Surat Al-Baqarah Ayat 20

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

يَكَادُ ٱلْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَٰرَهُمْ ۖ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم مَّشَوْا۟ فِيهِ وَإِذَآ أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا۟ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَٰرِهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Arab-Latin: Yakādul-barqu yakhṭafu abṣārahum, kullamā aḍā`a lahum masyau fīhi wa iżā aẓlama 'alaihim qāmụ, walau syā`allāhu lażahaba bisam'ihim wa abṣārihim, innallāha 'alā kulli syai`ing qadīr

Artinya: Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

« Al-Baqarah 19Al-Baqarah 21 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Tafsir Berharga Terkait Dengan Surat Al-Baqarah Ayat 20

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 20 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam tafsir berharga dari ayat ini. Terdapat beragam penjelasan dari berbagai mufassir terhadap kandungan surat Al-Baqarah ayat 20, antara lain sebagaimana tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Begitu dekatnya dari dahsyatnya cahaya kilat menyambar pandangan mereka, walaupun  demikian setiap kali  cahaya menerangi mereka, maka mereka berjalan pada cahaya itu,  dan jika cahayanya menghilang maka jalan pun menjadi gelap bagi mereka sehingga mereka menghentikan langkah di tempat mereka . dan seandainya bukan karena Allah menunda siksa bagi mereka pastilah Allah akan mencabut pendengaran dan penglihatan mereka. Dan Allah Maha Kuasa atas hal tersebut di setiap waktu dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

20. Kilat itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan mereka karena kilauan cahayanya yang sangat kuat, sehingga merekapun dalam keadaan bahaya meski saat mendapat cahaya, walaupun cahaya itu sedikit membantu mereka untuk berjalan; namun jika cahaya itu telah hilang maka mereka kembali berhenti dan kebingungan.

Kalaulah Allah berkehendak niscaya Dia akan mengambil pendengaran mereka dengan suara petir yang menggelegar dan mengambil penglihatan mereka dengan cahaya kilat yang menyilaukan. Kemudian Allah menyebutkan alasan hal itu dengan firman-Nya:
(إن الله على كل شيء قدير)
Yakni, Dzat yang memiliki segala sifat kesempurnaan yang mampu melakukan itu dan melakukan segalanya.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

20. Kilat itu nyaris membutakan mata mereka karena kuatnya kilauan dan cahayanya. Setiap kali kilat itu muncul dan bersinar mereka bergerak maju. Jika kilat itu tidak menunjukkan sinarnya mereka bertahan di tengah kegelapan dan tidak bisa bergerak. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka dengan kekuasaan-Nya yang mencakup segala sesuatu, sehingga mereka tidak bisa lagi mendengar dan melihat, karena mereka telah berpaling dari kebenaran. Hujan itu adalah perumpamaan bagi Al-Qur`ān, suara petir itu adalah perumpamaan bagi larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan sinar kilat itu adalah perumpamaan bagi kebenaran yang kadang-kadang muncul untuk mereka, sedangkan menutup telinga karena kerasnya suara petir adalah perumpamaan bagi sikap mereka yang berpaling dari kebenaran dan keengganan mereka menerimanya. Titik kesamaan antara orang-orang munafik dan orang-orang yang ada di dalam dua perumpamaan tersebut ialah tidak bisa mengambil manfaat yang ada. Dalam perumpamaan dengan api, orang yang menyalakan api itu tidak mendapatkan manfaat apapun selain kegelapan dan sisa-sisa pembakaran. Sedangkan dalam perumpamaan air, orang-orang yang ditimpa air hujan itu tidak mendapatkan manfaat apa-apa selain petir dan kilat yang membuat mereka ketakutan. Begitu juga dengan orang-orang munafik, mereka tidak melihat apapun di dalam Islam selain kekerasan.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

20. يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ (Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka)
Yakni hampir-hampir ayat-ayat al-Qur’an yang jelas itu membuka aib-aib para orang munafik

كُلَّمَآ اَضَاۤءَ لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ (Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu)
Yakni apabila harta dan anak-anak mereka banyak dan mendapatkan harta rampasan perang dan menakhlukkan maka mereka berjalan sambal berkata: sesungguhnya agama Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah agama yang benar. Dan merekapun mencoba untuk istiqamah diatas agama islam.

وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا (dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti)
Yakni apabila harta mereka musnah dan musibah menimpa mereka, mereka berkata: ini disebabkan oleh agama Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dan merekapun murtad dari agama Allah.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Orang-orang munafik itu seperti orang yang menerjang petir, mereka berjalan dalam cahaya namun berhenti dalam kegelapan. Ketika kondisi materi keduniaan mereka membaik, mereka mengambil keuntungan dari kenikmatan-kenikmatan itu. Mereka mengumumkan keimanan mereka dan menegakkan Islam. Akan tetapi ketika mereka mendapatkan cobaan, mereka berhenti berjalan, marah, memakai pakaian kafir mereka dan menunjukkan kemunafikan mereka. Dan Allah berkuasa untuk tidak membuat mereka cacat sedikitpun. Apabila berkehendak, niscaya Dia akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Hampir saja} hampir {kilat itu menyambar} mengambil dengan sangat cepat {penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu. Apabila gelap menyelimuti mereka, mereka berdiri} mereka diam di tempat {Sekiranya Allah berkehendak, niscaya Dia menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

20. ”Setiap kali kilat itu menyinari mereka, ” yakni kilat dalam kegelapan-kegelapan tersebut, ”mereka berjalan dibawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti, ” yakni mereka diam.
Seperti itulah kondisi orang-orang munafik ketika mereka mendengarkan al-Qur’an, perintah-perintahnya, larangan-larangannya, janji dan ancamannya. Mereka meletakkan jari jemari mereka pada telinga-telinga mereka dan mereka berpaling dari perintahnya, larangannya, janjinya dan ancamannya, lalu ancamannya mengusik mereka, janji-janjinya mengganggu mereka, dan mereka berpaling darinya dengan sekuat tenaga, hingga membuat mereka lebih kokoh, mereka membencinya seperti seorang yang terkena hujan dan ia mendengar guruh lalu meletakkan jari jemarinya pada kedua telinganya karena takut dari kematian. Orang seperti ini masih mempunyai kemungkinan memperoleh keselamatan, adapun orang-orang munafik, dari manakah mereka memperoleh keselamatan, padahal Allah ta’ala mengawasi mereka, baik dengan Kuasa maupun ilmuNya, dan mereka tidak akan lepas dariNya dan tidak mampu melemahkan-Nya, bahkan Dia akan mencatat perbuatan-perbuatan mereka lalu kelak akan memberikan balasan atasnya dengan balasan yang setimpal.
Dan ketika mereka diuji dengan ketulian, kebutaan, dan kebisuan maknawi serta tertutupnya pintu-pintu keimanan bagi mereka, Allah berfirman, “jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka” yaitu yang bersifat nyata. Ini merupakan sebuah tindakan agar mereka takut, dan peringatan dari hukuman dunia, agar mereka berhati-hati lalu mengambil pelajaran dari sebagian kejahatan dan kemunafikan mereka. “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” Dia tidaklah lemah terhadap apa pun, dan di antara KuasaNya adalah bahwa apabila Dia menghendaki sesuatu, niscaya Dia lakukan, tanpa ada yang bisa menghalangi dan tanpa ada yang bisa merintangi.
Dalam ayat ini ada ayat-ayat yang semisalnya ada sebuah jawaban terhadap golongan al-Qadariyah yang berpendapat bahwasanya perbuatan-perbuatan mereka tidaklah termasuk dalam Kuasa Allah ta’ala, karena perbuatan-perbuatan mereka termasuk bagian dari hal-hal yang masuk dalam firmanNya, “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ini merupakan perumpamaan lain yang dibuat oleh Allah SWT untuk orang-orang munafik. Mereka adalah kaum yang terkadang melihat kebenaran dan terkadang meragukannya. Lalu hati mereka selalu bergejolak dalam keragu-raguan, kekafiran, dan kebimbangan seperti (Atau seperti hujan lebat).
"Ash-Shaibu" artinya adalah hujan, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, beberapa sahabat, Abu Al-‘Aliyah, Mujahid, Sa'id bin Jubair, ‘Atha, Hasan Al-Bashri, Qatadah, ‘Athiyyah Al-‘Aufi, ‘Atha’ Al-Khurasani, As-Suddi, dan Ar-Rabi' bin Anas.
Ad-Dhahhak berkata, bahwa (Ash-Shaibu) maknanya adalah awan. Makna yang lebih populer adalah hujan yang turun dari langit, yang terjadi dalam keadaan gelap; Hal itu merujuk pada keraguan, kekafiran, dan kemunafikan.
(Ar-Ra’du) adalah sesuatu yang membuat hati gelisah karena ketakutan; karena ketakutan dan kengerian yang sangat parah itu berpengaruh bagi orang-orang munafik, dan kengerian; sebagaimana Allah SWT berfirman (Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka) [Surah Al-Munafiqun: 4], dan juga berfirman: (Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu) (56) Jikalau mereka memperoleh tempat perlindunganmu atau gua-gua atau lobang-lobang (dalam tanah) niscaya mereka pergi kepadanya dengan secepat-cepatnya. (57) [At-Taubah].
(Al-Barqu) yaitu cahaya keimanan yang menyilaukan di hati-hati orang-orang munafik pada beberapa waktu; karena itu Allah berfirman: (mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir) maknanya yaitu tidak berguna sedikitpun kewaspadaan mereka, karena Allah meliputi mereka dengan kekuasaanNya, dan mereka berada di bawah kehendak dan keinginanNya; sebagaimana Allah SWT berfirman (Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang (17) (yaitu kaum) Fir'aun dan (kaum) Tsamud? (18) Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan (19) padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka (20)) [Al-Buruj].
Kemudian dikatakan (Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka) karena kekuatannya yang sangat dahsyat, dan kelemahan penglihatan, serta hilangnya keyakinan untuk beriman.
Dari Ibnu Abbas, berkata bahwa (Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka) maksudnya yaitu hampir saja ayat-ayat Al-Quran menyingkap aib orang-orang munafik.
Dari Ibnu Abbas berkata bahwa (Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka) itu karena kekuatan besar dari cahaya kebenaran itu (Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti), maknanya yaitu setiap kali sedikit keimanan tampak bagi mereka, mereka bergembira karenanya dan mengikutinya, dan terkadang keraguan datang kepada mereka, dan menjadikan hati mereka gelap, dan mereka berhenti dalam keadaan bimbang.
Dari Ibnu Abbas, berkata,”makna (Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu) yaitu, setiap kali mereka merasakan dampak dari kemuliaan Islam, mereka merasa tenang, dan jika Islam menghadapi kesulitan, mereka kembali kepada kekafiran, seperti firman Allah SWT: (Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat) [Surah Al-Hajj: 11].
Dari Ibnu Abbas berkata, bahwa makna (Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti) yaitu mereka mengetahui dan membicarakan tentang kebenaran, lalu dalam perkataannya mereka akan berpegang teguh pada hal itu, namun ketika mereka tergoda dengan kekafiran (mereka bimbang), yaitu kebingungan.
Hal ini juga dikatakan oleh Abu Al-‘Aliyah, Hasan Al-Bashri, Qatadah, dan Ar-Rabi' bin Anas, dan As-Suddi dengan dengan sanadnya dari para sahabat; dan ini adalah pendapat yang paling benar dan jelas. Hanya Allah yang lebih Mengetahui.
Begitulah keadaan mereka pada hari kiamat, ketika manusia diberi cahaya sesuai keimanannya, yaitu sebagian dari mereka ada yang diberi cahaya yang akan menerangi jalannya dengan jarak yang sangat jauh atau bahkan lebih dari itu, ada pula yang cahayanya sesekali padam dan menyala, dan ada yang berjalan di atas shirat dengan sesekali berhenti, serta ada yang cahayanya padam sepenuhnya, dan mereka itu murni orang-orang munafik yang disebutkan oleh Allah SWT (Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)" [Surah Al-Hadid: 13]).
Allah SWT berfirman tentang hak orang-orang beriman: ((yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai) [Al-Hadid: 12]. Allah SWT juga berfirman: (pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". [Surah At-Tahrim: 8].
Dari Abdullah bin Mas'ud berkata makna (sedang cahaya mereka memancar di hadapan) [Surah At-Tahrim: 8] maknanya yaitu sesuai dengan amal perbuatan, mereka akan melewati shirat, di antara mereka ada yang cahayanya seperti gunung, ada yang cahayanya seperti pohon kurma, dan yang paling redup cahayanya di antara mereka, adalah orang yang cahayanga ada di ibu jarinya yang sesekali menyala dan padam.
Ad-Dhahhak bin Muzahim berkata, Setiap orang yang memperlihatkan keimanannya di dunia, pada hari kiamat akan diberi cahaya. Lalu, ketika dia mencapai shirat, cahaya orang-orang munafik padam. Ketika orang-orang mukmin melihat itu, mereka menjadi khawatir dan berkata: (Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu) [Surah At-Tahrim: 8]
Ketika hal ini telah ditetapkan, orang-orang terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu orang-orang mukmin yang murni dan mereka itu adalah orang-orang yang digambarkan di empat ayat pertama surah Al-Baqarah; orang-orang kafir yang murni dan mereka itu adalah orang-orang yang dijelaskan di dua ayat setelahnya; orang-orang munafik dan mereka itu terdiri dari dua kelompok: orang-orang yang murni munafik, yaitu orang-orang yang diumpamakan sebagai orang yang menyalakan api, dan orang-orang munafik yang ragu-ragu; terkadang tampak pada diri mereka kilauan iman dan terkadang memudar; mereka lah orang yang diumpamakan seperti air (hujan), dan mereka lebih lemah kondisinyaa daripada orang-orang yang disebutkan sebelumnya.
Kedudukan ini menyerupai beberapa aspek yang disebutkan dalam surah An-Nur berupa perumpamaan orang beriman. Sesuatu yang ditempakan oleh Allah di dalam hatinya berupa petunjuk dan cahaya (diumpamakan) dengan lampu dalam kaca yang berkilau seperti bintang yang bercahaya seperti mutiara. Itu adalah hati orang mukmin yang bersinar karena keiimanannya dan pengaplikasiannya atas syariat yang murni tanpa noda atau campuran hal lainnya, seperti yang akan dijelaskan di bagian selanjutknya, jika Allah menghendaki.
Kemudian, dijelaskan perumpamaan hamba-hamba kafir yang mengira bahwa mereka menguasai segala seuatu, padahal sebenarnya mereka tidak mempunyai apa-apa. Mereka itu orang-orang yang memiliki kebodohan berlipat-lipat, seperti dalam firman Allah SWT (Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun) (Surah An-Nur: 39).
Kemudian, dijelaskan perumpamaan orang-orang kafir yang bodoh dan sederhana. Mereka itu orang-orang yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firmanNya (Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun (40) (Surah An-Nur).
Jadi orang-orang kafir di sini dibagi menjadi menjadi dua kelompok, yaitu penyeru, dan pengikut, seperti yang disebutkan di awal surah Al-Hajj: (Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat (3)) (Surah Al-Hajj), dan firman Allah setelahnya (Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya (8)) (Surah Al-Hajj).
Sungguh Allah telah membagi orang-orang di awal dan akhir surah Al-Waqi'ah. Di dalam surah Al-Insan, Allah membagi mereka menjadi dua kelompok: yaitu orang-orang terdahulu dan yang didekatkan, dan orang-orang golongan kanan, yaitu orang-orang yang berbuat kebaikan.
Jadi kesimpulan dari seluruh ayat ini bahwa orang-orang mukmin terbagi menjadi dua kelompok, yaitu orang-orang yang didekatkan dan orang-orang yang berbuat baik. Dan orang-orang kafir terbagi menjadi dua kelompok, yaitu para penyeru dan pengikut. Serta orang-orang munafik juga terbagi menjadi dua kelompok, yaitu orang munafik murni, dan orang munafik yang memiliki salah satu ciri-ciri kemunafikan, sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih dari Abdullah bin Amr, dari Nabi SAW: " Ada tiga tanda, jika seseorang memiliki tiga tanda ini, maka ia disebut munafik murni. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu: orang yang jika berbicara, dia berdusta, jika membuat janji, tidak dipenuhi, dan jika diberi amanat, dia khianat "
Bukti bahwa seseorang dapat memiliki sebagian keimanan dan sebagian kemunafikan dapat berdasarkan hadis atau keyakinan, sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat, seperti yang diyakini oleh sebagian salaf dan beberapa ulama, seperti yang telah disebutkan sebelumnya dan akan dijelaskan kemudian, jika Allah menghendaki.
Dari Abu Sa'id, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Hati itu ada empat macam: hati yang jernih di dalamnya ada cahaya bagaikan pelita yang menyala, hati yang tertutup disalut kantungnya, hati yang terbalik, dan hati yang berlapis-lapis. Adapun hati yang jernih, itu adalah hati orang beriman dengan cahaya imannya. Adapun hati yang tertutup, itu adalah hati orang kafir. Adapun hati yang terbalik, itu adalah hati orang munafik tulus, ia mengenali kebenaran kemudian menolaknya. Adapun hati yang berlapis-lapis, itu adalah hati yang berisi iman dan kemunafikan. Perumpamaan iman dalam hati itu seperti biji lobak, diberi air yang baik, dan perumpamaan kemunafikan dalam hati itu seperti luka yang membusuk, berisi nanah dan darah, maka yang mana dari dua bahan ini yang lebih mendominasi, maka dialah yang lebih dominan."
Demikianlah sanad yang baik dan kuat. Dan firman Allah, "Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Allah membawa pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. An-Nur), menurut riwayat Ikrimah atau As-Suddi
Jadi, ringkasannya dari keseluruhan ayat-ayat yang agung ini adalah bahwa orang beriman terbagi menjadi dua kelompok yang mendapat keberuntungan dan mendekatkan diri kepada Allah, yaitu orang-orang yang shalih. Dan orang-orang kafir terbagi menjadi dua kelompok, yaitu pemberi seruan dan pengikutnya. Dan juga orang-orang munafik terbagi menjadi dua kelompok, yaitu munafik tulus, dan munafik dengan sifat-sifat nifaq. Seperti yang disebutkan dalam dua kitab sahih dari Abdullah bin Amr, dari Nabi Muhammad ﷺ, 'Ada tiga tanda, jika ada dalam diri seseorang, dia adalah munafik tulus, jika ada dalam dirinya salah satunya, dia memiliki sifat-sifat nifaq, sehingga dia meninggalkannya ketika berbicara dia berdusta, ketika berjanji dia ingkar, dan ketika dipercayai dia berkhianat.'
Mereka menggunakan hadis ini sebagai dalil yang menyatakan bahwa seseorang terkadang memiliki ciri-ciri keimanan dan ciri-ciri kemunafikan, baik dalam perbuatan maupun keyakinan, sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam ayat itu, sebagaimana yang diyakini oleh sebagian kelompok ulama’ terdahulu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya dan akan dijelaskan pada bagian selanjutnya, jika Allah menghendaki.
Dari Abu Sa'id, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Hati itu ada empat macam; hati yang bersih, hati itu seperti lentera yang bercahaya, hati yang tertutup, hati itu terikat dengan tutupnya, hati yang sakit, dan hati yang terbalik. Adapun hati yang bersih adalah hatinya orang beriman, itu seperti lentera yang bercahaya, sedangkan hati yang tertutup adalah hatinya orang kafir, hati yang sakit adalah hati orang munafik, hati itu mengetahui yang baik namun mengingkarinya, dan hati yang terbalik adalah hati yang di dalamnya ada iman dan kemunafikan, contoh keimanan di situ adalah seperti tanah yang dapat memberikan air yang bersih, sedangkan kemunafikan adalah seperti bisul, di dalamnya hanya nanah dan darah, maka di antara keduanya yang paling kuat akan menguasai yang lainnya.'
Hadits ini memiliki sanad yang baik, dan merupakan hadits hasan
Dari ‘Ikriman, atau Sa’in bin Jubair, dari Ibnu Abbas, berkata bahwa makna firman Allah, (Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu( yaitu, ketika mereka meninggalkan kebenaran setelah mengetahuinya.
(Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu), Ibnu Abbas berkata, maknanya yaitu bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu yang Dia kehendaki pada hamba-hambaNya, baik berupa siksaan atau ampunan.
Ibnu Jarir berkata, “Allah SWT hanya menggambarkan DzatNya dengan kuasa atas segala sesuatu di sini, karena Dia memperingatkan orang-orang munafik dengan azab dan kekuasaanNya, dan memberitahu mereka bahwa Dia meliputi mereka dan Maha Kuasa untuk melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Makna dari "Qadiir" itu adalah (Qaadir) "Maha Kuasa", sama seperti makna (‘Aalim) “Maha Mengetahui”.
Ibnu Jarir Ath-Thabari dan para mufasir yang mengikutinya berpendapat bahwa kedua contoh ini adalah dua perumpamaan untuk satu golongan dari orang-orang munafik. Kata sambung"Aw" dalam firman Allah (Aw Kashayyibin minas samaa’i) mempunyai makna "wawu" (dan) seperti (dalam) firman Allah (dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.) (Surah Al-Insan: 24), atau bisa mengandung makna memilih, yaitu: Buatlah perumpamaan bagi mereka dengan ini, dan jika kamu berkehendak (bisa) dengan ini.
Al-Qurtubi berkata: kata “Aw” menunjukkan makna persamaan, seperti contoh Duduklah bersama Al-Hasan atau Ibnu Sirin. Menurut pendapat Az-Zamakhshari, keduanya adalah sama-sama boleh dipilih untuk duduk bersamanya. Maksudnya itu seperti ungkapannya: "Sama saja, aku berikan contoh ini atau itu, karena hal itu sesuai dengan kondisi mereka.
Saya berkata, “Hal ini dapat menggambarkan jenis orang-orang munafik. Mereka terdiri dari beberapa jenis dan memiliki banyak penggambaran sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam Surah At-Taubah; yaitu pada beberapa ayat yang didahului dengan minhum yang menyebutkan keadaan dan penggambaran mereka, serta perbuatan dan ucapan yang mereka yakini. Maka menjadikan kedua perumpamaan ini untuk dua jenis orang-orang munafik itu lebih sesuai dengan kodisi dan penggambaran mereka. Dan hanya Allah yang lebih mengetahui. sebagaimana diberikan dua perumpamaan dalam Surah An-Nur untuk dua jenis orang kafir, yaitu penyeru dan pengikut, dalam firman Allah SWT: (Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana....) sampai firmanNya (Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam....) )Surah An-Nur 39-40(, firman yang pertama itu untuk para penyeru yang berada dalam kebodohan yang berlipat-lipat, sedangkan firman kedua itu untuk para pengikut yang memiliki tingkat kebodohan yang sederhana. Dan hanya Allah yang lebih Mengetahui kebenaran.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Baqarah ayat 20: Kemudian Allah menjelaskan bahwasanya kilat ini hampir-hampir karena sebab dahsyatnya, mengambil pandangan mereka ; maka ketika cahayanya menerangi jalan mereka, mereka mengikuti cahayanya , dan jika cahaya tersebut pergi dan gelap bagi mereka , mereka berhenti di tempat-tempat mereka , sekiranya Allah berkehendak maka sungguh kilatan tersebut akan mengambil pendengaran mereka , mengambil pandangan mereka ; karena sesungguhnya tidak ada yang mengalahkan Allah sesuatu apapun di bumi dan juga di langit. inilah keadaan orang-orang munafik yang mengambil kesempatan dengan nama Islam secara dzahir dalam kehidupan dunia dan mereka akan mendapatkan azab yang pedih di neraka jahanam.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Dalam ayat ini, Allah menakut-nakuti orang-orang munafik dengan azab di dunia agar mereka takut sehingga berhenti dari melakukan keburukan dan berbuat nifak.

Sekiranya Allah tidak memberikan tangguh kepada mereka, tentu Allah akan menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka, dan Dia Mahakuasa terhadapnya kapan saja waktunya, tidak ada sesuatu pun yang menghalangi-Nya. Di ayat ini juga terdapat bantahan kepada kaum Qadariyyah (yang mengingkari taqdir) yang mengatakan bahwa perbuatan mereka tidak di bawah kekuasaan Allah Ta'ala, padahal perbuatan mereka termasuk yang berada di bawah kekuasaan-Nya.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 20

Karena amat cepat dan terangnya, hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari, mereka berjalan beberapa langkah di bawah sinar itu, dan apabila kilat itu menghilang dan gelap kembali menerpa mereka, mereka berhenti di tempat dengan penuh kebimbangan. Orang-orang munafik itu ketika melihat bukti-bukti dan tanda-tanda kekuasaan Allah terkagum-kagum dengan itu semua sehingga mereka berkeinginan mengikuti kebenaran tersebut. Akan tetapi, tidak beberapa lama kemudian mereka kembali kepada kekufuran dan kemunafikan. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya dia hilangkan pendengaran mereka dengan suara halilintar yang memekakkan telinga, dan dia hilangkan penglihatan mereka dengan sambaran kilat yang sangat cepat dan terang, tetapi Allah menangguhkan itu semua sampai tiba saatnya nanti. Sungguh, Allah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan mahakuasa atas segala sesuatu, dengan atau tanpa sebab apa punsetelah menjelaskan tiga golongan manusia dalam menyikapi kebenaran Al-Qur'an, yaitu orang-orang bertakwa, kafir, dan munafik, selanjutnya Allah menyeru kepada manusia secara umum agar beragama secara benar melalui tiga hal: hanya beribadah kepada Allah (ayat 21-22), percaya kepada risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad, yakni Al-Qur'an, (ayat 23-24), dan beriman kepada hari kebangkitan (ayat 25). Wahai manusia! sembahlah dan beribadahlah secara tulus kepada tuhanmu sebab dia yang telah menciptakan dan memelihara kamu dan orang-orang yang sebelum kamu dari yang sebelumnya tiada. Dia adalah satu-satunya pencipta segala sesuatu. Perintah beribadah itu ditujukan agar kamu bertakwa dan dapat memelihara diri serta terhindar dari murka dan siksa Allah. Dengan beribadah, berarti kita telah mempersiapkan diri untuk mengagungkan Allah, sehingga jiwa menjadi suci dan tunduk kepada kebenaran.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Itulah beragam penafsiran dari kalangan ulama tafsir berkaitan kandungan dan arti surat Al-Baqarah ayat 20 (arab-latin dan artinya), semoga bermanfaat bagi kita. Bantu kemajuan kami dengan memberikan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Yang Sering Dikaji

Nikmati berbagai konten yang sering dikaji, seperti surat/ayat: Al-Hujurat 12, Al-Baqarah 286, Al-Baqarah 83, Az-Zalzalah, At-Takatsur, Yunus 40-41. Serta Ali Imran, Al-Isra 23, An-Nur 2, Al-Mujadalah 11, Al-Ma’idah 2, Asy-Syams.

  1. Al-Hujurat 12
  2. Al-Baqarah 286
  3. Al-Baqarah 83
  4. Az-Zalzalah
  5. At-Takatsur
  6. Yunus 40-41
  7. Ali Imran
  8. Al-Isra 23
  9. An-Nur 2
  10. Al-Mujadalah 11
  11. Al-Ma’idah 2
  12. Asy-Syams

Pencarian: surat al-maun ayat ke 3 berbunyi, wajaalna mim baini aidihim saddaw, al mu'min ayat 78, surat yusuf penenang hati, annaziyat

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: