Surat At-Taubah Ayat 113

مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن يَسْتَغْفِرُوا۟ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوٓا۟ أُو۟لِى قُرْبَىٰ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَٰبُ ٱلْجَحِيمِ

Arab-Latin: Mā kāna lin-nabiyyi wallażīna āmanū ay yastagfirụ lil-musyrikīna walau kānū ulī qurbā mim ba'di mā tabayyana lahum annahum aṣ-ḥābul-jaḥīm

Artinya: Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.

« At-Taubah 112At-Taubah 114 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Berharga Mengenai Surat At-Taubah Ayat 113

Paragraf di atas merupakan Surat At-Taubah Ayat 113 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan tafsir berharga dari ayat ini. Tersedia kumpulan penafsiran dari beragam mufassir terkait makna surat At-Taubah ayat 113, di antaranya sebagaimana berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Tidak sepatutnya bagi nabi Muhammad dan orang-orang mukmin untuk berdoa memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik, meskipun mereka adalah karib kerabat sendiri, setelah mereka mati di atas kesyirikan kepada Allah dan penyembahan terhadap berhala-berhala, dan telah jelas bagi mereka bahwa orang-orang itu adalah para penghuni neraka jahanam, lantaran mati diatas kesyirikan. Dan Allah tidak akan mengampuni kaum musyrikin, sebagaimana Allah berfirman
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
“sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni perbuatan syirik” (QS : an-nisa 48)
dan sebagaimana Allah berfirman,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
”sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan Allah), maka pasti Allah mengharamkan surga baginya.” (QS : al-maidah 72)


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

113. Tidak berhak seorang nabi atau orang beriman memintakan ampunan kepada Allah bagi orang-orang musyrik, meskipun mereka adalah kerabat mereka, setelah mereka mati dalam keadaan syirik dan setelah menjadi jelas mereka adalah penghuni neraka; sebab Allah mengharamkan surga bagi mereka.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

113. Tidak sepatutnya bagi seorang nabi dan orang-orang mukmin memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang-orang musyrik, walaupun mereka adalah kerabat dekatnya, setelah mereka mengetahui dengan jelas bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni Neraka karena mereka meninggal dunia dalam kemusyrikan.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

113. مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن يَسْتَغْفِرُوا۟ لِلْمُشْرِكِينَ (Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik)
Ketika sakaratul maut mendatangi Abu Thalib, Rasulullah mendatanginya sedang Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berada di sampingnya. Kemudian Rasulullah bersabda: “wahai pamanku, katakanlah Laa ilaaha illa Allah, agar aku dapat membelamu di hadapan Allah. Maka Abu jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata: wahai Abu Thalib apakah kamu membenci agama Abdul Mutthalib? Dan Rasulullah pun terus menawarkan kalimat tauhid kepadanya. Namun Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah tetap mengelabuhinya dengan perkataan mereka itu. Dan Abu Thalib berkata sebagai kalimat terakhirnya bahwa ia tetap diatas agama Abdul Mutthalib, dan enggan utntuk mengucapkan kalimat Laa ilaaha illaa Allah. Kemudian Rasulullah bersabda: “sungguh aku benar-benar akan memohonkannya ampun kepada Allah, sebelum aku dilarang untuk itu”. Maka turunlah ayat:
مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن يَسْتَغْفِرُوا۟ لِلْمُشْرِكِين وَلَوْ كَانُوٓا۟ أُو۟لِى قُرْبَىٰ
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya)”
Ayat ini mengandung perintah untuk memutus hubungan tolong menolong dengan orang-orang kafir, serta haramnya memohonkan ampun bagi mereka, dan berdoa bagi mereka, dan menyolati jenazah mereka karena terkandung didalamnya permohonan ampun bagi mereka.
Dan hubungan kekerabatan seperti ini tidaklah memiliki makna sebagaimana firman Allah kepada nabi Nuh tentang anaknya:
قال يا نوح إنه ليس من أهلك إنه عمل غير صالح
“Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik”

مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحٰبُ الْجَحِيمِ(sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam)
Karena mereka mati diatas kesyirikan.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

113. Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang mukmin itu memintakan ampunan untuk orang-orang musyrik meskipun mereka itu kerabat mereka, setelah tampak bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu penduduk neraka dengan keadaan mereka atas kekufuran. Ayat ini diturunkan terkait laki-laki yang memohonkan ampun bagi orang tuanya yang musyrik. Hal itu termasuk dalam larangan memintakan ampunan bagi orang-orang kafir dan mendoakan mereka mendapat kebaikan dan rahmat.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Tidak ada} tidak pantas {bagi Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik meskipun mereka ini kerabat} kerabat bagi mereka {setelah jelas bagi mereka bahwa sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka Jahim


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

113. Yakni, tidak layak dan tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman kepadanya “memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik”, yakni orang yang kafir kepadaNya dan menyembah selainNya bersamaNya “walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni Neraka jahanam.” Karena memintakan ampun untuk mereka dalam keadaan ini adalah salah dan tidak berguna, maka ia patut dilakukan Nabi dan orang-orang yang beriman, karena jika mereka mati di atas kesyirikan, atau diketahui bahwa mereka mati di atasnya, maka telah wajib atasnya siksa, wajib atasnya kekal di dalam Neraka, syafaat pemberi syafaat dan permohonan ampunan orang-orang yang meminta ampunan tidak berguna baginya.
Di samping itu, Nabi dan orang-orang yang beriman harus menyesuaikan diri dengan Allah dalam kecintaan dan kemarahan, mencintai orang yang dicintai oleh Allah, dan memusuhi orang yang dimusuhi oleh Allah, sedangkan memohon ampun bagi orang yang jelas bahwa mereka adalah penghuni Neraka adalah bertentang dan bertabrakan dengan itu.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 113-114
Diriwayatkan dari Ibnu Al-Musayyib, dari ayahnya, dia berkata,”Ketika Abu Thalib menjelang kematiannya, Nabi SAW masuk menemuinya, di sisinya ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah Lalu Nabi SAW bersabda:,”Hai paman, ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah!" sebagai kalimat yang aku akan membelamu dengannya di sisi Allah SWT, lalu Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata,"Wahai Abu Thalib apakah kamu tidak suka dengan agama Abdul Muthalib?" Abu Thalib menjawab.”Aku berada pada agama Abdul Muthalib" Lalu Nabi SAW bersabda,”Sungguh aku benar-benar akan memohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang untuk mendoakanmu” Lalu turunlah ayat (Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahim (113)) Dia berkata,” ayat yang turun tentang hal itu adalah: (Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya) (Surah Al-Qashash: 56)
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang dengan ayat ini, sebelumnya mereka memohonkan ampun kepada Allah untuk mereka sampai ayat ini diturunkan. Lalu berhenti memohonkan ampun untuk orang-orang mati mereka. Mereka tidak dilarang memohonkan ampun untuk orang-orang yang masih hidup sampai mereka mati, kemudian Allah menurunkan firmanNya: (Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tiada lain)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata seorang laki-laki Yahudi mati, dan dia memiliki anak laki-laki muslim. Lalu anak tidak keluar mengantarkan ayahnya. Hal itu diceritakan kepada Ibnu Abbas, lalu dia berkata bahwa slayaknya dia ikut berjalan mengiringinya, menguburkannya dan mendoakan kebaikan selagi ayahnya hidup. dan ketika ayahnya mati, maka hendaklah diia menyerahkan perkara ayahnya kepada ayahnya. Lalu Ibnu Abbas membacakan firmanNya: (Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya) yaitu tidak mendoakannya.
Firman Allah: (Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun) diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata,”kata “al-awwah” adalah berdoa.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Surat At-Taubah ayat 113: Ayat ini turun karena permohonan ampunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk pamannya Abi Thalib dan permohonan ampunan sebagian sahabat untuk kedua ibu bapaknya yang musyrik. Imam Bukhari meriwayatkan dari Sa’id bin Al Musayyib dari bapaknya, bahwa bapaknya memberitahukan kepadanya, “Ketika Abu Thalib akan wafat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang, dan Beliau mendapatkan di dekatnya ada Abu Jahal bin Hisyam dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Al Mughirah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Thalib, “Wahai pamanku, katakan “Laailaahaillallah” sebagai suatu kalimat yang aku akan menjadi saksi bagimu di hadapan Allah.” Abu Jahal dan Abu Umayyah pun berkata, “Wahai Abu Thalib, apakah kamu benci agama Abdul Muththalib?” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak henti-hentinya menawarkan kepadanya, sedangkan keduanya juga mengulangi kata-kata tadi, sehingga kata-kata Abu Thalib yang terakhir kepada mereka adalah bahwa dia di atas agama Abdul Muththalib, ia menolak mengucapkan, “Laailaahaillallah.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang.” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat tentangnya tersebut.

Hal itu, karena memohonkan ampunan dalam keadaan seperti ini tidak bermanfaat, karena mereka mati di atas syirk atau diketahui bahwa mereka mati di atasnya, di mana ketetapan azab sudah pasti bagi mereka dan mereka mesti kekal di neraka. Syafaat maupun permohonan ampun tidaklah bermanfaat. Di samping itu, Nabi dan orang-orang yang beriman seharusnya mengikuti Tuhan mereka dalam hal ridha dan bencinya, berwala’ (mencintai) kepada mereka yang dicintai Allah dan berbara’ (membenci) mereka yang dimusuhi Allah, sedangkan memintakan ampunan kepada orang yang telah jelas sebagai penghuni neraka adalah bertentangan dengan hal itu. Kalau pun pernah dilakukan oleh kekasih Allah, yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam maka hal itu karena janji yang telah diikrarkan kepada bapaknya, dan hal itu ketika ia belum mengetahui akhir hidup bapaknya. Ketika Ibrahim mengetahui bahwa bapaknya dalah musuh Allah, ia akan mati di atas kekafiran, dan manfaat maupun peringatan tidak bermanfaat baginya, maka ia berlepas diri darinya karena mengikuti Tuhannya dan beradab terhadap-Nya.

Dengan mati di atas kekafiran.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat At-Taubah Ayat 113

Usai menjelaskan sifat-sifat orang yang bertobat, Allah lalu menjelaskan manusia yang tidak layak dimohonkan ampunan Allah. Tidak pantas, yakni tidak pernah dan tidak mungkin terjadi bagi nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang musyrik itu kaum kerabat-Nya, setelah jelas bagi mereka dengan kematian mereka dalam kemusyrikan, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahanam. Adapun permohonan ampunan ibrahim kepada Allah untuk bapaknya yang berbeda agama dengan dia, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya bahwa ibrahim akan memintakan ampunan untuk bapaknya (lihat: surah maryam/19: 47). Maka ketika jelas bagi ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah karena tetap dalam kemusyrikan dan kesesatan, maka ibrahim berlepas diri darinya walau dengan berat hati. Sungguh, ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya, sangat takut kepada Allah lagi penyantun, yakni penyabar, mampu meredam kemarahan dan sikap buruk kepada orang lain.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Itulah sekumpulan penjabaran dari beragam ulama mengenai isi dan arti surat At-Taubah ayat 113 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah bagi kita semua. Bantulah syi'ar kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Paling Sering Dilihat

Kami memiliki banyak materi yang paling sering dilihat, seperti surat/ayat: At-Takatsur, Asy-Syams, An-Nur 2, Yunus 40-41, Al-Hujurat 12, Ali Imran. Juga Al-Isra 23, Al-Baqarah 286, Al-Ma’idah 2, Al-Baqarah 83, Az-Zalzalah, Al-Mujadalah 11.

  1. At-Takatsur
  2. Asy-Syams
  3. An-Nur 2
  4. Yunus 40-41
  5. Al-Hujurat 12
  6. Ali Imran
  7. Al-Isra 23
  8. Al-Baqarah 286
  9. Al-Ma’idah 2
  10. Al-Baqarah 83
  11. Az-Zalzalah
  12. Al-Mujadalah 11

Pencarian: albayyinah ayat 5, maryam ayat 41, al kahfi ayat 17, surah al 'alaq, al baqarah 266

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.