Surat ‘Abasa Ayat 2

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

أَن جَآءَهُ ٱلْأَعْمَىٰ

Arab-Latin: An jā`ahul-a'mā

Artinya: Karena telah datang seorang buta kepadanya.

« 'Abasa 1'Abasa 3 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Hikmah Menarik Terkait Dengan Surat ‘Abasa Ayat 2

Paragraf di atas merupakan Surat ‘Abasa Ayat 2 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam hikmah menarik dari ayat ini. Terdokumentasi beragam penjabaran dari banyak ulama tafsir terhadap makna surat ‘Abasa ayat 2, di antaranya seperti termaktub:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

1-2. Terlihat perubahan dan rona masam Rasulullah sholallohu alaihi wasallam dan dia berpaling. Nabi berpaling karena seorang laki-laki buta (yaitu Abdullah bin ummi maktum) datang meminta bimbingan. Saat itu Rasulullah ssolallohu alaihi wasallam sedang sibuk mendakwahi para pembesar quraisy kepada islam.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

2. Karena kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum yang minta petunjuk dari beliau. Dia adalah seorang yang buta, datang pada saat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sedang sibuk dengan para pembesar kaum musyrik, karena berharap mereka bisa mendapat petunjuk.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

2. أَن جَآءَهُ الْأَعْمَىٰ (karena telah datang seorang buta kepadanya)
Yakni karena kedatangan orang buta kepadanya.
Sebab turunnya surat ini adalah suatu saat kekelompok pemuka kaum Quraisy berada di hadapan Rasulullah, dan beliau sangat ingin agar mereka mau beriman; tiba-tiba datanglah orang buta yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang merupakan salah satu sahabat beliau yang terbaik. Dan Rasulullah tidak suka jika kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum membuatnya memotong perkataannya dengan para pemuka kaum Quraisy, maka beliau berpaling darinya. Sehingga turunlah surat ini.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Allah menyebut dalam surah ini tentang Ibnu Ummi Maktum dalam kisahnya dengan sebutan { الْأَعْمَىٰ } dan tidak menyebutkan nama beliau secara langsung, hal ini bertujuan untuk melembutkan hati Nabi kepada Ibnu Ummi Maktum, serta untuk menjelaskan ketidak sengajaan dia memotong percakapan Nabi bersama pembesar-pembesar Kota Makka ketika itu, dan agar Nabi memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada seorang yang cacat, atau yang lebih dikenal saat ini dengan penyandang disabilitas.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

2. Disebabkan ada seorang buta yang meminta petunjuk kepada Nabi SAW, dia adalah Ibnu Ummi Maktum


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{karena seorang tuna netra telah datang kepadanya} karena datang kepadanya Abdullah bin Ummi Maktum RA


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Ayat 1-10
Sebab turunnya ayat-ayat mulia ini adalah seorang mukmin buta datang seraya bertanya kepada Nabi dan belajar dari beliau, kemudian ada orang kaya juga datang. Nabi amat ingin menunjukkan manusia, hanya saja beliau lebih condong pada orang kaya dan berpaling dari si buta lagi miskin demi mengharap agar si kaya mendapat petunjuk dan demi agar si kaya menyucikan hatinya. Lalu Allah menegurnya dengan tegurann lembut ini seraya berfirman;
“dia (Muhammad) bermuka masam” di wajah beliau, “dan berpaling” dengan raganya karena orang buta mendatanginya. Kemudian Allah menyebutkan manfaat menyambutnya seraya berfirman, “Tahukah kamu barangkali ia,” yakni orang buta tersebut, “ingin membersihkan dirinya (dari dosa),” yaitu membersihkan diri dari akhlak tercela dan ingin berakhlak terpuji, “atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya,” yakni, mendapatkan pengajaran tentang sesuatu sehingga ia mendapatkan manfaat dari pelajaran itu. Ini adalah manfaat besar dan itulah maksud diutusnya para rasul, maksud dari petuah orang yang memberi nasihat dan maksud dari peringatan orang yang memberi peringatan. Sambutanmu pada orang orang yang datang sendiri seraya memerlukanmu itu lebih layak dan wajib, sedangkan berpalingnya engkau pada orang kaya yang tidak memerlukanmu yang tidak mau bertanya dan meminta fatwa karena tidak memiliki keinginan pada kebaikan dan engkau tinggalkan orang lebih utama itu tidak layak bagimu. Tugasmu hanyalah memberi pengajaran, bila pun ia tidak mau mengambil pelajaran dengan membersihkan diri, engkau tidak akan dimintai pertanggung jawab atas perbuatan buruk yang ia lakukan.
Hal ini menunjukan pada kaidah masyhur; sesuatu yang telah diketahui tidak ditinggalkan untuk sesuatu yang belum jelas. Dan menyambut murid yang memerlukan dan penuh kemauan lebiih layak dari yang lainnya.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-16
Banyak mufasir menyebutkan bahwa Rasulullah SAW suatu hari berbicara dengan salah satu pembesar Quraisy, yang beliau sangat menginginkan dia masuk Islam. Ketika beliau SAW sedang berbicara dengan suara yang perlahan dengannya, tiba-tiba Ibnu Ummi Maktum yang merupakan salah seorang yang telah masuk Islam sejak lama datang. Kemudian dia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang sesuatu dengan pertanyaan yang mendesak. Dan Nabi SAW saat itu sangat menginginkan jika dia diam dan tidak mengganggunya, agar beliau dapat berbicara dengan orang yang diajak bicara itu karena beliau sangat menginginkannya mendapat petunjuk. Maka beliau bermuka masam terhadap Ibnu Ummi Maktum dan memalingkan wajah darinya serta hanya melayani yang lain. Maka Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1) karena telah datang seorang buta kepadanya (2) Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) (3)) yaitu menginginkan agar dirinya suci dan bersih dari segala dosa (atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? (4)) yaitu memperoleh pelajaran untuk dirinya sehingga dia menahan dirinya dari hal-hal yang diharamkan (Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (5) maka kamu melayaninya (6)) yaitu, adapun orang yang kaya, maka kamu melayaninya dengan harapan dia mendapat petunjuk (Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman) (7)) yaitu, kamu tidak akan bertanggungjawab mengenainya jika dia tidak mau membersihkan dirinya (Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) (8) sedangkan ia takut (kepada Allah) (9)) yaitu dengan sengaja datang kepadamu untuk mendapat petunjuk dengan apa yang kamu katakan kepadanya (maka kamu mengabaikannya (10)) yaitu, kamu mengacuhkan dia. Dan setelah kejadian ini Allah SWT memerintahkan kepada RasulNya SAW untuk tidak mengkhususkan peringatan terhadap seseorang saja, melainkan harus menyamakan di antara semuanya. tidak dibedakan antara orang yang mulia dan orang yang lemah, orang miskin dan orang kaya, orang merdeka dan budak, laki-laki dan perempuan, serta anak-anak dan orang dewasa. Kemudian Allah akan memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki kepada jalan yang lurus. MilikNyalah hikmah yang jelas dan hujjah yang kuat.
Diriwayatkan dari Anas, dia berkata tentang firman Allah SWT: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1)) Ibnu Ummi Maktum datang kepada Nabi SAW yang saat itu sedang berbicara dengan Ubay bin Khalaf, maka beliau SAW berpaling dari Ibnu Ummi Maktum, lalu Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (2) karena telah datang seorang buta kepadanya (2)) Maka setelah itu Nabi SAW selalu menghormatinya.
Firman Allah SWT: (Sekali-kali jangan (demikian, Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. ('Abasa: 11) yaitu, surah ini atau perintah menyamakan kedudukan antara semua manusia dalam menyampaikan pengetahuan, antara orang yang mulia dan orang yang lemah.
Qatadah dan As-Suddi berkata tentang firmanNya: (Sekali-kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan (11)) yaitu Al-Qur'an (maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya (12)) yaitu, barang siapa yang menghendaki, maka dia dapat mengingat Allah SWT dalam semua urusannya. Bisa ditafsirkan bahwa dhamirnya merujuk kepada wahyu berdasarkan konteks pembicaraan berkaitan dengannya.
Firman Allah SWT: (di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (13) yang ditinggikan lagi disucikan (14)) yaitu surah ini atau pelajaran ini, keduanya saling berkaitan, bahkan Al-Qur'an seluruhnya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yaitu diagungkan dan dimuliakan (yang ditinggikan) yaitu, mempunyai kedudukan tinggi (lagi disucikan) yaitu disucikan dari hal yang kotor, penambahan, dan pengurangan.
Firman Allah SWT: (di tangan para penulis (15))
Ibnu Abbas dan Ibnu Zaid berkata bahwa maknannya adalah para malaikat.
Qatadah berkata bahwa mereka adalah para ahli qiraat.
Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang shahih adalah bahwa “As-safarah” adalah para malaikat, yaitu para malaikat antara Allah SWT dengan makhlukNya. Dan termasuk di dalamnya yaitu dikatakan “As-safir” yaitu orang yang menghubungkan antara manusia dalam perdamaian dan kebaikan. Sebagaimana yang dikatakan penyair:
“Aku belum pernah mengabaikan perantara di antara kaumku, dan aku belum pernah berjalan untuk tujuan menipu”
Imam Bukhari berkata bahwa “safarah” adalah para malaikat. “Safarat” yaitu membuat perdamaian di antara mereka. Para malaikat yang menurunkan wahyu Allah SWT dan menyampaikannya itu seperti orang yang mendamaikan di antara kaum
Firman Allah SWT: (yang mulia lagi berbakti (16)) yaitu rupa mereka mulia, baik, dan terhormat. Akhlak dan perbuatan mereka baik, suci dan sempurna. Maka berdasarkan hal ini orang yang menghafal Al-Qur'an hendaknya berada dalam jalan yang lurus dan petunjuk dalam semua perbuatan dan ucapannya.
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang membaca Al-Qur'an, sedangkan dia pandai membacanya maka dia bersama dengan para malaikat safarah yang mulia dan berbakti. Adapun orang yang membacanya, sedangkan dia melakukannya dengan berat, baginya dua pahala”


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Nabi berpaling dari seorang laki-laki buta yang datang kepadanya, yaitu Abdullah bin Ummi maktum, dalam riwayat lain dikatakan bahwa namanya adalah : 'Amru bin Ummi maktum , Rasulllah sangat mencintai sahabatnya yang satu ini dia juga merupakan seorang muazzin di masjid beliau di kota Madinah , dan Rasulullah ﷺ pernah mengamanatkan kepadanya untuk menjadi imam sholat bagi jama'ah di madinah ketika Rasulullah ﷺ melakukan perjalanan keluar Kota , Abdullah bin Ummi maktum memiliki kedudukan yang tinggi diantara sahabat Nabi ﷺ .


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى "karena telah datang seorang buta kepadanya." Orang buta yang dimaksudkan pada ayat ini adalah Abdullah Bin Amer, Ibnu Ummi Maktum radhiyallaahu ‘anhu. Ia menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebelum hijrah ketika beliau masih berada di Mekah. Saat itu Nabi bersama pembesar-pembesar Quraisy, beliau sangat mengharapkan mereka masuk Islam. Dan sudah maklum jika tokoh-tokoh suatu kaum masuk islam akan menjadikan sebab masuk Islamnya orang-orang yang dibawah mereka. Harapan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat besar. Tiba-tiba datanglah sang buta ini kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan bahwa ia berkata: Ajarkanlah aku tentang apa yang telah Allah ajarkan kepada mu, ia meminta agar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca. Kala itu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berpaling, dan bermuka masam, dengan sangat berharap agar tokoh-tokoh itu bersedia masuk Islam. Seakan-akan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam jika mereka mencibirnya jika beliau mengarahkan wajahnya kepada lelaki buta, dan berpaling dari tokoh-tokoh itu, seperti yang dikatakan kaum Nabi Nuh: وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا “dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami”(QS. Hud: 27)
Pada kondisi masam dan berpalingnya wajah baliau, memperhatikan dua perkara: Pertama berharap agar para tokoh itu masuk islam. Kedua: Agar mereka tidak mencibir Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena ia melirik ke hadapan laki-laki buta itu yang rendah di sisi mereka, tidak diragukan lagi bahwa ini adalah ijtihad (pendapat) Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bukan berarti meremehkan Ibnu Ummi Maktum. Kerena kita tahu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak berkeinginan apapun kecuali menyeru kebenaran kepada hamba-hamba Allah, dan manusia di sisinya adalah sama, bahkan siapa saja yang paling menerima islam maka ia adalah yang paling beliau cintai. Inilah yang kita yakini tentang Raslullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat ‘Abasa ayat 2: 1-4. Pada awal-awal surat ini (ditujukan) sebagai petunjuk untuk Nabi dalam bergaul dengan orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslimin. Allah menjelaskan bahwa pada wajah Rasul nampak perubahan dan bermuka masam ketika telah datang padanya seorang yang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang menanyakan kepadanya berkenaan dengan urusan agama; Maka Rasul berpaling darinya karena Abdullah Ummi Maktum memotong ucapan Rasul ketika beliau sibuk berdakwah kepada pembesar-pembasar Quraisy yang keras kepala semisal : Utbah, Syaibah, Abu Jahl, dan Walid bin Mughirah yang Rasul mendambakan keislaman pada mereka. Kemudian Allah tegur Nabi dengan berkata : Tidaklah engkau (wahai Nabi) mengetahui dirinya dan dikabarkan berkenaan dengan keadaan orang yang buta ini, maka semoga ia dengan bertanya kepadamu aka menjadikan dirinya suci dari dosa-dosanya. Atau memberikan manfaat dengan apa yang ia dengar darimu kemudian ia berpikir dan menerangi hatinya dengan cahaya keimanan. Adapun pembesar-pembesar itu yang justru wajahnya berpaling, pura-pura buta dengan apa yang engkau dakwahkan, maka sungguh engkau telah menyampaikan dakwah kepada mereka dan tidak ada kewajiban bagimu kecuali hanya menyampaikan, dan sungguh telah engkau kerjakan. Dan Allah catat dengan firman-Nya : “Abasa wa Tawallaa”. Dan Allah tidak mengatakan : Engkau Muhammad bermuka masam dan telah berpaling, yang seolah-olah berbicara dengan seseorang yang lain (selain nabi). Karena maksud Allah hanyalah mengingatkan dan memberi petunjuk.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminta diberitahukan tentang ajaran Islam; lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bermuka masam dan berpaling darinya, karena Beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan harapan agar pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagi teguran kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat ‘Abasa Ayat 2

Nabi kurang berkenan sehingga bermuka masam karena seorang buta telah datang kepadanya, yaitu 'abdull'h bin ummi makt'm. Allah menegur nabi karena lebih mementingkan bertemu dengan pemuka quraisy untuk mengajak mereka masuk islam. Dalam pandangan Allah, semestinya nabi lebih mementingkan siapa pun yang betul-betul ingin mengamalkan ajaran islam, tidak peduli ia dari kalangan fakir miskin bahkan cacat. 'abdull'h terus memanggil-manggil nabi, sedang dia karena kebutaannya tidak tahu bahwa beliau sedang bersama para pemuka quraisy (lihat: surah al-an''m/6: 52; al-kahf/18: 28). 3. Wahai nabi Muhammad, kami menegur sikapmu yang demikian karena tahukah engkau barangkali dia datang menghadapmu untuk minta pengajaran darimu sebab dia ingin menyucikan dirinya dari dosa dan kesalahan masa lalunya'


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Itulah variasi penafsiran dari kalangan mufassirun terkait kandungan dan arti surat ‘Abasa ayat 2 (arab-latin dan artinya), moga-moga menambah kebaikan bagi kita semua. Bantulah perjuangan kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Cukup Banyak Dibaca

Telaah banyak materi yang cukup banyak dibaca, seperti surat/ayat: Asmaul Husna, Al-Kautsar, Al-Mulk, Al-Waqi’ah, Yasin, Al-Kahfi. Ada pula Al-Baqarah, Ar-Rahman, Al-Ikhlas, Shad 54, Do’a Sholat Dhuha, Ayat Kursi.

  1. Asmaul Husna
  2. Al-Kautsar
  3. Al-Mulk
  4. Al-Waqi’ah
  5. Yasin
  6. Al-Kahfi
  7. Al-Baqarah
  8. Ar-Rahman
  9. Al-Ikhlas
  10. Shad 54
  11. Do’a Sholat Dhuha
  12. Ayat Kursi

Pencarian: doa al ikhlas, surah al humazah, alam taro kaifa fa'ala robbuka, surat waqiah pembuka rezeki latin dan artinya, alhakumut takasur

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: