Surat Al-Baqarah Ayat 126
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ
Arab-Latin: Wa iż qāla ibrāhīmu rabbij'al hāżā baladan āminaw warzuq ahlahụ minaṡ-ṡamarāti man āmana min-hum billāhi wal-yaumil-ākhir, qāla wa mang kafara fa umatti'uhụ qalīlan ṡumma aḍṭarruhū ilā 'ażābin-nār, wa bi`sal-maṣīr
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".
« Al-Baqarah 125 ✵ Al-Baqarah 127 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Hikmah Penting Terkait Surat Al-Baqarah Ayat 126
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 126 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai hikmah penting dari ayat ini. Didapatkan berbagai penafsiran dari berbagai ulama terhadap kandungan surat Al-Baqarah ayat 126, antara lain sebagaimana tercantum:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan Ingatlah -wahai nabi- ketika Ibrahim berkata sambil berdoa, “Wahai Tuhanku jadikanlah Makkah sebagai negeri yang aman dari ancaman rasa takut, dan berilah penduduknya rizki dari berbagai macam buah-buahan, dan khususkanlah dengan rizki ini bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Allah berfirman: “barangsiapa yang kafir dari mereka akan aku beri rezeki di dunia dan akan aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku akan dorong dengan paksa ke dalam siksa neraka.” Dan seburuk-buruknya tempat kembali dan tempat tinggal adalah tempat tersebut.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
126. Dan sampaikanlah ketika Ibrahim berdoa kepada Tuhannya: “Jadikanlah Makkah sebagai negeri yang menenangkan jiwa, dan berilah rezeki penduduknya yang beriman dengan berbagai macam buah-buahan.” Maka Allah mengabulkan doanya, dan Dia menyebutkan bahwa penduduknya yang kafir juga akan mendapatkan rezeki sedikit kenikmatan, kemudian Allah akan menyeret mereka ke dalam azab neraka. Dan seburuk-buruk tempat kembali adalah neraka Jahannam.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
126. Dan ingatlah -wahai Nabi- ketika Ibrahim berdoa kepada Rabbnya, “Ya Rabbku, jadikanlah Makkah ini negeri yang aman, tidak ada seorangpun yang diperlakukan buruk di sana. Dan anugerahilah penduduknya aneka macam buah-buahan. Dan jadikanlah itu sebagai rezeki hanya bagi orang-orang yang beriman kepada-Mu dan hari Akhir.” Allah berfirman, “Barangsiapa yang kafir di antara mereka, maka Aku akan memberinya sedikit kenikmatan di dunia, kemudian di akhirat kelak Aku akan memasukkannya ke dalam azab neraka. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali di hari kiamat.”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
126. هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا (negeri ini, negeri yang aman sentosa)
Yakni negeri Makkah
وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ (dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah)
Dan bukan kepada orang yang kafir. Sehingga Allah menjawabnya dengan: (ومن كفر)
وَمَنْ كَفَرَ (Dan kepada orang yang kafir)
Yakni Aku akan memberi rezeki untuk orang-orang mukmin di negeri itu untuk memenuhi janji-Ku dan Aku juga akan memberi rezeki untuk orang kafir. Karena rezeki bukanlah seperti kepemimpinan, kepemimpinan hanya untuk orang mukmin sedangkan rezeki untuk orang mukmin dan kafir.
فَأُمَتِّعُهُ(Aku beri kesenangan)
Yakni adapun orang kafir akan Aku beri kesenangan dengan sedikit rezeki di dunia.
ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ ( kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka)
Yakni di akhirat Aku paksa mereka untuk merasakan siksa neraka sampai mereka merasa terpojok dan tidak mendapat tempat membebaskan diri.
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
1 ). Dalam surah al-Baqarah ini Ibrahim as. berdoa : { رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا } (“Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa.”) artinya jadikanlah tempat ini sebagai negeri yang aman. Doa ini tepat karena doa ini [diucapkan] sebelum pembangunan Ka’bah. Dan dalam surah Ibrahim Allah berfirman: { وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا } “Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa: ‘Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman.” [ Ibrahim : 35]. Hal ini pun sesuai (tepat), karena -wallahu a’lam-, kemungkinan do’a ini dipanjatkan untuk kedua kalinya setelah pembangunan Baitullah (Ka’bah), dan didiami oleh para penghuninya, serta setelah kelahiran Ishak, yang usianya tiga belas tahun lebih mudah daripada Ismail. Oleh karena itu, pada akhir do’anya, Ibrahim as. mengucapkan: { الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ } “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tuaku Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Rabb-ku benar-benar Mahamendengar (memperkenankan) doa. ” [ QS. Ibrahim: 39 ].
2 ). Allah ta'ala dalam surah al-Baqarah berfirman : { رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا } dan dalam surah Ibrahim : { هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا } dalam surah al-Baqarah kata "balad" datang dengan bentuk (nakiroh), sedangkan dalam surah Ibrahim dengan bentuk (ma'rifah), dan rahasia dibalik keduanya adalah : bahwasanya ayat (al-baqarah) Ibrahim berdoa dengan lafazh tersebut sebelum tempat ka'bah berdiri menjadi sebuah wilayah tersendiri, bahkan dia mengucapkannya ketika diperintahkan kepadanya untuk meninggalkan Hajar dan Isma'il yang ketika itu masih merupakan sebuah lembah yang tandus, maka Ibrahim berdoa agar tempat itu menjadi sebuah kota, adapun ayat dalam surah Ibrahim sebagai isyarat bahwasanya Ibrahim berdoa dengan lafazh tersebut ketia ia kembali kepada istri dan anaknya, setelah wilayah itu menjadi sebuah kota, kemudian Ibrahim berdoa untuk keselamatan tempat itu.
3 ). Perhatikanlah bagaimana keterkaitan yang kuat antara keamanan dan rezeki, dan antara takut dan lapar anda akan menemukannya dalam al-qur'an saling berkaitan satu sama lainnya, hal itu menegaskan akan pentingnya menjaga keamanan; dengan dampak yang berpengaruh pada kehidupan dan peribadatan orang-orang dan stabilitas fisik dan psikologis mereka, dan apa keindahan dari kehidupan dan ibadah seseorang jika rasa takut menghantui ? bahkan akan berdampak buruk dalam menjalani aktifitasnya sehari-hari.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Ingatlah, ketika Ibrahim berdoa: “Ya Allah, jadikanlah negeri Makkah ini sebagai negeri yang aman bagi para penduduknya. Anugerahkanlah kepada penduduk yang beriman kepada-Mu dan hari akhir berbagai buah-buahan yang dapat diambil dari setiap tempat. Allah menjawab: “Aku akan memberi rizki juga kepada mereka yang kafir. Agar mereka merasakan kesenangan sementara di dunia dari sedikit rizki itu. Kemudian akan Aku tunaikan kepada mereka azab neraka, tak akan ada yang bisa selamat dari azab-Ku. Sungguh neraka Jahanam adalah tempat paling buruk yang diperuntukkan bagi mereka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa,“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari akhir.” Dia berfirman,} Allah SWT berfirman {“Siapa yang kufur, maka akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia} memaksanya di akhirat {kepada azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.”} tempat kembali
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
126. ketika Nabi Ibrahim berdoa bagi Baitullah agar Allah menjadikannya sebagai negeri yang aman dan Allah memberikan rizki berbagai macam buah-buahan kepada penduduknya, kemudian beliau menghususkan doa ini hanya bagi orang-orang yang beriman sebagai tindakan kesopanan kepada Allah, di mana doa beliau yang pertama bersifat umum, dan diberi jawaban yang dibatasi dengan selain yang zhalim.
dan ketika beliau berdoa agar mereka mendapatkan rizki dan beliau membatasinya hanya bagi orang-orang Mukmin saja, padahal rizki Allah itu menyeluruh kepada orang Mukmin, orang kafir, pelaku kemaksiatan, dan pelaku ketaatan, maka Allah berfirman, “Dan kepada orang yang kafir pun “ Aku memberi rizki kepada mereka semuanya, bukan Muslim maupun kafir. Adapun yang Muslim, dia akan mempergunakan rizki itu untuk beribadah kepada Allah, kemudian dengannya dia berpindah kepada kenikmatan surga, sedangkan yang kafir, dia akan bersenang-senang padanya sementara, “Kemudian Aku paksa ia, ” maksudnya Aku mendorongnya dan mengeluarkannya dengan paksa untuk ‘menjalani siksa neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 125-128
Ibnu Abbas berkata mengenai firman Allah SWT : (Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia) Mereka datang kepadanya, kemudian mereka kembali.
Abu Al-‘Aliyah berkata mengenai firman Allah SWT: (Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman) yaitu, aman dari musuh, dan senjata tidak boleh dibawa di dalamnya. Di zaman jahiliyah, orang-orang menculik orang lain yang ada di sekitar mereka, sedangkan mereka sendiri aman dan tidak disakiti.
Diriwayatkan dari Mujahid,’ Atha', As-Suddi, Qatadah, dan Ar-Rabi’ bin Anas, mereka berkata: “Barangsiapa yang masuk ke dalamnya, maka dia akan aman.”
Maksud dari penafsiran para imam mengenai ayat ini yaitu bahwa Allah SWT mengingatkan tentang kemuliaan Baitullah, membuatnya memiliki sifat-sifat yang dijelaskan secara syar’i dan qadriy, dengan keberadaannya sebagai tempat berkumpul manusia, maknanya yaitu Dia menjadikannya sebagai tempat di mana jiwa-jiwa merindukannya, dan tidak akan pernah ada yang memadamkan keinginan jiwa-jiwa itu untuk mengunjunginya, dan meskipun seseorang datang kepadanya setiap tahun, sebagai bentuk pengkabulan doa dari Allah untuk nabi Ibrahim AS, dalam firmanNya (maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka) sampai (ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.) [Surah Ibrahim: 37-40]. Allah SWT juga menggambarkannya sebagai tempat yang aman, sehingga siapa pun yang memasukinya, akan merasa aman, bahkan jika dia telah melakukan dosa sekalipun, dia tetap merasa aman.
Dalam ayat yang mulia ini juga ditekankan tentang kedudukan nabi Ibrahim sehubungan dengan perintah untuk mendirikan shalat di tempat tersebut. Allah berfirman: (Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat) Para mufasir berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud “maqam” di sini?'
Ibnu Abbas berkata terkait firmanNya (Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat) maksud dair “Maqam Ibrahim”adalah seluruh wilayah Haram. Diriwayatkan juga pendapat yang serupa dari Mujahid dan ‘Atha'.
Umar bin Khattab RA berkata: “Ada tiga perkara yang saya sepakati dengan Tuhan saya atau Tuhan saya telah menyepakatinya saya pada tiga perkara. Saya berkata, “Wahai Rasulullah, jika aku menjadikan “Maqam Ibrahim” sebagai tempat shalat?' Lalu turunlah ayat: (Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat) Lalu saya berkata, “Wahai Rasulullah, baik orang shalih maupun orang yang berdosa datang kepadamu. Apakah saya harus memerintahkan istri-istri orang mukmin untuk berhijab? Lalu turunlah ayat tentang hijab. dia berkata: “Telah sampai padaku keluhan dari Nabi SAW tentang beberapa istri beliau. Maka saya mendatangi mereka dan berkata, “Jika kalian berhenti atau agar Allah menggantikan RasulNya dengan istri yang lebih baik dari kalian.” Hingga saya mendatangi salah satu istri beliau, dan dia berkata, “Wahai Umar, Apakah di dalam Rasulullah tidak ada nasehat untuk istri-istrinya, sehingga kamu yang harus menasehati mereka?” Lalu Allah menurunkan ayat: (Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu) [Surah At-Tahrim: 5].
Ini adalah potongan dari hadits panjang yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya, dari hadis Hatim bin Isma'il.
Bukhari meriwayatkannya dengan sanadnya dari Amr bin Dinar, dia berkata, “Aku mendengar Ibn Umar berkata: “Rasulullah SAW datang dan melakukan thawaf di sekeliling Ka'bah sebanyak tujuh kali, kemudian beliau shalat di belakang “Maqam Ibrahim” dua rakaat.
Semua ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “Maqam” di sini adalah batu tempat nabi Ibrahim AS berdiri untuk membangun Ka'bah. Ketika dindingnya mencapai ketinggian tertentu, nabi Isma'il AS membawakan batu tersebut agar nabi Ibrahim AS berdiri di atasnya untuk membangun bagian atasnya dan menempatkan batu-batu dengan tangannya untuk mendirikan dinding. Setiap kali dia selesai di satu sisi, dia beralih ke sisi lain, berputar di sekeliling Ka'bah. Dia berhenti di atas batu ini setiap kali selesai memindahkan batu, dan kemudian dia pindah ke sisi berikutnya. Ini dilakukan sampai selesai membangun seluruh dinding Ka'bah, sebagaimana penjelasannya akan ada dalam cerita tentang nabi Ibrahim AS dan nabi Isma'il AS dalam membangun Baitullah"
menurut riwayat Ibnu Abbas dalam kitab Shahih Bukhari. Jejak kaki mereka terlihat pada bangunan itu, dan hal ini tetap menjadi pengetahuan yang diketahui bangsa Arab pada masa jahiliyah. Oleh karena itu, Abu Thalib mengungkapkan dalam syair terkenalnya:
"Jejak kaki Ibrahim di batu lembap, Dia berjalan dengan telanjang kaki, tanpa alas."
Orang-orang muslim juga menyadari hal ini, sebagaimana yang disebutkan oleh Abdullah bin Wahb: “Yunus bin Yazid memberitahuku dari Ibnu Shihab bahwa Anas bin Malik mengatakan,"Saya melihat “Maqam Ibrahim” terdapat bekas-bekas jari dan ujung-ujung jari kaki nabi Ibrahim AS. Namun orang-orang telah menghapusnya dengan tangan mereka."
Saya mengatakan: “Tempat tersebut dulu melekat pada dinding Ka'bah, dan lokasinya sekarang diketahui ada di samping pintu, di sebelah kanan bagian dalam dari pintu, pada tempat yang ada di sana. Setelah nabi Ibrahim AS selesai membangun Baitullah, dia meletakkannya pada dinding Ka'bah atau mungkin saat ia menyelesaikan pembangunannya, dia meninggalkannya di sana. Oleh karena itu (hanya Allah yang lebih mengetahui) perintah shalat di tempat tersebut setelah menyelesaikan thawaf, dan yang sesuai yaitu berada di sisi “Maqam Ibrahim”di mana dia menyelesaikan pembangunan Ka'bah. Adapun perpindahannya dari dinding Ka'bah ke tempat sekarang ini dilakukan oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA. Dia adalah salah satu dari para imam dan Khulafaur Rasyidin, yang harus diikuti, dia juga merupakan salah satu dari dua orang yang disebutkan oleh Rasulullah SAW: “Ikutilah orang-orang yang datang setelahku, yaitu Abu Bakar dan Umar."
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata: (Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim) maknaya yaitu Kami telah memerintahkannya. Begitulah yang dikatakan, dan tampaknya bahwa huruf ini digabungkan dengan “ila”, karena mengandung makna “Kami yang telah menyampaikan dan Kami telah mewahyukan”
Said bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firmanNya: (Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf) yaitu (membersihkan) dari berhala-berhala.
Mujahid dan Said bin Jubair berkata tentang firmanNya (Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf) yaitu membersihkan dari berhala-berhala, bercampur dengan istri, perkataan palsu dan kotoran.
Adapun firmanNya, (untuk orang-orang yang thawaf), thawaf mengelilingi Baitullah adalah sesuatu yang dikenal. Diriwayatkan dari Said bin Jubair mengenai firmanNya: (orang-orang yang thawaf), yaitu orang yang datang dari luar, sedangkan (orang-orang yang i'tikaf) yaitu mereka yang tinggal di sana. Demikian juga diriwayatkan dari Qatadah dan Ar-Rabi' bin Anas, bahwa keduanya menafsirkan (orang-orang yang i'tikaf) sebagai penduduk yang tinggal di sana, seperti yang dikatakan oleh Said bin Jubair.
Dan Ibnu Jarir mengatakan: Arti dari ayat ini adalah Kami memerintahkan Ibrahim dan Ismail untuk membersihkan rumahKu untuk orang-orang yang thawaf. Perintah pembersihan Baitullah untuk mereka berdua yaitu pembersihan dari berhala-berhala, dan penyembahan berhala di dalamnya, serta membersihkannya dari perbuatan syirik."
Maksud dari hal ini adalah untuk menanggapi orang-orang musyrik yang dahulu menyekutukan Allah di sekitar Baitullah yang didirikan untuk ibadah hanya kepadaNya tanpa ada sekutu bagiNya. Meskipun demikian, mereka menghalangi penduduk-sekitar yang mukmin untuk mendekatinya. Sebagaimana firman Allah SWT: (Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih (25)) (Surah Al-Hajj)
Makna dari kalam tersebut adalah: (Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail) yaitu, kami telah memberikan wahyu kepada Ibrahim dan Ismail ("Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud") Artinya, mereka mensucikan Baitullah dari perbuatan syirik, keragu-raguan, serta anak-anak mereka melaksanakanya dengan ikhlas hanya untuk Allah, untuk melayani orang-orang yang thawaf, I’tikaf, ruku', dan sujud. Konsep membersihkan masjid-masjid diambil dari ayat ini, dan firmanNya: (Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang) (Surah An-Nur) dan dari sunnah yang terdapat dalam banyak hadis yang mengajarkan untuk membersihkan dan menyucikan masjid-masjid, dan hal lainnya seperti menjaga dari kerusakan dan najis serta hal lain yang serupa. Oleh karena itu, dikatakan: “Masjid-masjid dibangun sesuai dengan tujuan bangunan itu dibangun'"
Allah SWT berfirman untuk mengabarkan tentang nabi Ibrahim AS ketika berdoa, ("Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman) yaitu dari rasa takut yang dapat mengganggu penduduknya. Allah telah mengatur hal ini syariat dan kuasaNya, sebagaimana dalam firmanNya, (Dan siapa saja yang memasukinya, maka ia akan aman) (Surah Ali 'Imran: 97), dan (Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok) (Surah Al-'Ankabut: 67), dan ayat-ayat lainnya. Dalam hadits sahih Muslim, diriwayatkan dari Jabir, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah diperbolehkan bagi siapa pun untuk membawa senjata di Makkah" Allah berfirman mengenai hal ini ("Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman) yaitu Ya Allah, jadikanlah tempat ini menjadi negeri yang aman dan cocok untuk penduduknya", karena tempat ini telah menjadi aman sebelum pembangunan Ka'bah. Allah juga berfirman dalam surat Ibrahim, (Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman) (35). Ini juga sesuai dengan tempat tersebut (hanya Allah yang lebih mengetahui) karena seakan-akan doa ini tampaknya diajukan dua kali setelah pembangunan Ka'bah dan pemukiman penduduknya di sana, serta setelah kelahiran nabi Ishaq, yang usianya lebih muda tiga tahun daripada nabi Isma'il; oleh karena itu di akhir doa disebutkan, (Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa (39)) (Surah Ibrahim).
Firman Allah SWT (dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali")
Diriwayatkan dari Abu bin Ka'ab terkait firman Allah SWT (Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali") maknanya yaitu bahwa ini adalah firman dari Allah SWT. Ini adalah pendapat Mujahid dan 'Ikrimah, dan ini adalah pendapat yang ditegaskan oleh Ibnu Jarir.
Firman Allah SWT (kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali") kemudian mereka dihadapkan pada siksa neraka yang merupakan seburuk-buruknya tempat kembali setelah diberi kenikmatan di dunia dan diberi kelapangan. Maknanya yaitu bahwa Allah SWT memperhatikan mereka, memberi mereka kesempatan, dan kemudian Allah akan memaksa mereka dengan siksaan yang sangat kuat dan tidak terhindarkan, sebagaimana firmanNya (Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu) (48)) (Surah Al-Hajj) Dan dalam Hal ini hadits shahih Bukhari Muslim, "Tidaklah seorang pun yang sanggup bersabar terhadap gangguan yang dia dengar tentang Allah (dari mereka), sesungguhnya mereka menjadikan bagiNya anak-anak, padahal Dia memberi rezeki dan kesehatan kepada mereka." Dan dalam hadits yang shahih juga disebutkan,"Sesungguhnya Allah memberi kesempatan kepada orang zalim, kemudian ketika Dia menyiksanya, Dia tidak akan melepaskannya." Kemudian Allah membacakan firmanNya (Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.) (Surah Hud)
Beberapa orang membaca ayat ini dengan membaca: “Qaala wa man kafara fa amthi’hu qalilan, tsumma idhtharruhu ila ‘adzabin nar wa bi’sal mashir” dan membuatnya menjadi salah satu dari kesempurnaan doa nabi Ibrahim, ini adalah bentuk bacaan yang jarang dan bertentangan dengan "qira'ah sab'ah", dan susunannya berbeda dengan maknanya. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Sesungguhnya terdapat isim dhamir dalam kata "Qaala" yang merujuk kepada Allah dalam bacaan mayoritas, dan konteksnya menghendaki hal itu, sedangkan untuk bacaan yang jarang ini, isim dhamir itu merujuk kepada nabi Ibrahim, dan hal ini bertentangan dengan susunan kalamnya. Allah SWT yang lebih mengetahui
Adapun firman Allah SWT Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (127) Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (128). “Qawaid” adalah bentuk jamak dari “qa’idah ” artinya adalah landasan dan dasar. Allah berfirman: "Dan ingatkanlah, wahai Muhammad, kepada kaummu tentang pembangunan Baitullah oleh Ibrahim dan Isma'il, dan Kami angkat dasar-dasar dari rumah itu, sedang keduanya berdoa: (Ya Tuhan kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' " Al-Qurthubi dan lainnya meriwayatkan dari Abu dan Ibnu Mas'ud bahwa keduanya membaca: 'Dan ketika Ibrahim dan Isma'il membangun dasar-dasar rumah itu, sambil berdoa: “"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui")
Saya berkata: ayat ini menunjukkan kepada doa mereka setelahnya: (Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau)
Mereka berdua melaksanakan amal shalih dan memohon kepada Allah SWT untuk menerima amal mereka. Ini sebagaimana yang diceritakan oleh Allah SWTtentang keadaan orang-orang mukmin yang ikhlas dalam firmanNya: (Dan orang-orang yang memberikan apa yang mereka terima) yaitu mereka memberikan sesuatu yang diberikan kepada mereka berupa sedekah, infaq dan qurban (dengan hati yang takut) (Surah Al-Mu’minun: 60), yaitu khawatir bahwa amal mereka tidak diterima, sebagaimana yang ada pada hadits shahih dari ‘Aisyah RA dari Rasulullah SAW, sebagaimana yang akan di jelaskan pada babnya
Bukhari berkata terkait firman Allah SWT: (Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail), "Qawa'id" berarti dasarnya. Bentuk mufradnya adalah "qai'idatun" Sedangkan "Qawa'id" dalam konteks wanita, bentuk mufradnya adalah "qa'id".
Firman Allah SWT itu menceritakan doa nabi Ibrahim AS dan nabi Ismai AS: (Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang (128))
Ibnu Jarir berkata, maksudnya yaitu, "Jadikanlah kami orang-orang yang tunduk kepada perintahMu, patuh kepadaMu, tidak menyekutukanMu dengan siapapun, dan tidak menyembah selain Engkau.
As-Suddi berkata tentang ayat ini (dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepadaMu) Maksudnya adalah orang Arab. Ibnu Jarir berkata, ayat ini mencakup orang Arab dan juga orang non Arab. Karena dari keturunan Ibrahim, ada Bani Israil, dan Allah SWT berfirman: (Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan) [Surah Al-A'raf].
Saya berkata: "Yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini tidak menafikan pendapat As-Suddi, karena pengkhususan dalam ayat ini tidak mengecualikan yang lainnya, dan konteksnya khusus pada orang Arab. Karena itu, setelahnya Allah SWT berfirman : (Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang) [Surah Al-Baqarah]. Yang dimaksud di sini adalah nabi Muhammad SAW. Sungguh beliau telah diutus kepada mereka, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri) [Surah Al-Jumu'ah: 2]. Meskipun demikian, hal ini tidak mengecualikan pengutusanNya kepada orang berkulit merah dan hitam, sebagaimana firmanNya: (Katakanlah -wahai Rasul-, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus kepada kalian semua) [Surah Al-A'raf: 158] dan dalil-dalil yang kuat lainnya.
Doa nabi Ibrahim AS dan nabi Ismail AS, sebagaimana Allah SWT memberitahukan tentang hamba-hambaNya yang bertaqwa dan beriman dalam firmanNya: (Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa) (Surah Al-Furqan). Doa ini merupakan doa yang dikehendaki dalam syariat, karena kesempurnaan kasih sayang untuk ibadah kepada Allah SWT adalah menginginkan agar keturunannya ada yang menyembah hanya Allah SWT semata, tidak ada sekutu bagiNya. Itulah sebabnya Allah SWT berfirman kepada nabi Ibrahim AS: (Aku jadikan sebagai imam yang diikuti) lalu berfirman (Dia (Ibrahim) berkata, "Dan (juga) dari anak cucuku?" Allah berfirman, "(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zhalim.") (Surah Al-Baqarah: 124). dan firmanNya: (dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala) (Surah Ibrahim: 35). Hal ini tercatat dalam hadits Shahih Muslim dari Abu Hurairah AS, dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya."
(dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami) Ibnu Juraij mengatakan, dari 'Atha’: (dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami) Tunjukkanlah kepada kami dan ajarilah kami tentang itu.
Mujahid mengatakan bahwa makna : (dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami) yaitu hewan kurban kami. Diriwayatkan pendapat yang serupa juga dari 'Atha' dan Qatadah
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata : { أَضۡطَرُّهُۥ } Adhtharruhu : Saya paksa mereka merasakan adzab di neraka.
Makna ayat :
Pada ayat (126) mengandung perintah Allah Ta’ala kepada rasulNya untuk mengingatkan kembali doa Nabi Ibrahim kepada Rabbnya agar menjadikan Mekah sebagai negeri yang aman dan damai bagi siapa saja yang memasukinya, aman bagi dirinya, hartanya, dan kehormatannya. Juga agar memberikan rizqi bagi penduduknya yang mukmin dengan buah-buahan. Sesungguhnya Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim, namun orang-orang kafir tetap mendapatkan rizqi di dunia, akan tetapi haram bagi mereka masuk ke dalam surga di akhirat nanti. Karena Allah Ta’ala telah memaksa mereka untuk merasakan adzab yang pedih di neraka. Sungguh amat buruk tempat kembali mereka, dan neraka sejelek-jelek tempat kembali.
Pelajaran dari ayat :
• Keberkahan doa Nabi Ibrahim bagi penduduk Mekah, dengan dikabulkannya doa beliau oleh Allah Ta’ala.
• Orang kafir tidak terhalang rizqinya disebabkan kekufurannya, akan tetapi dia memperoleh hak dan kesempatan hidup kecuali termasuk golongan yang memerangi kaum muslimin sehingga harus di bunuh, atau masuk Islam.
• Tempat kembali bagi orang kafir yang mati adalah neraka. Tidak bisa ditawar lagi. Bahkan mati di tanah haram tidak bermanfaat sama sekali bagi orang kafir.
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Baqarah ayat 126: Allah mengabarkan bahwasannya Ibrahim berdoa kepada Rabbnya agar menjadikan mekkah bagai negeri yang aman dan agar menjadikannya rizki dari setiap buah – buahnya.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Do'a awalnya mutlak untuk semua penduduknya, namun kemudian Nabi Ibrahim 'alaihis salam membatasinya untuk orang-orang mukmin saja sebagai adabnya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Rezeki yang Allah berikan adalah untuk semua makhluk baik yang mukmin maupun yang kafir, yang shalih maupun yang bermaksiat. Orang mukmin menggunakan rezeki itu untuk beribadah kepada Allah dan ia akan masuk ke dalam surga, sedangkan orang kafir menggunakannya untuk bersenang-senang saja, dan ia akan dipaksa masuk neraka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 126
Dan ingatlah ketika nabi ibrahim berdoa dengan mengatakan, ya tuhanku, jadikanlah negeri mekah ini sebagai negeri yang aman dari rasa takut dan perasaan terancam, dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu khususnya di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Dia berfirman, dan kepada orang yang kafir akan aku beri kesenangan sementara di dunia ini, kemudian akan aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Dan ingatlah ketika ibrahim meninggikan fondasi baitullah, yakni kakbah yang sudah ada sejak zaman nabi adam, bersama putranya, ismail, seraya berdoa, ya tuhan kami, terima lah amal saleh dan permohonan dari kami. Sungguh, engkaulah yang maha mendengar permohonan hamba-hamba-Mu, maha mengetahui keadaan mereka.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Itulah aneka ragam penjabaran dari berbagai ahli tafsir terhadap kandungan dan arti surat Al-Baqarah ayat 126 (arab-latin dan artinya), semoga menambah kebaikan untuk kita bersama. Support dakwah kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.