Surat Al-Waqi’ah Ayat 75
۞ فَلَآ أُقْسِمُ بِمَوَٰقِعِ ٱلنُّجُومِ
Arab-Latin: Fa lā uqsimu bimawāqi'in-nujụm
Artinya: Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.
« Al-Waqi'ah 74 ✵ Al-Waqi'ah 76 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Menarik Terkait Dengan Surat Al-Waqi’ah Ayat 75
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Waqi’ah Ayat 75 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan pelajaran menarik dari ayat ini. Ada kumpulan penjabaran dari banyak mufassir mengenai kandungan surat Al-Waqi’ah ayat 75, antara lain seperti tercantum:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
75-76. Allah bersumpah dengan tempat-tempat jatuhnya bintang di tempat terbenamnya, dan sesungguhnya itu adalah sumpah yang besar bila kalian mengetahui kadarnya,
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
75-76. Sumpah, demi tempat terbitnya bintang-bintang. Andai kalian mengetahui, ini adalah sumpah yang sangat agung tujuannya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
75. Allah bersumpah dengan orbit-orbit bintang dan letak-letaknya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
75. فَلَآ أُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُومِ (Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran)
Yakni dengan tempat-tempat jatuhnya bintang, yaitu tempat-tempat tenggelamnya.
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
75-77
1). { فَلَآ أُقْسِمُ بِمَوَٰقِعِ ٱلنُّجُومِ } "Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang" dengannya menjadi petunjuk dalam gelapnya daratan dan lautan, kemudian Aku mengikutkannya dengan apa yang menjadi petunjuk baginya dalam Kegelapan Kemusyrikan dan Kejahilan: { إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ } "Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia" dengannya menjadi petunjuk, maka renungkanlah antara sumpah dan jawabannya.
2). Menggambarkan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang mulia dengan firman-Nya: { إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ } “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia" di dalamnya terdapat keistimewaan, yaitu: bahwasanya kata-kata yang sering dibaca dan diulang-ulang akan menjadi hal yang biasa di mata dan telinga; Inilah sebabnya mengapa Anda melihat siapa pun yang mengatakan sesuatu di hadapan raja-raja, dia tidak menyebutkannya lagi atau mengulanginya, maka firman Allah ta'ala: { كَرِيمٌ } "yang sangat mulia" maksudnya: tidak menjadi hal sepele dengan seringnya dibaca, melainkan tetap selamanya seperti ucapan.
3). ) Al-Qur'an mulia dalam pahalanya; satu huruf bernilai sepuluh kebaikan, dan satu kebaikan bernilai sepuluh kebaikan yang serupa, dan ia mulia dalam pengaruhnya
terhadap hati dan kebaikannya. Sesungguhnya membaca Al-Qur'an melembutkan hati, mengharuskan kekhusyukan kepada Allah ta'ala, dan mulia dalam efeknya terhadap menyerukan manusia kepada syari'at Allah ﷻ.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
75. Kemudian Aku bersumpah demi tempat beredarnya bintang-bintang
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Aku bersumpah} Aku bersumpah, huruf “Laa” untuk menguatkan sumpah {demi tempat beredarnya bintang-bintang} tempat-tempat jatuhnya bintang di tempat terbenamnya di langit
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
75-76. Allah bersumpah dengan bintang-bintang dan tempat beredarnya, yaitu tempat jatuhnya di tempat-tempat terbenamnya dan apa yang Allah adakan di waktu-waktu tersebut berupa kejadian-kejadian yang menunjukkan keagungan, kebesaran, dan keesaanNYa. Kemudian Allah mengagungkan apa yang Dia bersumpah dengannya seraya berfirman, “Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui,” sumpah ini adalah sumpah yang agung, karena pada bintang-bintang, peredarannya, jatuhnya ditempat-tempat terbenamnya adalah merupakan tanda-tanda dan peringatan yang tidak mungkin dapat dihitung.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 75-82
Apa yang dikatakan mayoritas ulama bahwa ini memang sumpah dari Allah SWT. Dia bersumpah dengan menyebut apa yang Dia kehendaki dari makhlukNya, ini menunjukkan keagunganNya. Kemudian sebagian mufasir berkata bahwa huruf “la” merupakan zaidah. Maka bentuknya adalah "Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang" Pendapat ini diriwayatkan Ibnu Jarir dari Sa'id bin Jubair, dan yang menjadi jawab qasam itu adalah: (sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia (77))
Ulama lainnya berkata bahwa huruf “la” ini bukanlah zaidah yang tidak bermakna, bahkan didatangkan pada permulaan qasam, apabila yang menjadi objek sumpahnya dinafikan, seperti perkataan Aisyah.”Tidak, demi Allah, tangan Rasulullah SAW sama sekali belum pernah menyentuh tangan wanita lain" Demikian juga di sini, bahwa bentuknya adalah “Tidak, Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang, perkaranya tidaklah seperti yang kalian duga terhadap Al-Qur'an, bahwa Al-Qur'an itu sihir atau ilmu perdukungan, melainkan Al-Qur'an adalah bacaan yang mulia"
Ibnu Jarir berkata bahwa sebagian ulama bahasa Arab berkata tentang firmanNya: (Maka Aku bersumpah) bahwa urusan ini tidaklah seperti yang kalian katakan, kemudian sesudah itu dikatakan Aku bersumpah. Para mufasir berbeda pendapat tentang firmanNya: (tempat beredarnya bintang-bintang) Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud adalah berangsur-angsur turunnya Al-Qur'an, karena sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan dalam satu jumlah di malam Lailatul Qadar dari langit tertinggi ke langit dunia, kemudian diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur selama bertahun-tahun. Kemudian Ibnu Abbas membaca ayat ini.
Mujahid juga berkata bahwa yang dimaksud adalah tempat beredarnya bintang-bintang di langit. Dikatakan bahwa maknannya adalah tempat terbitnya bintang-bintang.
Demikian juga dikatakan Al-Hasan dan Qatadah dan inilah yang dipilih Ibnu Jarir.
Diriwayatkan dari Qatadah bahwa makna yang dimaksud adalah tempat beredarnya bintang-bintang.
Firman Allah: (Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui (76)) yaitu, sesungguhnya sumpah yang Aku sampaikan ini benar-benar sumpah yang besar. Seandainya kalian mengetahui kebesarannya, maka kalian memuliakan apa yang disebutkan di dalamnya (sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang mulia (77)) yaitu, Al-Qur'an yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW benar-benar kitab yang agung (pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz) (78)) yaitu dimuliakan di dalam kitab yang dimuliakan, dipelihara dan diagungkan.
(tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan)
Ibnu Zaid berkata bahwa orang-orang Quraisy mempunyai dugaan bahwa Al-Qur'an ini diturunkan oleh setan. Maka Allah memberitahukan bahwa Al-Qur'an ini tidak dapat disentuh kecuali oleh orang-orang yang disucikan, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan (210) Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa (211) Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur’an itu (212) (Surah Asy-Syu'ara’) Pendapat ini cukup baik dan tidak menyimpang dari pendapat-pendapat yang sebelumnya.
Ulama lainnya berkata tentang firmanNya: (tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan (79)) yaitu yang suci dari junub dan hadas. Mereka berkata bahwa kata ayat merupakan kalimat berita, tetapi makna yang dimaksud adalah perintah. Mereka berkata bahwa yang dimaksud dengan Al-Qur'an di sini adalah mushaf, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW melarang bepergian membawa Al-Qur'an ke negeri musuh karena dikhawatirkan Al-Qur'an itu dirampas oleh musuh. Dan mereka menguatkan pendapatnya dengan hadits yang diriwayatkan Imam Malik dalam kitab Muwatta'nya dari Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm tentang dengan surat yang dikirim Rasulullah SAW kepada Amr bin Hazm, bahwa tidak boleh menyentuh Al-Qur'an kecuali orang yang suci.
Firman Allah SWT: (Diturunkan dari Tuhan alam semesta (80)) yaitu, Al-Qur'an ini diturunkan dari Allah Tuhan alam semesta, dan bukanlah seperti apa yang mereka katakan bahwa Al-Qur'an adalah sihir, ilmu perdukunan atau syair, bahkan Al-Qur’an itu benar yang tidak ada keraguan padanya, dan tidaklah di baliknya kebenaran yang bermanfaat.
Firman Allah SWT: (Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur’an ini? (81))
Mujahid berkata tentang firmanNya, (menganggap remeh) yaitu kalian ingin mendukung dan bersandar kepada mereka dalam hal itu.
(kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah) (82)) Sebagian ulama berkata tentang firmanNya: (kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan)) yaitu rasa syukur kalian (dengan mendustakan (Allah)) yaitu kalian mendustakannya sebagai ganti bersyukur. Diriwayatkan dari Ali dan Ibnu Abbas bahwa keduanya membaca ayat ini dengan bacaan berikut: "Dan kalian menjadikan rasa syukur kalian dengan mendustakan". Ibnu Jarir berkata bahwa telah diriwayatkan dari Al-Haitsam bin Addi, bahwa menurut dialek kabilah Azad Syanu’ah disebutkan “Razaqa Fulanun” maknannya Fulan bersyukur.
Mujahid berkata tentang firmanNya: (kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah) (82)) dia berkata bahwa ucapan mereka tentang bintang-bintang itu. ”Kami diberi hujan oleh bintang ini dan bintang itu" Maka demikian juga dijawab, "Katakanlah bahwa hujan dan rezeki itu dari sisi Allah"
Qatadah berkata bahwa Hasan Al-Bashri bahwa seburuk-buruk apa yang diambil oleh suatu kaum untuk diri mereka sendiri adalah tidaklah mereka diberi rezeki berupa Kitab Allah, melainkan mendustakannya. Makna yang dimaksud dari ucapan Al-Hasan ini adalah,”Kalian menjadikan bagian kalian dari Kitab Allah adalah dengan mendustakannya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman sebelumnya: (Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur’an ini? (81) Kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah) (82))
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Waqi’ah ayat 75: Allah bersumpah dengan tempat jatuhnya bintang-bintang di langit bagian barat.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Waqi’ah Ayat 75
75-76. Usai menjelaskan tanda-tanda kekuasan-Nya, Allah beralih menguraikan kemuliaan Al-Qur'an. Kemudian aku bersumpah dengan salah satu tanda kekuasaan-ku, yaitu tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya, bila manusia mau memikirkan betapa teraturnya bintang-bintang yang beredar pada posisinya itu, mereka akan tahu bahwa sumpah ini benar-benar sumpah yang besar, kalau kamu mengetahui. '75-76
📚 Tafsir Tematis / Team Asatidz TafsirWeb
Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan bintang dan mawaaqi’, yakni jatuhnya di tempat tenggelamnya dan apa yang Allah adakan pada waktu itu berupa kejadian-kejadian yang menunjukkan kebesaran-Nya, keagungan-Nya dan keesaan-Nya. Dan pada ayat selanjutnya, Dia perbesar perkara sumpah ini.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah sekumpulan penjabaran dari berbagai ulama terkait isi dan arti surat Al-Waqi’ah ayat 75 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah bagi kita bersama. Sokong perjuangan kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.