Surat An-Nisa Ayat 86
وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا۟ بِأَحْسَنَ مِنْهَآ أَوْ رُدُّوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَسِيبًا
Arab-Latin: Wa iżā ḥuyyītum bitaḥiyyatin fa ḥayyụ bi`aḥsana min-hā au ruddụhā, innallāha kāna 'alā kulli syai`in ḥasībā
Artinya: Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Hikmah Berharga Berkaitan Dengan Surat An-Nisa Ayat 86
Paragraf di atas merupakan Surat An-Nisa Ayat 86 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan hikmah berharga dari ayat ini. Terdokumentasikan kumpulan penjabaran dari banyak ulama berkaitan kandungan surat An-Nisa ayat 86, misalnya seperti tertera:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan apabila seorang muslim mengucapkan salam kepada kalian,maka jawablah dia dengan balasan salam yang lebih utama dari ungkapan salam yang dia ucapkan,baik dari segi lafazh salamnya maupun keceriaan raut muka,atau jawablah dengan ungkapan yang serupa dengan ucapan salam yang diucapkannya.Dan masing-masing akan memperoleh pahala dan balasannya.Sesungguhnya allah akan memberikan balasan terhadap segala sesuatu.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
86. kemudian Allah mengajarkan orang-orang beriman cara dan adab-adab mengucapkan salam yang merupakan perbuatan baik yang menjadi sebab hubungan dan kedekatan dengan orang lain. Dia berfirman:
Jika seorang muslim mengucapkan salam kepadamu,maka wajib bagimu untuk membalas salam itu dengan salam yang lebih baik atau salam yang serupa dengan salam yang diucapkannya. Membalas salam dengan salam yang lebih baik hukumnya sunnah, sedangkan membalas salam dengan salam yang serupa hukumnya wajib.
Allah akan mengawasi amal perbuatan hamba-hamba-Nya, baik itu yang baik maupun yang buruk dan yang kecil maupun yang besar; kemudian Dia akan membalas mereka Sesuai dengan karunia, keadilan, dan kebijaksanaan-Nya.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
86. Apabila seseorang mengucapkan salam kepada kalian, jawablah salamnya dengan ucapan salam yang lebih baik dari salam yang diucapkannya kepada kalian. Atau jawablah dengan ucapan salam yang setara dengan apa yang diucapkannya. Tetapi menjawab ucapan salam dengan ucapan yang lebih baik tentu lebih utama. Sesungguhnya Allah mencatat amal perbuatan kalian dan akan memberikan balasan yang setimpal kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
86. وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ (Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan)
Penghormatan disini adalah ucapan salam.
Pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah do’a bagi orang yang bersin.
Dan para sahabat Abu Hanifah berpendapat yang dimaksud adalah pemberian hadiah.
فَحَيُّوا۟ بِأَحْسَنَ مِنْهَآ(maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya)
Yakni dengan memberi jawaban lebih dari apa yang dikatakan orang yang pertama memberi penghormatan. Apabila yang pertama mengatakan: assalamu’alaikum, maka yang menjawab mengatakan: wa’alaikum salam warahmatullah, sambil menambah sopan santun dan wajah yang cerah atau memperjelas suara.
Adapun hukum memberi salam adalah sunnah yang dicintai, sedangkan menjawabnya dengan jawaban yang setara hukumnya wajib.
أَوْ رُدُّوهَآ ۗ( atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa))
Yakni paling tidak jawablah dengan jawaban yang serupa, dan tidak boleh kurang dari itu apalagi dengan tidak menjawabnya karena itu merupakan kewajiban.
حَسِيبًا (memperhitungankan)
Yakni memperhitungkan segala hal.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
86. Wahai orang-orang mukmin, ketika kalian diberi penghormatan, yaitu diberi salam, maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik, yaitu balaslah dengan salam yang lebih baik atau minimal membalas penghormatan yang sama. Sesungguhnya Allah menghisab setiap sesuatu dan akan membalas hal itu
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{Apabila kalian dihormati} diakui {dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripada itu} maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik dari itu {atau balaslah itu} balaslah dengan sepadan {Sesungguhnya Allah Maha Memperhitungkan segala sesuatu} memperhitungkan dan membalas
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
86. Salam penghormatan adalah sebuah kata yang bersumber dari salah seorang dari dua orang yang bertemu dengan maksud penghormatan dan doa serta segala hal yang mengiringi ucapan tersebut berupa wajah yang berseri dan semisalnya. Dan bentuk salam yang paling tinggi adalah apa yang dijelaskan oleh syariat, baik sebagai permulaan maupun jawabannya. Allah memerintahkan kaum Mukminin bahwa bila mereka diberikan ucapan salam dengan salam apa pun, maka sepatutnya mereka membalasnya dengan yang lebih baik darinya, baik perkataan maupun wajah yang berseri, atau dengan yang sama persis dengannya. Pemahaman terbalik (mafhum al- Mukhalafah) dari hal tersebut adalah larangan dari tidak membalas sama sekali atau membalasnya namun lebih rendah darinya. Dari ayat ini dapat diambil juga sebuah dalil tentang anjuran memulai salam dan ucapan selamat dari dua aspek:
Pertama, bahwasanya Allah memerintahkan untuk membalasnya dengan yang lebih baik atau sama persis dengannya, hal ini menuntut bahwa ucapan penghormatan itu sangat dianjurkan oleh syariat.
Kedua, dapat disarikan dari kata kerja yang menunjukkan “lebih” atau “paling” yaitu kata lebih baik, di mana hal itu menunjukkan akan adanya keikutsertaan ucapan penghormatan dan balasannya dengan baik, sebagaimana dasarnya memang seperti itu.
Ada pengecualian dari keumuman ayat yang mulia tersebut bagi orang yang memberikan penghormatan dengan suatu kondisi yang tidak diperintahkan, seperti memberikan salam kepada orang yang sedang membaca al-quran atau sedang mendengarkan khutbah atau seorang yang sedang shalat dan semacamnya, sesungguhnya dalam kondisi ini tidaklah dianjurkan untuk membalas salam tersebut, demikian juga dikecualikan dari ayat ini adalah orang yang telah diperintahkan oleh syariat untuk dijauhi dan tidak diberikan ucapan penghormatan, seperti seorang pelaku maksiat yang tidak bertaubat, yang mana orang tersebut akan tercegah dari kemaksiatannya dengan tindakan itu, maka, sesungguhnya orang seperti itu dihajr (dijauhi) tidak diberikan ucapan penghormatan dan ucapan penghormatan darinya tidaklah dibalas, yang demikian itu karena bertentangan dengan kemaslahatan yang lebih besar. Dan yang termasuk dalam membalas ucapan penghormatan adalah setiap ucapan penghormatan yang telah terbiasa diucapkan oleh suatu masyarakat, dan ucapan itu bukanlah suatu yang dilarang secara syariat, maka harus dibalas sepertinya atau lebih baik darinya. Kemudian Allah menjanjikan balasan (kebaikan) atas segala perbuatan baik dan mengancam segala perbuatan buruk dengan FirmanNya, “SEsungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu,” Allah menyimpan segala perbuatan-perbuatan para hamba, yang baik maupun yang buruk, yang kecil maupun yang besar, kemudian Allah akan membalas mereka dengan apa yang ditetapkan oleh karunia, keadilan, dan hikmahNya yang terpuji.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 84-87
Allah SWT memerintahkan hamba dan RasulNya, yaitu nabi Muhammad SAW, untuk berperang, dan siapa pun yang tidak mampu atas hal itu, maka tidak ada kewajiban atas hal itu. Itulah sebabnya Allah berfirman, (tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri) Diriwayatkan dari Abu Ishaq, dia berkata: "Aku berkata kepada Al-Bara’: “Seseorang yang menyerang orang-orang musyrik, apakah dia seperti orang yang mengarahkan dirinya kepada kehancuran?" Dia menjawab: "Tidak, Sesungguhnya Allah mengutus RasulNya SAW dan berfirman, (Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri) Sesungguhnya hal itu dalam mengeluarkan harta.
Firman Allah, (Doronglah semangat para mukmin ...) yaitu untuk berperang dan doronglah mereka untuk itu, dan beri mereka semangat untuk melakukannya, sebagaimana beliau bersabda kepada mereka pada hari perang Badar ketika mengatur barisan: “Majulah kalian ke surga, yang luasnya seluas langit dan bumi”
Firman Allah, (Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu) yaitu, dengan kehadiranmu di antara mereka untuk berperang, dimana kamu mendorong semangat mereka untuk melawan musuh dan mempertahankan kehormatan Islam serta umatnya, serta menambah keteguhan dan kesabaran mereka.
Firman Allah, (Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya)) yaitu Dia adalah Dzat yang Maha Kuasa atas mereka di dunia dan akhirat, sebagaimana Dia berfirman (apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain) (Surah Muhammad: 4)
Firman Allah (Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) dari padanya) yaitu barangsiapa berusaha dalam sebuah hal yang diiringi dengan kebaikan maka dia akan mendapatkan bagian dari hal itu. (Dan barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) dari padanya) yaitu baginya akibat dari perkara yang dia usahakan dan niatkan. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih dari Nabi SAW “Penuhilah oleh kalian, nanti kalian akan diberikan pahala, dan Allah pasti akan menetapkan apa yang dikehendaki-Nya melalui lisan NabiNya”
Mujahid bin Jabir berkata, "Ayat ini diturunkan tentang syafa'at manusia satu sama lain"
Hasan Al-Bashri berkata, "Allah SWT berfirman, (Barangsiapa yang memberi syafaat) dan tidak berfirman, “Barangsiapa diberi syafaat"
FirmanNya, (Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu)
Ibnu Abbas, ‘Atha', ‘Athiyah, Qatadah, dan Mathar Al-Warraq berkata, (Muqiita) maknanya adalah Maha Memelihara.
Mujahid berkata, "Maha Menyaksikan"
Sa’id bin Jubair, As-Suddi, dan Ibnu Zaid berkata, "Maha Kuasa"
Firman Allah, (Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan sepadan)) yaitu jika seorang muslim memberi salam kepadamu, maka balaslah dengan salam yang lebih baik darinya atau balaslah dengan salam yang serupa. Tambahan dalam salam itu dianjurkan, dan salam yang serupa adalah wajib.
Diriwayatkan dari Hasan Al-Bashri, dia berkata, "Memberi salam adalah tindakan sukarela, sedangkan membalas salam adalah kewajiban"
Ini adalah pendapat para ulama secara umum, bahwa membalas salam adalah wajib bagi orang yang menerima salam. Dia akan berdosa jika dia tidak melakukannya, karena dia melanggar perintah Allah seperti dalam firmanNya (maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan sepadan)) Telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Demi Dzat yang jiwaku berada dalam tanganNya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara yang jika kalian amalkan maka kalian akan saling menyayangi? Tebarkanlah salam di antara kalian"
Firman Allah (Allah, tidak ada Tuhan selain Dia) memberitahukan tentang keesaanNya dengan ketuhanan kepada semua makhluk, dan mengandung sumpah berdasarkan firmanNya (Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya) dan huruf “Lam” disini adalah untuk menunjukkan “Qasam” (sumpah). Jadi firman Allah (Allah, tidak ada Tuhan selain Dia) adalah pemberitahuan dan sumpah bahwa Dia akan mengumpulkan orang-orang terdahulu dan yang paling akhir pada satu tempat, lalu Dia akan membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya. Adapun firmanNya (Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?) yaitu tidak ada yang lebih benar daripada Dia dalam firmanNya, beritaNya, janjiNya dan ancamanNya, maka tidak ada Tuhan dan Rabb selain Dia
📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata :
{بِتَحِيَّةٍ} bitahiyyah: mengucapkan salam, dengan Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
{أَوْ رُدُّوهَا} au rudduu haa: membalasnya dengan mengucapkan wa’alaikumussalam.
{حَسِيباً} hasiiba: menghitung amal dan memberikan imbalannya, baik ataupun buruk.
Makna ayat :
Adapun ayat yang terakhir (86), sesungguhnya Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya yang beriman agar menjawab salam dengan salam yang lebih baik, jikalau tidak lebih baik, maka dijawab dengan semisalnya. Barang siapa berkata, “Assalamu’alaikum”, maka dijawab dengan “Wa’alaikumussalam warahmatullahi”. Jika ada yang berkata “Assalamu’alaikum warahmatullah wa barakatuh”, maka dijawab “Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh”. Dan firman Allah: : {إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيباً} “Sesungguhnya Allah Maha Menghitung segala sesuatu” dalam firman ini ada ungkapan untuk menenangkan diri kaum mukminin, bahwa Allah akan memberikan pahala mereka dan membalas mereka atas perbuatan baik yang telah mereka lakukan.
Pelajaran dari ayat :
• Afirmasi disunahkannya mengucapkan salam dan wajibnya menjawabnya dengan yang lebih baik atau semisalnya.
• Penetapan penjelasan apa yang ada dalam hadits tentang diberikannya seorang muslim sepuluh kebaikan dari Assalamu’alaikum, sepuluh kebaikan lagi dari warahmatullah, dan sepuluh lagi dari wabarakatuh.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat An-Nisa ayat 86: 85-89. Dan apabila kamu diberi hor- mat dengan satu penghormatan, maka hendaklah kamu (balas) beri hormat dengan (cara) yang terle- bih baik daripadanya, atau hendak- lah kamu balas dia, karena sesungguhnya Allah itu adalah Pengira atas tiap-tiap suatu. Allah itu tidak ada Tuhan melain kan Dia. Sesungguhnya la akan kumpulkan kamu ke hari akan Kiamat tidak ada syak padanya, karena siapakah yang terlebih benar omongannya daripada Allah? Maka mengapakah kamu dua golongan tentang kaum munafik itu, padahal Allah telah menjerumuskan- mereka dengan (sebab) apa yang mereka telah usahakan? Apakah kamu orang yang telah disesatkan oleh Allah, karena barang siapa disesatkan oleh Allah, maka tidak bakal engkau dapat baginya satu jalan? sebagaimana mereka kufur supaya kamu jadi sama. Lantaran itu, janganlah kamu ambil sahabat- sahabat dari mereka, hingga mereka berhijrah di jalan Allah. Tetapi jika mereka berpaling, maka tawanlah akan mereka dan bunuh saja mereka, dan janganlah kamu jadikan dari mereka seorang sahabat dan jangan seorang pembela mereka di mana-mana bertemu.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Tahiyat atau penghormatan adalah lafaz yang diucapkan oleh salah seorang ketika bertemu dengan yang lain sebagai penghormatan dan doa, termasuk pula perkara lain yang terkait dengan lafaz itu berupa muka yang berseri-seri dsb. Tahiyat yang paling tinggi adalah tahiyat yang disebutkan syara', berupa ucapan salam yang dilakukan ketika memulai dan menjawab. Ayat di atas memerintahkan kita ketika diucapkan salam penghormatan untuk menjawab dengan yang lebih baik atau sepadan. Mafhum ayat di atas adalah larangan tidak menjawab sama sekali atau menjawab yang kurang (tidak sepadan). Termasuk menjawab salam penghormatan adalah menjawab segala ucapan penghormatan yang biasa diucapkan manusia, selama ucapan tersebut tidak terlarang secara syara' dan tidak melupakan atau mengganti ucapan salam.
Misalnya diucapkan kepadamu "As Salaamu 'alaikum".
Seperti "Wa 'alaikumus salaam wa rahmatullah wa barakaatuh".
Yakni sampai "Wa 'alaikumus salam" saja, meskipun yang utama adalah menjawab lebih. Namun tidak dijawab salam dari orang kafir, ahli bid'ah, orang fasik (hal itu, karena yang demikian bertentangan dengan maslahat yang lebih besar), demikian pula tidak jawab orang yang mengucapkan salam kepada orang yang buang air, kepada orang yang berada di kamar mandi dan kepada orang yang sedang makan, bahkan makruh menjawabnya selain yang terakhir, yakni jika salamnya ditujukan kepada orang yang sedang makan, maka tidak makruh menjawabnya. Adapun salam dari orang kafir, jawabannya adalah "Wa 'alaikum" saja.
Ayat di atas juga menunjukkan anjuran memulai salam, namun tidak ditujukan kepada orang yang sedang dalam keadaan yang tidak diperintahkan memberi salam, seperti ketika sibuk membaca Al Qur'an, mendengarkan khutbah, sedang shalat dsb.
Oleh karena itu, Dia menjaga semua amalan hamba-Nya, yang baik maupun yang buruk, besar maupun kecil dan akan memberikan balasan terhadapnya sesuai yang dikehendaki oleh karunia-Nya, keadilan-Nya dan hukum-Nya yang terpuji.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Nisa Ayat 86
Dan apabila kamu dihormati oleh siapa saja dengan suatu salam penghormatan, baik dalam bentuk perbuatan atau perlakuan, maka balaslah dengan segera penghormatan itu dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah penghormatan itu yang sepadan dengan penghormatan yang diberikan-Nya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu menyangkut cara dan kualitas penghormatan balasan yang telah diberikan. Jika kita perhatikan, ayat salam penghormatan ini terletak di tengahtengah ayat perang. Ini bisa bermaksud menunjukkan prinsip islam yang asasi yaitu salam yang bermakna keselamatan dan kedamaian. Ia melaksanakan perang hanya untuk menetapkan kedamaian dan keselamatan di muka bumi dengan makna yang luas dan menyeluruh orang-orang yang beriman dengan sesungguhnya pasti meyakini bahwa Allah adalah maha esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada tuhan selain dia, tidak ada yang patut disembah kecuali dia. Oleh sebab itu, janganlah kaum muslim lalai berbakti dan mengabdi kepada-Nya, patuhlah terhadap perintah-perintah-Nya dan tinggalkanlah laranganlarangan-Nya, karena dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat. Tidak satu pun yang sanggup membangkitkan dan mengumpulkan kalian selain Allah, untuk mempertanggungjawabkan semua amal yang telah kalian lakukan. Hari itu merupakan hari yang tidak diragukan terjadinya. Pada hari itu tidak ada manfaat harta kekayaan dan anak-anak kalian untuk menjadi penolong bagi kalian, dari azab Allah. Yang akan aman dari azab Allah hanyalah orang-orang yang beramal saleh sewaktu berada di dunia. Oleh sebab itu, manusia harus percaya kepada firman Allah tentang kedatangan hari kiamat itu. Siapakah yang lebih dapat dipercaya ucapannya dan benar perkataan-Nya daripada Allah' ketahuilah bahwa informasi yang bukan berasal dari Allah tidak dapat dipastikan kebenarannya, karena berita-berita itu mengandung kemungkinan benar atau kemungkinan salah. Sedangkan informasi yang bersumber dari Allah pasti benar.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah beberapa penafsiran dari para ahli ilmu berkaitan kandungan dan arti surat An-Nisa ayat 86 (arab-latin dan artinya), semoga membawa manfaat untuk ummat. Dukunglah syi'ar kami dengan mencantumkan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.