Surat Ali ‘Imran Ayat 40

قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى غُلَٰمٌ وَقَدْ بَلَغَنِىَ ٱلْكِبَرُ وَٱمْرَأَتِى عَاقِرٌ ۖ قَالَ كَذَٰلِكَ ٱللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَآءُ

Arab-Latin: Qāla rabbi annā yakụnu lī gulāmuw wa qad balaganiyal-kibaru wamra`atī 'āqir, qāla każālikallāhu yaf'alu mā yasyā`

Artinya: Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya".

« Ali 'Imran 39Ali 'Imran 41 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Kandungan Berharga Terkait Dengan Surat Ali ‘Imran Ayat 40

Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 40 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai kandungan berharga dari ayat ini. Didapati pelbagai penjabaran dari para ahli ilmu mengenai kandungan surat Ali ‘Imran ayat 40, di antaranya sebagaimana berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Zakaria berkata dengan penuh kegembiraan dan terkejut, ”wahi tuhanku,bagaimana bisa aku akan mempunyai anak lelaki,sementara masa tua telah mencapai puncaknya pada diriku, dan istriku seorang wanita yang mandul yang tidak bisa hamil?” Allah berfirman ”demikianlah Allah berbuat apa yang DIA kehendaki dari perbuatan perbuatan ajaib lagi bertentangan dengan kebiasaan.”


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

40. Zakariya bertanya untuk memastikan kabar yang dia dapatkan: “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapatkan akan sedangkan umurku telah tua dan istriku adalah orang yang mandul?”

Maka Allah menjawab: “Penciptaan yang tidak lazim seperti itu Allah lakukan sesuai kehendak-Nya.”


Syeikh as-Syinqithi berkata: “Allah tidak menjelaskan dalam ayat ini keadaan tua yang Zakariya lalui saat itu, namun Allah menjelaskannya dalam surat Maryam: 8 {وقد بلغت من الكبر عتيا} dan makna عتي adalah tulang dan persendian yang telah mengering karena umur yang sudah tua.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

40. Tatkala Malaikat memberikan kabar gembira tentang Yahya, Zakariya berkata, “Ya Rabbku, bagaimana aku bisa punya anak setelah aku menjadi tua renta, sedangkan istriku mandul tidak bisa beranak.” Allah menjawab ucapan Zakariya, “Perumpamaan penciptaan Yahya pada saat usiamu sudah tua dan istrimu mandul sama seperti Dia menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya yang tidak seperti biasanya, karena Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya berdasarkan kebijaksanaan dan pengetahuan-Nya.”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

40. قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى غُلٰمٌ (Zakariya berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak)
Yakni ia merasa tidak mungkin akan mendapatkan seorang anak karena kebiasaan pada umumnya pasangan yang demikian tidak bisa mendapatkan anak, sebab ia sudah tua; ada yang berpendapat bahwa ia pada waktu itu berumur 90 tahun.

وَقَدْ بَلَغَنِىَ الْكِبَرُ ( sedang aku telah sangat tua)
Yakni telah lanjut usia.

وَامْرَأَتِى عَاقِرٌ ۖ ( dan isteriku pun seorang yang mandul)
Yakni yang tidak bisa mendatangkan anak karena kemandulan yang menghalangi itu.

كَذٰلِكَ اللهُ يَفْعَلُ مَا يَشَآءُ ( Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya)
Yakni berbuat ssesuatu yang ajaib dan mengherankan karena kekuasaan-Nya tidak dihalangi oleh apapun.
Dan maksud dari ayat ini adalah: maka mengapa kamu merasa hal itu tidak mungkin?


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

40 Zakariya berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak? Padahal aku ini telah sangat tua dan isteriku pun adalah seorang yang mandul?” Zakariya berkata seperti itu sebagaimana hal yang biasa terjadi, bukan untuk merendahkan kuasa Allah. Allah kemudian menjawab: “Sebagaimana Aku menciptakan hal yang tidak biasa terjadi, Allah kuasa berbuat ketakjuban apa saja yang dikehendaki-Nya. Tidak ada yang bisa mencegahnya, janganlah heran dengan hal itu


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Zakaria berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak} bagaimana aku bisa mendapatkan anak {sedangkan aku sudah sangat tua} masa tua sudah ada padaku dan itu mempengaruhiku {dan istriku pun mandul?”} mandul dan tidak bisa melahirkan {Allah berfirman, “Demikianlah, Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

33-55 Allah memiliki hamba-hamba pilihan dari seluruh hamba-hambaNya. Dia memilih mereka memilah mereka dan mengaruniakan atas mereka keutamaan-keutamaan yang tinggi, sifat-sifat yang luhur, ilmu-ilmu yang bermanfaat, amal perbuatan yang shalih dan keistimewaan-keistimewaan yang bermacam-macam. Dan Allah menyebutkan keluarga-keluarga besar tersebut dan apa yang di dalamnya berupa manusia-manusia agung yang memiliki sifat kesempurnaan, dan bahwasannya keutamaan dan kebaikan itu telah diwariskan secara turun temurun oleh anak cucu mereka yang mencakup laki-laki maupun wanita di antara mereka. Dan ini merupakan karuniaNya yang paling utama dan tempat-tempat kemurahan dan kebaiknNYa yang paling utama “dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui” Dia mengetahui siapa yang berhak menerima keutamaan dan penghormatan, Hingga Dia meletakkan KeutamaanNya itu yang didasari oleh hikmahNya yang pasti.
Ketika Allah menetapkan keagungan keluarga tersebut lalu Allah menyebutkan kisah Maryam dan putranya isa dan bagaimana silih bergantinya keadaan keduanya dari awal hingga akhirnya, dan bahwa istri Imran berkata seraya tunduk kepada Rabb nya dengan mendekatkan diri kepadaNya dengan persembahan yang Dia cintai yang mengandung pengagungan terhadap rumahNya dan konsistensi dalam ketaatanNya, (istri Imran berkata), ”Sesungguhnya aku menadzarkan kapadaMu anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang sahlih dan berhidmat di baitul makdis” yakni, sebagai pelayan rumah ibadah yang di penuhi dengan ahli ibadah. ”Karena itu terimalah nadzar itu dari padaku,” yakni perbuatan ini, maksudnya, jadikanlah ia di atas dasar keimanan yang membuahkan kebaikan dan pahala. ”Sungguhnya engkaulah yang maha mendengar lagi maha mengetahui. Maka tatkala istri imron melahirkan anaknya, dia pun berkata, ’ya tuhanku, sesungguhnya aku melahirkanya anak perempuan; ’dan Allah telah mengetahui apa yang dilahirkanya;’ dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan,” seolah-olah dalam perkataan itu menyimpan makna ketundukan dan jiwa yang pasrah, dimana nadzarnya itu di dasari oleh harapan anak laki-laki yang memiliki kekuatan dan pelayanan, serta pelaksanaan hal itu sebagaimana yang di laksanakan orang-orang yang kuat, sedang anak wanita itu tidak seperti itu, lalu Allah menguatkan hatinya dan nadzarnya. Maka anak perempuan ini tumbuh sempurna bahkan menjadi lebih sempurna dan lebih baik dari kebanyakan anak laki-laki, bahkan dari mayoritas mereka, lalu maksud-maksud yang dikehendaki tercapai dengan lebih baik daripada yang diperoleh anak laki-laki. Oleh karena itu Allah berfirman, ”Maka Rabbnya menerimanya sebagai nadzar dan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan penglihatan yang baik, ” artinya ia dididik dengan dididkan yang mengagumkan, baik agama, akhlak maupun bahasanya, dimana dengan sempurnalah kodisinya, baiklah perkataan dan perbuatan, kesempurnaannya tumbuh padanya, lalu Allah memudahkan dengan Zakaria sebagai pemaliharanya. ia merupakan karunia atas hambaNya yaitu menjadikan orang yang mejadi pemeliharanya dari orang-orang yang terbaik dan shalih.
Kemudian Allah memuliakan Maryam dan Zakaria sebagaiman Allah memudahkan bagi Maryam rezezi yang di peroleh tanpa keringat dan lelah, hal itu merupakan sebuah karamah sebagai kemuliaan dari Allah untuknya karena, ”setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab,” yakni terpat untuk ibadah, dan di sini terkandung isyarat akan banyaknya shalat yang dilakukan Maryam dan konsistennya kepada tempat ibadah tersebut, ”maka dia mendapatkan makanan di sisinya” dengan nikmat yang tersedia. Zakaria berkata ”Hai Maryam dari mana kamu mendapatkan makanan ini?” “Maryam menjawab, ’ makan itu dari sisi Allah.’ Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendakinya tanpa hisab.” Ketika Zakaria melihat kondisi tersebut, kebaikan dan seperti itulah kasih Allah terhadap Maryam, maka itu mengingatkan dirinya untuk memohon kepada Allah seorang anak laki-laki, dalam kondisinya yang hampir putus asa seraya berkata ”ya tuhanku, berilah aku dari sisimu seorang anak yang baik. sesungguhnya enkau maha pendengar doa.” “kemudian malaikat jibril memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat maihrab, katanya “sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran seorang putramu Yahya yang membenarkan kalimat dari Allah, ” yakni namanya Yahya, dan kalimat yang datangnya dari Allah adalah isa ibnu Maryam, berita gembira itu adalah dengan Nabi yang mulia tersebut yang mengandung juga berita gembira dengan isa ibnu Maryam, sebagai pembenaran dan kesaksian tentang kerasulannya. Kalimat tersebut dari Allah, merupakan kalimat yang mulia dimana Allah menghususkan isa ibnu Maryam dengannya, bila tidak demikian, maka kalimat merupakan kalimat salah satu milikinya, dimana dengannya Allah menciptakan salah segala makluk, sebagaimana Allah berfirman,
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia." QS -Ali-imran:59-
Dan firmannya, ”menjadi ikutan dan menahan diri dari hawwa nafsu,” artinya yang menjadikan objek kabar gembira itu adalah yahya yang merupakan panutan dari Rasul-Rasul yang mulia dan yang terhormat, dan menahan diri, artinya yang tidak bisa punya anak dan tidak berkehendak kepada wanita. pendapat lain mengatakan orang yang dijaga dan di selamatkan dari dosa dan hawa nafsu yang menjerumuskan, dan yang terakhir inilah yang paling sesuai dengan makna tersebut. ”Dan seorang nabi termasuk golongan shalih, ” maksudnya, orang-orang yang mencapai puncak ketinggian dalam kesholehan.
“zakaria berkata, ’ya tuhanku bagaimana aku bisa mendapatkan anak sedangkan aku sudah sangat tua istriku pun seorang yang mandul?” kedua hal itupun merupakan penghalang, karena itu dari jalan manakah wahai tuhan, saya mendapatkan anak tersebut padahal ada pengahalangnya? “Allah berfirman, demikian Allah membuat apa yang dikehendakinya,” sebagaimana telah berlaku hikmahNya dengan berjalannya segala sesuatu itu menurut sebab-sebabnya yang wajar, maka Allah juga kadang merubah hukum alam tersebut karena Allah maha berbuat apa yang dikehendakinya, di mana segala sebab telah patuh kepada kekuasaannya dan keinginanNya dan tidak ada sebab yang menyalahi titahnya walaupun memiliki kekuatan yang besar sekalipun.
“Berkata Zakaria, ’berilah aku suatu tanda bahwa istriku telah mengandung,” agar saya mendapatkan kepercayaan dan rasa senang, walaupun saya yakin apa yang engaku kabarkan wahai Rabbku. akan tetapi agar jiwa ini senang dan hati ini tenang dengan pendahuluan-pendahuluan rahmat dan kasih sayang.
“Allah berfirman, ’Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat,” dan dalam masa itu, ”Sebutlah nama tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari,” yakni awal hari dan akhirnya. Zakaria terlarang berbicara dengan orang lain pada masa tersebut, dan itu sesuai dengan apa yang didapatkanya seorang anak dari seoarang suami yang telah tua dan istri yang mandul, keadannya yang tidak mampu berbicara dengan orang lain padahal lisanya lancar berdzkir kepada Allah dan memujinya adalah tanda yang lain. Maka ketika itulah ia mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan tersebut, lalu ia bersyukut kepada Allah, dan ia memperbanyak dzikir dan tasbih saat petang maupun pagi hari.
Dan anak bayi itu merupakan berkah dari Maryam binti Imran terhadap Zakaria. kerena apa yang telah Allah keruniakan terhadap Maryam berupa rezeki yang banyak yang hadir tanpa hisab, mengingatkan dan mengorbankannya untuk bermunajat dan memohon. Sedang Allah maha memberi penyebat mapun akibatnya, namun Allah menentukan beberapa perkara yang di sukai, terjadi kepada orang yang dicintaiNya, agar Allah mengangkat kehormatanya dan melimpahkan pahalanya.
Allah kembali menyebut kisah Maryam, yaitu bahwa Maryam itu telah mencapai puncak ibadah dan kesempurnaan, seraya berfirman, ”Dan ingatlah ketika malaikat jibril berkata ’Hai Maryam sesungghunya Allah telah memilih kamu,” Maksudnya, Allah memilihmu dan meberimu sipat-sipat yang mulia dan akhlak yang luhur, ”dan menyucikan kamu,” dari ahklak-ahklak yang hina, ”dan melebihkan kamu di atas segala wanita di dunia yang semasa dengan kamu.” Karena itu Rasululoh bersabda ”Telah banyak yang mencapai kesempurnaan dibandingkan laki-laki, namun belum mancapai kesempurnaan dari pada wanita kecuali Maryam binti Imran, aisyah binti muzahim, dan Khadijah binti khuwailid dan keutamaan aisyah atas seluruh wanita bagaikan daging di lapisi adonan dan seluruh makanan yang ada.” (HR. Bukhori : 3769)
Kemudian menyeru Maryam atas perintah Allah untuknya agar dia menerima nikmat-nikmat dari Allah dan dia bersyukur kepada Allah, kemudian menunaikan segala hak-hakNya, dan menyibukan diri untuk melayaniNya. Karena itu malaikat berkata, ”Hai Maryam taatlah kepada tuhanmu,” artinya, perbanyaklah ketaatan, ketundukan dan konsistenlah kepada Rabbmu lalu konsistenlah atas hal tersebut, ”dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk, ” yakni, shalatlah bersama orang-orang yang shalat. Lalu ia menunaikan segala perkara yang diperintahkan sehingga ia menjadi mulia dan istimewa dalam kesempurnaanya.
Ketika kisah ini dan selainnya menjadi diantara dalil yang paling besar atas kerosulan Muhammad sholallohu alaihi wasallam, karena dengannya Nabi memberitakan rincian yang benar tanpa ada tambahan dan pengurangan, dan tidaklah hal itu kecuali wahyu dari Allah yang Maha mulia juga maha bijaksana bukan hasil belajar dari manusia, maka Allah berfirman, ”yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu wahai Muhammad; padahal kamu tidak hadir berserta mereka, ketika mereka melempar anak-anak panah mereka untuk mengundi siapa di antara mereka yang memelihara Maryam, ” yaitu ketika ibunya membawa kepada kaumnya, mereka berselisih siapakah di antara mereka yang memelihara Maryam, kerena ia adalah anak pemimpin mereka dan tokoh mereka, serta mereka semua menginginkan kebaikan dan pahala dari Allah, hingga terjadilah perselisihan yang sengit, yang akhirnya mereka harus mengadakan undian padanya, lalu mereka melempar pena-pena dengan seraya mengundi undian itu jatuh kepada Zakaria sebagai suatu rahmat dari Allah untuknya dan untuk anak wanita Imran tersebut.
Maka engkau (wahai Rasul) tidak hadir saat itu hingga engkau mengetahuinya dan meceritakannya kepada manusia, akan tetapi Allah mengabarkan kepadamu tentang kisah tersebut. Inilah maksud terbesar dari adanya kisah-kisah dari Al-Qur’an yaitu bahwasanya ia menjadi pelajaran bagi manusia. Dan pelajaran yang paling agung berdalil dengannya atas tauhid, kerasulan, kebangkitan kembali, dari pokok-pokok agama laiNya.
“Ingatlah kerika malaikat berkata, ’Hai Maryam sesungguhnya Allah mengembitakanmu dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan dengan kalimat yang datang dariNya, namanya Al-masih isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan termasuk orang-orang yang di dekatkan kepada Allah’.” Maksudnya, ia mempunyai kedudukan dan posisi yang agung di dunia dan di akhirat di antara para mahkluk. Di samping itu, dia termasuk mahkluk Allah yang paling dekat kepadaNya dan paling tinggi derajatnya.
Ini merupakan kabar gembira yang tidak dapat di samakan dengan kabar-kabar gembira lainya. Dan diantara kesempurnaan dari kabar gembira itu adalah bahwa dia, ”berbicara pada manusia dalam buaian, ” sehingga kemamouan berbicara dalam buaian itu tanda kebesaran diantara tanda-tanda kebesaran Allah dan rahmat dariNya kepada ibunya dan kepada manusia seluruhnya. Demikian juga ia berbicara dengan mereka, ”ketika sudah dewasa, ” yaitu saat ia telah besar. Ini merupakan ungkapan kenabian, dakwah dan bingbingan. berbicara saat dalam buaian merupakan tanda kebesaran dan keterangan yang jelas atas kebenarannya, kenabiannya, dan terbebasnya ibunya dari segala sangkaan buruk yang di tundingkan kepadanya. Dan pembicaraannya saat dewasa mengandung manfaat yang besar bagi manusia, dan ia adalah perantara antara manisua dengan tuhan mereka dalam hal wahyunya dan penyampaian agama dan syariatNya.
Disamping itu juga ia “adalah termasuk orang-orang yang sahlih,” yakni, yakni orang yang dalam hati mereka diberikan kesahlihan kepadanya oleh Allah dengan mengenal dan mencintainya, dan lisan mereka diberikan keshalihan dengan pujian atasnya dan dzkir kepadaNYa, dan tubuh mereka diberikan keshalihan dengan ketaatan kepadanya dan melayaniNya
Dan firmanNya, ”Maryam berkata’ya Rabbku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak padahal aku belum pernah disentuh oleh lelaki sekalipun?” Ini merupakan perkara yang aneh.
“Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril), ‘Demikiankah Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya’, ” untuk memberitakan kepada hamba-hambaNya bahwa Dia adalah Mahakuasa atas segala sesuatu dan tidak ada penghalang bagi kehendakNya. “Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, ‘Jadilah, ’ maka jadilah dia.”
“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab yaitu, kitab-kitab terdahulu pada umumnya yang memutuskan hukum di antara manusia, dan Allah memberikan kepadanya kenabian lalu Allah menjadikannya “(sebagai) Rasul kepada Bani Israil.” Allah mengukuhkannya dengan ayat-ayat yang jelas serta dalil-dalil yang tegas dimana dia berkata, “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, ” yang menjelaskan kepada kalian bahwa aku adalah benar-benar seorang Rasul Allah.
Yang demikian itu, “bahwa aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya, ” yakni yang kedua matanya cacat, hilang pandangannya dan buta, “dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu,” yakni hal-hal yang telah disebutkan, “adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku.”
Allah mengukuhkan beliau dengan dua bentuk ayat dan bukti nyata yaitu hal-hal di luar kebiasaan yang tidak mungkin dilakukan oleh selain nabi untuk menghadirkannya, juga kerasulan dan dakwah serta agama yang dibawa olehnya yang mana ajaran itu adalah agama Taurat dan agama nabi-nabi sebelumnya. Ini merupakan dalil yang paling besar atas kebenaran orang-orang yang benar, karena seandainya ia di antara orang-orang yang dusta, niscaya pasti ia akan menyalahi apa yang dibawa oleh para Rasul sebelumnya dan akan menyimpang dari mereka dalam masalah-masalah akidah dan hukum-hukum mereka. Dengan demikian diketahuilah bahwa beliau adalah Rasulullah dan bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah benar, yang tidak ada keraguan padanya.
Juga perkataannya, “Dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, ” yakni, agar saya meringankan dari kalian beberapa beban dan tanggung jawab. “Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan TUhanmu, karena itu sembahlah Dia.” Ini adalah ajaran yang diserukan oleh seluruh Rasul, yaitu beribadah hanya kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya dan taat kepada mereka, dan inilah jalan yang lurus dimana orang yang menempuhnya akan menghantarkannya kepada surga yang penuh nikmat.
Saat itulah sikap kelompok-kelompok Bani Israil terpecah terhadap Nabi Isa. Di antara mereka ada yang beriman kepada beliau dan mengikuti beliau, dan di antara mereka ada yang kafir kepada beliau, mendustai beliau dan memfitnah ibu beliau sebagai seorang yang melakukan kekejian, sebagaimana (yang dilakukan orang-orang) Yahudi. “Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil)” dan sepakat dalam menolak dakwah beliau, “Isa berkata” seraya menyeru Bani Israil untuk menjadi penolongnya, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab, ” yakni orang-orang yang membela, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.”
Ini merupakan anugerah Allah atas mereka dan khususnya atas nabi Isa, dimana Allah telah menjadikan para hawariyyun tersebut beriman kepadaNya, tunduk dalam ketaatan kepadaNya dan membela RasulNya. “Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti rasul.” Ini adalah suatu integritas yang sempurna dalam beriman kepada seluruh hal yang diturunkan oleh Allah dan dalam menaati RasulNya. “Karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi” bagiMu dengan keesaan dan bagi RasulMu dengan kerasulan serta bagi agamaMu dengan kebenaran dan kejujuran.
Adapun orang-orang yang dirasakan oleh Isa pengingkaran mereka, sedang mereka itu adalah sebagian besar Bani Israil, maka mereka “membuat tipu daya” terhadap Nabi Isa, “dan Allah membalas tipu daya itu” terhadap mereka, “dan Allah sebaik- baik pembalas tipu daya.” Mereka bersepakat untuk membunuh dan menyalibnya, namun dijadikan buat mereka orang yang serupa dengan Nabi Isa lalu mereka menangkap orang yang serupa tersebut, dan Allah berfirman kepada Isa, “Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepadaKu serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir.” Lalu Allah mengangkatnya kepadaNya dan membersihkannya dari orang-orang kafir, dan orang-orang kafir itu menyalib orang yang telah mereka bunuh tersebut seraya menduga bahwa orang yang mereka salib itu adalah Isa, dan mereka justru menanggung dosa yang besar.
Dan Isa Ibnu Maryam akan turun kembali di akhir masa umat ini sebagai hakim yang adil, ia akan membunuh babi, mengahncurkan salib dan ia akan mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Orang-orang yang berdusta itu akan mengetahui keterpedayaan dan ketertippuan mereka yaitu bahwa mereka itu telah terperdaya dan tertipu. Dan FirmanNya, “Dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat.” Yang dimaksud orang-orang yang mengikutinya adalah kelompok yang telah beriman kepada beliau, dan Allah membela mereka atas orang-orang yang menyimpang dari agamaNya. Kemudian ketika umat Muhammad tiba, mereka itu benar-benar mengikutinya hingga Allah menguatkan mereka dan membela mereka atas orang-orang kafir secara keseluruhan, dan Allah memenangkan mereka dengan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad kepada mereka.
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." QS–An-Nur:55-
Akan tetapi hikmah Allah itu adil, yaitu bahwasanya hikmahNya berlaku bagi siapa yang berpegang teguh dengan Agama, niscaya Allah akan membelanya dengan pembelaan yang nyata, dan bahwa orang yang meninggalkan perintahNya dan melanggar laranganNya, melemparkan syariatNya dan berani lancang berbuat kemaksiatan kepadaNya, niscaya Dia akan menghukumnya dan akan membuat musuh-musuhnya menguasainya. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dan FirmanNya, “kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.”
Kemudian Allah menjelaskan tentang apa yang dilakukanNya terhadap mereka, seraya berfirman,


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 38-41
Ketika nabi Zakariya melihat bahwa Allah memberikan kepada Maryam buah-buahan musim dingin di musim panas dan buah-buahan musim panas di musim dingin, saat itu juga timbul keinginan untuk memiliki seorang anak. Sedangkan dia adalah seorang tua yang lemah, tulang-tulangnya rapuh dan rambutnya telah memutih, dan istrinya juga sudah lanjut usia dan mandul. Akan tetapi, meskipun dengan semua hal ini, dia memohon kepada Tuhannya dan berdoa secara rahasia. Dia berkata, (Ya Tuhanku, berilah aku dari sisiMu) yaitu dari sisiMu (seorang anak yang baik) yaitu anak yang shalih. (Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa) Allah berfirman, (Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab) yaitu malaikat berbicara kepadanya secara langsung, dan membuatnya mendengar ketika dia sedang berdiri melakukan shalat di tempat ibadahnya, tempat dia menyepi, duduk, bermunajat dan shalat. Kemudian Allah SWT memberitahukan tentang kabar gembiran yang disampaikan oleh malaikat kepadanya (Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya) yaitu seorang anak yang akan lahir dari istrimu, dan namanya Yahya. Qatadah dan lainnya berkata, “Dia menamainya Yahya karena Allah memberikan kehidupan kepadanya dengan keimanan”
Firman Allah, (yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah) Al-'Aufi dan yang lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas, serta Al-Hasan, Qatadah, 'Ikrimah, Mujahid, Abu Asy-Sya'tsa', As-Suddi, Ar-Rabi' bin Anas, Adh-Dhahhak, dan yang lainnya mengatakan tentang ayat ini, (yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah) yaitu Isa putra Maryam.
Ar-Rabi' bin Anas berkata: “Dia adalah orang pertama yang percaya kepada Isa putra Maryam"
Qatadah berkata: "Dan mengikuti sunnah dan jalannya"
Firman Allah: (dan orang yang bijaksana) Abu Al-'Aliyah, Ar-Rabi' bin Anas, Qatadah, Sa'id bin Jubair, dan lainnya berkata: "Seorang yang bijaksana"
Qatadah berkata: "Seorang pemimpin dalam keilmuan dan ibadah"
Sa'id bin Al-Musayyib berkata: "Dia adalah seorang orang yang pandai dan berilmu. ‘Athiyah berkata: "Seorang pemimpin dalam akhlak dan agamanya"
Firman Allah: (menahan diri (dari hawa nafsu)) Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Ibnu 'Abbas, Mujahid, 'Ikrimah, Sa'id bin Jubair, Abu Asy-Sya'tsa', dan 'Athiyah Al-'Aufi, bahwa mereka berkata: "Seseorang yang tidak mendatangi dengan wanita"
Al-Qadhi 'Iyadh dalam kitabnya "Al-Syifa" berkata: “Ketahuilah bahwa pujian Allah SWT terhadap nabi Yahya bahwa dia (menahan diri (dari hawa nafsu)) itu tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian mereka: bahwa dia adalah seorang yang malu-malu atau orang yang tidak memiliki dzakar, bahka ini telah dibantah oleh para ahli tafsir yang ahli, dan dikritik oleh para ulama. Mereka berkata: “Ini adalah celaan dan aib yang tidak layak bagi para nabi. Maknanya adalah bahwa dia terjaga dari dosa-dosa, yaitu tidak mendatangi wanita seolah-olah dia dijauhkan dari mereka. Dikatakan: nahwa dia menahan diri dari hawa nafsu. Dikatakan juga: Dia tidak memiliki hasrat terhadap wanita.
Sudah jelas bahwa dari ketidakmampuan untuk menikah itu adalah sebuah kekurangan. Akan tetapi keutamaan untuk melakukan hal tersebut ada. Kemudian dia menahannya dengan sungguh-sungguh seperti nabi Isa, atau melalui pemberian dari Allah seperti yang diberikan kepada nabi Yahya. Kemudian, dia memiliki hak untuk untuk melakukan itu, dan melakukan kewajiban yang berkaitan dengan hal itu. Ini tidak membuatnya teralihkan dari tujuan tertingginya untuk beribadah kepada Tuhan, yaitu derajat Nabi kita SAW yang tidak pernah dihalangi oleh jumlah istri-istri beliau dari beribadah kepada Allah. Melainkan sebaliknya, meningkatkan beliau untuk beribadah dengan melindungi mereka, melakukan kewajiban untuk mereka, memberikan nafkan dan petunjuk kepada mereka. Bahkan, beliau menyatakan bahwa pernikahan itu bukanlah bagiannya di dunia. Meskipun, hal itu merupakan bagian dunia bagi orang lain, beliau bersabda: "Dijadikan kesenanganku dari duniamu" ini adalah kalimat beliau. Maksudnya adalah untuk memuji nabi Yahya bahwa dia menjaga diri, bukan karena dia tidak bisa mendatangi wanita. Tetapi maknanya sebagaimana yang telah dikatakan oleh beliau dan yang lainnya, bahwa dia dijaga dari perbuatan keji dan kehinaan. Hal ini tidak menghalangi dia untuk menikahi wanita secara halal, melindungi mereka, dan memiliki keturunan dengan mereka. Bahkan, terkadang dipahami bahwa ada keturunannya, diambil dari doa nabi Zakariya seperti yang disebutkan sebelumnya, dimana dia berdoa (Ya Tuhanku, berilah aku dari sisiMu seorang anak yang baik) Seolah-olah dia memohon agar memiliki seorang anak yang memiliki keturunan. Hanya Allah yang lebih mengetahui.
Firman Allah: (dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh) Ini adalah berita gembira kedua tentang kenabian nabi Yahya setelah berita gembira tentang kelahirannya. Berita ini lebih tinggi daripada yang sebelumnya, sebagaimana firman Allah kepada ibu nabi Musa: (Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul) (Surah Al-Qashash: 7). Ketika kabar gembira ini telah nyata, nabi Zakariya merasa terkejut dengan kehadiran seorang anak darinya setelah usia tua (Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". Allah berfirman) yaitu malaikat (Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya) Demikianlah perintah Allah itu sangat agung, tidak ada satupun yang bisa melemahkanNya dan tidak ada yang melebihiNya. (Kemudian Zakariya berkata: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)") yaitu tanda yang menjadi petunjuk bagiku terkait keberadaan seorang anak dariku. (Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat) yaitu isyarat bahwa kamu tidak mampu berbicara, meskipun kamu dalam keadaan sehat, sebagaimana dalam firman Allah: (selama tiga malam, padahal kamu sehat) (Surah Maryam: 10). Kemudian Allah memerintahkannya untuk banyak berdzikir, mengucapkan takbir, dan tasbih dalam keadaan ini. Allah SWT berfirman: (Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari) Akan ada pembahasan lebih lanjut tentang hal ini dalam surat Maryam, jika Allah menghendaki


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Ali ‘Imran ayat 40: Ia berkata: "Hai Tuhanku! Bagaimana aku akan dapat seorang anak, padahal aku telah tua dan isteriku mandul?") Ia berkata: "Walaupun begitu, Allah berbuat apa yang la kehendaki".


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 40

Kabar gembira yang malaikat sampaikan kepada zakaria justru membuat dia terkejut dan agak bimbang, dia berkata, tuhanku, bagaimana mungkin aku bisa mendapat anak yang aku minta sebagai penerus sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul' dia berfirman, demikianlah, Allah berbuat apa yang dia kehendaki, termasuk memberi anak tanpa melalui proses yang wajar. Peristiwa ini untuk mengawali sebuah peristiwa yang lebih dahsyat lagi, yakni proses kelahiran nabi isa yang tanpa bapak. Untuk menguatkan batinnya, dia berkata untuk memanjatkan doa, tuhanku, berilah aku suatu tanda jika doaku benar-benar engkau kabulkan, juga agar hatiku tenang. Lalu Allah berfirman, tanda bagimu kalau doamu terkabul adalah bahwa engkau tidak mampu berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat, dan bukan berarti bisu. Buktinya, ia masih bisa bicara jika yang diucapkan adalah pujian kepada Allah. Dan sebutlah nama tuhanmu sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah serta pujilah dia pada waktu petang dan pagi hari.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah berbagai penafsiran dari berbagai mufassir berkaitan makna dan arti surat Ali ‘Imran ayat 40 (arab-latin dan artinya), semoga bermanfaat bagi kita. Support perjuangan kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Link Cukup Sering Dicari

Telaah ratusan materi yang cukup sering dicari, seperti surat/ayat: Yusuf, Al-Lahab, Al-Qari’ah, Al-‘Ashr, Quraisy, Bismillah. Serta An-Naziat, An-Nisa 59, An-Nashr, Al-Kahfi 1-10, Al-Ma’idah 3, Az-Zumar 53.

  1. Yusuf
  2. Al-Lahab
  3. Al-Qari’ah
  4. Al-‘Ashr
  5. Quraisy
  6. Bismillah
  7. An-Naziat
  8. An-Nisa 59
  9. An-Nashr
  10. Al-Kahfi 1-10
  11. Al-Ma’idah 3
  12. Az-Zumar 53

Pencarian: al baqarah 35, al kahfi ayat 13, ali imran 148, qs al-baqarah ayat 83, idgham artinya adalah

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.