Surat Al-Fath Ayat 1
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِينًا
Arab-Latin: Innā fataḥnā laka fat-ḥam mubīnā
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata,
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Pelajaran Berharga Berkaitan Surat Al-Fath Ayat 1
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Fath Ayat 1 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai pelajaran berharga dari ayat ini. Didapati berbagai penjabaran dari berbagai mufassirin berkaitan kandungan surat Al-Fath ayat 1, antara lain seperti termaktub:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Sesungguhnya Kami memberimu (wahai Rasul) kemenangan yang nyata, dalam kemenangan itu Allah meninggikan agamamu dan memenangkanmu atas musuhmu. Kemenangan ini adalah perjanjian damai Hudaibiyah yang menjamin keamanan manusia sebagian dari sebagian yang lain, yang membuat lingkaran dakwah Islam menjadi meluas, siapa yang ingin mengetahui kebenaran Islam bisa mengetahuinya, dalam masa tersebut manusia masuk ke dalam agama Allah dalam jumlah besar, karena itu Allah menamakannya dengan kemenangan yang nyata, yakni tampak dan jelas.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
1-3. Allah memberi kabar gembira bagi Rasulullah dan orang-orang beriman berupa penakhlukan yang akan terjadi: “Hai Rasulullah, Kami -dengan keagungan dan kuasa Kami- akan memberimu penakhlukan yang besar dengan kemenangan kebenaran atas kebatilan pada perjanjian Hudaibiyah, karena ia akan mendatangkan kemaslahatan yang besar dan akan terealisasi penakhlukan-penakhlukan yang datang berturut-turut, dan penakhlukan itu membutuhkan usaha yang besar, agar Allah mengampuni dosamu yang telah berlalu dan yang akan datang.
Ayat ini juga mengandung kabar gembira lain bagi Rasulullah, bahwa beliau mendapat keistimewaan ampunan ini dan Allah akan menyempurnakan kenikmatan baginya dengan memerangkan agama Islam dan menyebarkannya, memberi beliau petunjuk kepada agama Islam, dan menolong beliau dengan pertolongan yang kuat.
Diriwayatkan dari Anas, maksud dari (إنا فتحنا لك فتحا مبينا) yakni perjanjian Hudaibiyah. (Shahih al-Bukhari, kitab tafsir, surat al-Fath, bab (ayat ini) 8/447 no. 4834. Dan al-Bukhari meriwayatkannya juga dari al-Barra’ (Shahih al-Bukhari, kitab peperangan-peperangan, perang Hudaibiyah, no. 4150)).
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kemenangan kepadamu -wahai Rasul- dengan kemenangan yang nyata dengan perjanjian Hudaibiyah.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Keutamaan: Surat ini turun kepada Nabi SAW setelah perjanjian Hudaibiyah. Diriwayatkan dari Ahmad dan Bukhori dan lainnya, dari Umar bahwa Nabi SAW bersabda: “Kemarin malam telah turun surat yang lebih aku cintai dari pada dunia seisinya, yaitu surat Inna fatahna laka...”
1. Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepadamu kemenangan yang nyata, berupa pertolongan dari orang-orang musyrik melalui peristiwa Huadaibiyah. Surat Al fath ini turun di antara Makkah dan Madinah pada saat peristiwa Hudaibiyah dari awal hingga akhir.
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepadamu kemenangan yang nyata} Kami telah memberimu keputusan yang agung kepadamu dengan perjanjian Hudaibiyah
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
1. Kemenangan yang disebutkan di atas adalah Perjanjian Hudaibiyah yaitu ketika kaum musyrikin mencegah Rasulullah yang hendak melaksanakan umrah sebagaimana yang tertera dalam kisah yang panjang. Di akhir kisahnya Rasulullah berdamai dengan mereka untuk tidak berperang di antara kedua belah pihak dalam waktu sepuluh tahun. Rasulullah umrah pada tahun mendatang, bagi siapa pun yang ingin masuk dalam pihak kaum Quraisy dipersilahkan dan bagi siapa pun yang ingin masuk dalam pihak Rasulullah dipersilahkan.
Dampak baik dari perjanjian ini adalah ketika semua pihak saling memberi rasa aman satu sama lain, kawasan dakwah untuk agama Allah pun semakin lluas, sehingga semua orang yang ingin masuk Islam di wilayah mana pun kala itu bisa melakukannya, dan dimungkinkan bagi yang memiliki tekad bulat untuk untuk mendalami hakikat Islam. Kemudian pada waktu itu orang-orang pun masuk ke dalam Agama Allah secara bergelombang, dan karena itulah disebut oleh Allah sebagai kemenangan dan juga kemenangan nyata, yaitu kemenangan yang jelas dan Nampak. Karena yang dimaksudkan dari penaklukan negeri-negeri kaum musyrikin adalah agar Agama Allah tegak dan kaum Muslimin meraih kemenangan di mana hal ini tercapai dalam kemenangan tersebut.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 1-3
Surah yang mulia ini diturunkan ketika Rasulullah SAW kembali dari Hudaibiyah dalam bulan Dzulqa'dah tahun keenam Hijriyah. Saat itu Rasulullah SAW dihalangi orang-orang musyrik untuk sampai ke Masjidil Haram untuk menunaikan umrah beliau. Mereka menghalangi beliau dari hal itu. Kemudian mereka cenderung mengadakan perjanjian perdamaian dan gencatan senjata, yaitu Nabi SAW kembali pada tahun itu dan datang lagi tahun selanjutnya. Lalu Nabi SAW menerima persyaratan itu, sekalipun ada sejumlah sahabat yang tidak suka. Di antara mereka adalah Umar bin Khattab, seperti yang diterangkan kemudian pada tempatnya dari tafsir surah ini, jika Allah menghendaki. Setelah beliau SAW menyembelih hewan kurbannya mengingat umrah beliau dibatalkan karena terhalang, beliau pulang, maka Allah SWT menurunkan surah ini kepada beliau yang mengandung perkara tentang beliau dan mereka. Dia menjadikan perdamaian itu sebagai kemenangan dengan mengungkapkan kemaslahatan yang terkandung di dalamnya dan kemenangan di masa mendatang akan berpihak kepada beliau.
Diriwayatkan dari Al-Barra, dia berkata,"Kalian menganggap kemenangan itu adalah kemenangan atas Makkah, padahal kemenangan atas Makkah adalah suatu kemenangan, dan kami beranggapan bahwa kemenangan yang sesungguhnya adalah pada baiat Ridwan di hari perjanjian Hudaibiyah. Saat itu kami bersama Rasulullah SAW berjumlah empat ratus orang, dan Hudaibiyah adalah sebuah sumur, lalu kami buat sumur itu kering sehingga tidak ada setetes air pun yang tersisa. Berita tentang itu sampai kepada Rasulullah SAW, lalu beliau mendatanginya dan duduk di pinggirnya. Kemudian meminta sewadah air, lalu beliau berwudhu dengannya dan berkumur. Setelah itu beliau berdoa, lalu menuangkan air bekas wudhunya itu ke dalam sumur itu. Kemudian kami meninggalkan sumur itu tidak jauh dari kami, dan tidak lama kemudian ternyata sumur itu bersumber airnya dengan deras sehingga dapat mencukupi kebutuhan air kami sesuka kami, dan kebutuhan unta-unta kami"
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa ini diturunkan kepada nabi SAW: (supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang) saat kepulangan beliau dari Hudaibiyah. Nabi SAW bersabda tentang surah itu,”Sungguh tadi malam telah diturunkan kepadaku suatu ayat yang lebih aku sukai daripada semua yang ada di muka bumi ini” Kemudian Nabi SAW membacakannya kepada mereka, dan mereka berkata,"Selamatlah bagimu, ya Nabi Allah. Allah telah menerangkan apa yang akan Dia lakukan untukmu, lalu apakah yang akan Dia lakukan untuk kami?" Maka turunlah firmanNya kepada Nabi SAW: (supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai) sampai firmanNya: (adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah) (Surah Al-Fath: 5)
Firman Allah SWT: (supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang) Ini merupakan kekhususan beliau SAW yang tidak ada seorangpun menyainginya dalam hal itu. Bukan juga termasuk ke dalam hal itu dalam hadits shahih tentang pahala amal perbuatan bagi yang lainnya, yaitu:"Maka Allah memberi ampunan baginya terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang" Ini merupakan kehormatan yang agung bagi Rasulullah SAW. Beliau SAW dalam semua urusannya selalu taat, berbakti, dan istiqamah dalam tingkatan yang belum pernah diraih oleh seorang manusiapun, baik dari kalangan orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang kemudian. Beliau SAW adalah manusia paling sempurna secara mutlak dan pemimpin mereka di dunia dan akhirat. Mengingat beliau SAW adalah hamba Allah yang paling menghormati perintah-perintah dan larangan-laranganNya, maka beliau bersabda ketika unta beliau berhenti karena dihentikan Tuhan yang menahan tentara bergajah, kemudian beliau bersabda:”Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, tidaklah pada hari itu, mereka meminta sesuatu kepadaku yang dengannya mereka mengagungkan syiar-syiar Allah melainkan aku memenuhi permintaan mereka” Oleh karena itu beliau SAW taat kepada Allah dalam hal itu dan menyetujui perjanjian perdamaian, maka Allah SWT berfirman kepadanya: (Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (1) supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu) yaitu melalui apa yang Dia perintahkan kepadamu berupa syariat yang agung dan agama yang lurus (dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)) yaitu di dunia dan akhirat (dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus) Hal ini karena engkau tunduk kepada perintah Allah, maka Dia meninggikan kamu dan menolongmu dalam menghadapi musuh-musuhmu. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih:”Tidak sekali-kali Allah menambah maafNya kepada seseorang hamba, melainkan menambahkan kemuliaan kepadanya, dan tidaklah seseorang berendah diri karena Allah SWT, melainkan Allah akan meninggikannya”
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Fath ayat 1: Allah memulai surat ini dengan kabar yang dikabarkan kepada Nabi ﷺ bahwa Allah menaklukkan dengan membuka dengan jelas dan nampak sebagai pemisah antara yang haq dan bathil. Yaitu sebuah perjanjian yang sempurna di Hudaibiyyah dan yang setelahnya adalah masuknya manusia dalam agama Allah secara berbondong-bondong.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Habib bin Abi Tsabit ia berkata, “Aku mendatangi Abu Wa’il untuk bertanya kepadanya, lalu ia berkata, “Kami berada di Shiffin, lalu ada seorang yang berkata, “Tidakkah engkau melihat orang yang diajak kepada kitab Allah Ta’ala.” Maka Ali berkata, “Ya (aku lebih berhak kembali kepadanya).” Sahl bin Hunaif berkata (kepada orang-orang yang mengusulkan dilanjutkan peperangan), “Salahkanlah diri kamu! Sungguh, kami telah menyaksikan keadaan kami pada hari Hudaibiyah –yakni perjanjian damai yang terjadi antara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan kaum musyrik-, kalau sekiranya kami melihat bahwa berperang (lebih baik), tentu kami melakukannya.” Kemudian (ketika itu) Umar datang dan berkata, “Bukankah kita di atas yang hak, sedangkan mereka di atas yang batil, dan bukankah orang yang terbunuh di antara kita di surga dan orang yang terbunuh di antara mereka di neraka?” Beliau menjawab, “Ya.”Ia (Umar) berkata, “Lalu mengapa kita memberikan kerendahan dalam agama kita dan kita pulang, sedangkan Allah belum memberikan keputusan di antara kita?” Beliau menjawab, “Wahai Ibnul Khaththab, sesungguhnya aku Rasulullah dan Dia tidak akan menyia-nyiakan aku selamanya.” Maka Umar kembali dalam keadaan marah, dan tidak sabar sampai ia datang kepada Abu Bakar, dan berkata, “Wahai Abu Bakar! Bukankah kita di atas yang hak, sedangkan mereka di atas yang batil?” Abu Bakar menjawab, “Wahai Ibnul Khaththab! Sesungguhnya Beliau adalah Rasulullah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan Beliau selamanya.” Maka turunlah surah Al Fat-h. (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, dan di sana disebutkan, “Maka turunlah Al Qur’an kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Beliau mengirim seseorang kepada Umar untuk membacakan surah itu kepadanya. Maka Umar berkata, “Wahai Rasulullah, apakah itu pertanda kemenangan?” Beliau menjawab, “Ya.” Maka senanglah hatinya.)
Menurut Pendapat sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan kemenangan itu ialah kemenangan penaklukan Mekah, dan ada yang mengatakan penaklukan negeri Rum dan ada pula yang mengatakan perdamaian Hudaibiyah. tetapi kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud di sini ialah perdamaian Hudaibiyah. Menurut Syaikh As Sa’diy, Kemenangan yang disebutkan ini adalah perdamaian Hudaibiyah saat orang-orang musyrik menghalangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang berumrah ke Mekah, dimana hal ini berujung dengan diadakan perjanjian damai antara Beliau dengan kaum musyrik selama sepuluh tahun, dan Beliau harus berumrah pada tahun depan, dan bahwa siapa saja yang ingin masuk ke dalam ikatan dan sekutu orang-orang Quraisy silahkan masuk ke dalamnya, dan barang siapa yang ingin masuk ke dalam ikatan dan sekutu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka silahkan masuk ke dalamnya. Dengan sebab itu, orang-orang merasakan kemananan dan dakwah kepada agama Allah semakin meluas, setiap mukmin dapat dengan bebas melakukannya, dan orang yang ingin mengetahui hakikat Islam dapat mengetahuinya sehingga pada masa itu banyak orang-orang yang memeluk Islam. Oleh karena itulah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menamainya dengan kemenangan dan menyifatinya bahwa kemenangan tersebut adalah kemenangan yang nyata, yakni jelas. Hal itu, karena maksud menaklukkan negeri-negeri orang-orang musyrik adalah untuk menguatkan agama Allah dan memenangkan kaum muslimin, dan hal ini tercapai dengannya. Dari Fath-h (kemenangan) ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mewujudkan beberapa hal, firman-Nya, “Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus,”Hal itu –wallahu a’lam- disebabkan ketaatan yang banyak yang dihasilkannya, dan masuknya manusia ke dalam agama Allah dalam jumlah besar, dan karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam siap memikul syarat-syarat yang tidak ada yang sabar kecuali para rasul ulul ‘azmi, dan hal ini termasuk keutamaan dan kemulian Beliau yang besar, bahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah mengampuni dosa-dosa Beliau yang lalu maupun yang akan datang.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Fath Ayat 1
Sungguh, kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata yang tidak ada keraguan sedikitpun tentang kemenangan itu. 2-3. Agar Allah memberikan ampunan kepadamu, wahai nabi Muhammad atas dosamu, yakni kekeliruan yang dapat dianggap sebagai dosa sesuai dengan kedudukanmu yang mulia, baik kekeliruan yang terjadi di masa yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dengan meluhurkan agamamu dan menunjukimu ke jalan yang lurus yang membimbingmu kepada keridaan tuhan, dan agar Allah menolongmu terhadap musuh-Musuhmu dengan pertolongan yang kuat yang tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian pelbagai penafsiran dari berbagai mufassirin berkaitan isi dan arti surat Al-Fath ayat 1 (arab-latin dan artinya), moga-moga berfaidah bagi ummat. Support perjuangan kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.