menghasilkannya untuk mereka, baik halal maupun haram (dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan (20)) yaitu yang banyak, sebagian ulama menambahkan bahwa itu adalah yang berlebihan


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Sedangkan mereka yang Allah sempitkan rezekinya bukan berarti itu sebuah penghinaan dari tuhannya, betapa banyak wali-wali Allah yang disempitkan urusannya dunianya, dan dibatasi untuknya kekayaan, agar mereka bersabar, dan agar mereka mengetahui bahwa semua ini adalah ketetapan Allah, sehingga mereka ridho kepada Allah, dan menydari bahwasanya pilihan yang terbaik ada ditangan Allah, begitu banyak orang-orang beriman disemotkan hartaya didunia dan dihamparkan kepada orang-prang kafir kenikmatan dunia, karena sesungguhnya dunia ini akan musnah dan tidak akan dikembalikan lagi setelah kehancurannya pada hari kiamat.

Mereka belum mengetahui hikmah dibalik ketetapan Allah tentang kenkmatan dan keterbatasan, Allah menganugerahkan dunia ini kepada siapa yang Ia kehendaki, Dia melimpahkan kekayaan dunia kepada yang dicintainya dan kepada yang tidak Ia cintai, adapun agama ini tidak diberikan kepada selain orang yang dicintai oleh Allah, sedangkan kemiskinan yang ditimpakan kepada seorang hamba bukanlah dalil bahwa itu adalah penghianaan dan ketidak adilah Allah kepada hamba-Nya.

Begitu banyak manusia sekarang hanya mengalihkan pandangan kepada kaum kuffar pemilik kekayaan dunia, penemuan-penemuan yang dianggap sebuah keajaiban, kemajuan kota dan produksi-produksi era didgital, mereka menganggap bahwa semua ini mrerupakan kehebatan dan keberhasilan, kemudian ketika melihat keadaan negara-negara kaum muslimin mereka melihatnya dengan pandangan kebencian, mereka mengukurnya dengan kekeringan air dan kemiskinan yang terjadi di negara tersebut, , mereka mengira bahwa kaum kuffar lah yang lebih baik daripada kaum muslimin, mereka brfikir bahwa islam itu tidak baik, dan sebagainya, penghinaan dan fitna-fitna kejam dilemparkan kepada orang islam tanpa ada bukti yang jelas.

Akan tetapi ketahuilah bahwasanya Rasulullah adalah sebaik-baiknya makhluk ciptaan Allah, akan tetapi beliau sering mendapati rumah kosong dari makanan sehingga beliau memutuskan untuk berpuasa, bahkan suatu ketika karena rasa lapar yang yang sangat menantang beliau mengaikat batu kerikil di perutnya untuk menahan rasa lapar .

Atas dasar timbangan diatas : Tatkala Rasulullah diutus sebagai Rasul pembawa kebenaran kemuka bumi, orang-orang kafir berkata : Allah tidak mendapatkan orang selain anak yatim yang miskin ini , Allah berfirman : { وَقَالُوا لَوْلَا نُزِّلَ هَٰذَا الْقُرْآنُ عَلَىٰ رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ } ( Dan mereka berkata: “Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?” ) [ Az Zukhruf : 31 ] , kenapa Allah tidak memilih dari kota Thaif atau kota Makkaf salah satu orang besar dari mereka, seperti Abu jahal, atau Al walid bin Al-mughiroh, maka Allah pun berkata : { أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ ۚ} ( Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.) [ Az-Zukhruf 32 ] , Allah yang lebih mengetaui bagaimana yang seharusnya ia lakukan untuk risalahnya, maka Dia memeilih Muhammad sebagai pembawa risalah islam ini, karena Dia mengetahui siapa yang terbaik untuk membawakan amanah yang sangat besar ini, maka mereka pun berkata : { وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا , أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا , أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا , أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَىٰ فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّىٰ تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ ۗ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا } ( Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dan bumi untuk kami , Atau kamu mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya , Atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami , Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” ) [ Al-Isra' 90-93 ] .

Inilah hikmah dari Allah, maka tidak sebaiknya seseorang meremhkan danmerendahkan faqir miskin, da tidak berbangga diri dengan kekayaannya, karenaboleh jadi seorang yang miskin lebih baik kedudukannya disisi tuhannya dibandingkan dunia dan seisinya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ " Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka " maknanya: Rejekinya disempitkan فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ " dia berkata: "Tuhanku menghinakanku " Maksudnya: ia mengatakan: sesungguhnya Allah menzalimiku, menghinakanku dan tidak memberikanku rejeki sebagaimana fulan, dan tidak memuliakanku sebagaimana fulan, sehingga ketika dalam kondisi lapang ia tidak bersyukur, bangga dengan dirinya sendiri dan mengatakan: Ini adalah hak milikku, dan ketika susah ia tidak bersabar, bahkan berkomentar kepada Rabbnya dengan mengatakan Rabbku telah menghinakanu, inilah kondisi manusia secara tabiat kemanusiaannya.
Sedangkan orang yang beriman maka tidak seperti itu. Seorang yang beriman jika ia dimuliakan dan diberi kenikmatan oleh Allah maka ia akan bersyukur kepada Rabbnya atas itu semua, dan ia memandang bahwa itu adalah keutamaan dan pemberian dari Allah 'Azza Wa Jalla, dan bukan pemuliaan yang diberikan kepada pemiliknya karena keberhakkannya. Dan jika seorang mukmin ditimpa cobaan oleh Allah 'Azza Wa Jalla dan menyempitkan rejekinya ia akan bersabar dan mengharap pahala, lalu mengatakan: ini disebabkan atas dosaku, dan Allah 'Azza Wa Jalla tidak menghinakan dan menzali,ilu, ia sabar saat ditimpa cobaan, dan bersyukur saat mendapat kelapangan. Pada kedua ayat tadi terdapat isyarat bahwa setiap insan wajib untuk berusaha bersabar, misalnya dengan mengatakan: Mengapa Allah memberikanku harta? Apa ang Dia inginkan dariku? Dia menginginkanku bersyukur. Mengapa memberikanku ujian dengan kefakiran, dengan penyakit dan yang semisalnya? Dia ingin aku bersabar.
Maka hendaknya senantiasa mengevaluasi dirinya, sehingga ia tidak menjadi seorang insan yang keadaannya di atas kebodohan dan kezaliman.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Fajr ayat 16: 14-16. Ketahuilah wahai Nabi Allah, bahwa Rabbmu akan mengawasi manusia di bumi, dan menghitung amalan mereka, dan membalas apa yang mereka kerjakan. Jika baik maka akan dibalas dengan kebaikan, jika buruk maka akan dibalas dengan keburukan. Kemudian Allah memisahkan mereka dengan berkata : Adapun manusia yang lalai dari Rabbnya, jika ia diberikan ujian kemudian diberikan nikmat oleh Allah dan diluaskan rezekinya sebagain pemulian dari Allah, maka mereka berkata : Tuhanku memuliakanku. Dan tidaklah muncul dalam benaknya bahwa telah diberikan ujuan baginya (dan diganti dengan nikmat dll.), dimana rasa syukurnya ? Apakah ia menganggap dan membalas nikmat Allah atasnya ?. Dan adapun jika ia melihat bawa rezekinya tak kunjung tiba kecuali hanya sedikit dan sulit, ia menyangka itu adalah hinaan dari Allah dan pelecehan atas dirinya, kemudian ia mengumpat dan menyalahkan Rabbnya dengan keburukan dan tidaklah ia melakukan kebaikan terhadap Tuhannya, ia absen dari kebaikan dalam kehidupannya yang semuanya adalah ujian dan hanya menimbulkan kerusakan. Dan barangsiapa yang sempir rezekinya, bersabar, dan bergantung (kepada Allah) serta besyukur kepada Allah atas segala sesuatunya, maka ia adalah orang yang berhasil secara hakiki.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Fajr Ayat 16

Namun apabila tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, 'tuhanku telah menghinakanku. ' mereka tidak dapat memahami bahwa kefakiran dan kesusahan bukanla htolok ukur mutlak bagi kehinaan seseorang di mata Allah karena keduanya tidak lain hanyalah cobaan dari Allah. 17. Sekali-kali tidak demikian. Ketahuilah, kemuliaan seseorang tidak diukur dari kekaya annya dan kehinaan tidak dipandang dari kemiskinannya. Kemulian diukur dari ketaatan dan kehinaan adalah akibat kemaksiatan seseorang kepada Allah. Bahkan kamu tidak memuliakan, menyantuni, mengasihi, dan menolong anak yatim. Kamu biarkan mereka susah, padahal menyantuni mereka adalah amal saleh yang menjanjikan derajat tinggi di sisi Allah.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikian kumpulan penjabaran dari kalangan pakar tafsir berkaitan kandungan dan arti surat Al-Fajr ayat 16 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah untuk kita bersama. Sokong syi'ar kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Yang Cukup Banyak Dilihat

Terdapat ratusan halaman yang cukup banyak dilihat, seperti surat/ayat: At-Thalaq, Al-Jin, Al-Baqarah 45, Ad-Dukhan, Ali ‘Imran 139, Al-Isra 25. Serta Al-Qamar 49, Al-Ma’idah 8, Al-Hadid 20, Al-Baqarah 43, Tentang Al-Quran, Ali ‘Imran 97.

  1. At-Thalaq
  2. Al-Jin
  3. Al-Baqarah 45
  4. Ad-Dukhan
  5. Ali ‘Imran 139
  6. Al-Isra 25
  7. Al-Qamar 49
  8. Al-Ma’idah 8
  9. Al-Hadid 20
  10. Al-Baqarah 43
  11. Tentang Al-Quran
  12. Ali ‘Imran 97

Pencarian: ...

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.