Surat Al-Hadid Ayat 24

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبُخْلِ ۗ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ

Arab-Latin: Allażīna yabkhalụna wa ya`murụnan-nāsa bil-bukhl, wa may yatawalla fa innallāha huwal-ganiyyul-ḥamīd

Artinya: (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

« Al-Hadid 23Al-Hadid 25 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Tafsir Mendalam Tentang Surat Al-Hadid Ayat 24

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Hadid Ayat 24 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada variasi tafsir mendalam dari ayat ini. Ada variasi penafsiran dari berbagai ulama berkaitan makna surat Al-Hadid ayat 24, sebagiannya sebagaimana tercantum:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

23-24. Agar kalian tidak bersedih atas dunia yang luput dari tangan kalian, kalian juga tidak berbangga dengan apa yang Allah berikan kepada kalian dengan kebanggaan yang mengandung keangkuhan dan kesombongan. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang menyombongkan diri dengan dunia yang dimilikinya, membanggakannya di depan orang lain. Orang- orang yang sombong itu adalah orang-orang yang kikir dengan harta mereka, mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah, juga menyuruh orang-orang agar bersikap bakhil dengan menghiasinya bagi mereka. Barangsiapa berpaling dari ketaatan kepada Allah, ia tidak merugikan kecuali dirinya sendiri, dan sama sekali tidak merugikan Allah. sesungguhnya Allah Mahakaya, tidak membutuhkan mahklukNya, juga Maha Terpuji, Pemilik semua sifat yang baik dan sempurna, serta perbuatan baik yang berhak untuk dipuji karenanya.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

24. Orang-orang yang kikir dengan apa yang seharusnya mereka keluarkan dan memerintahkan orang lain untuk berbuat kikir, mereka adalah orang-orang yang merugi. Dan barangsiapa berpaling dari ketaatan terhadap Allah, maka sekali-kali dia tidak menimpakan mudarat kepada Allah, akan tetapi mereka menimpakan mudarat pada diri mereka sendiri. Sesungguhnya Allah Mahakaya, tidak butuh ketaatan hamba-hamba-Nya dan Maha Terpuji dalam setiap keadaan.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

24. الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ ۗ( (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir)
Yakni enggan menunaikan hak Allah dan tidak mau bersedekah, dan mereka menghiasi kepada orang lain perbuatan kikir dengan perkataan dan perbuatan mereka, seperti dengan membanggakan diri dengan harta mereka sehingga orang lain ingin seperti mereka, dan menjadikan mereka kikir dan enggan melakukan kebaikan.

وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الْغَنِىُّ الْحَمِيدُ(Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji)
Yakni barangsiapa yang enggan berinfak maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkannya dan Dia terpuji di antara makhluk-makhluk-Nya.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

24. Mereka adalah orang-orang yang kikir atas apa yang seharusnya mereka nafkahkan. Mereka juga memerontahkan orang-orang untuk berlaku kikir. Mereka suka meninggalkan hak-hak Allah dan menolak untuk menafkahkan harta yang diminta untuk diinfakkan. Maka sesungguhnya Allah Maha Kaya darinya dan nafkahnya, Dzat yang dipuji oleh makhluk-makhlukNya atas Dzat, Sifat, dan TindakanNya. Yang mereka lakukan itu tidak berpengaruh bagiNya.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain kikir. Siapa saja yang berpaling} berpaling dari ketaatan kepada Allah {sesungguhnya Allah, Dialah Dzat Yang Maha kaya lagi Maha Terpuji


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H


24. “(Yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir.” Maksudnya, mereka memadukan dua hal tercela yang masing-masing dari keduanya sudah cukup buruk, yaitu kikir dengan cara menahan hak yang wajib serta memerintahkan orang lain untuk bersikap serupa. Mereka tidak cukup hanya bersikap kikir saja hingga mereka pun memerintahkan orang lain untuk bersikap kikir pula dan mendorong mereka untuk bersikap tercela dengan perkataan dan perbuatan. Inilah salah satu dari bentuk berpaling dari ketaatan kepada Allah “dan barangsiapa yang berpaling” dari ketaatan kepada Allah, maka ia hanya membahayakan dirinya sendiri, sama sekali tidak akan membahayakan Allah, “maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji,” yang kekayaanNya merupakan kemestian dari DzatNya yang bagiNyalah kerajaan langit dan bumi, Dia-lah Yang memberi kecukupan hamba-hambaNya dan memberi mereka makan. Maha Terpuji, yang bagiNya nama baik dan sifat sempurna, serta perbuatan baik yang berhak dipuji, disanjung, dan diagungkan.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 22-24
Allah SWT memberitahukan tentang takdir yang telah Dia tetapkan atas makhlukNya sebelum Dia menciptakan semuanya. Jadi Dia berfirman: (Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri) yaitu, di cakrawala dan diri kalian (melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya) yaitu sebelum Kami menciptakan manusia dan makhluk lainnya.
Sebagian ulama berkata bahwa dhamir dari (sebelum Kami menciptakannya) merujuk kepada kata “nufus”.
Dikatakn bahwa itu kembali kepada “Al-mushibah”. Tetapi pendapat yang paling baik adalah bahwa itu kembali kepada makhluk dan manusia, karena berkaitan dengannya. Diriwayatkan dari Manshur bin Abdurrahman, dia berkata, "Ketika aku sedang duduk bersama Al-Hasan, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang menanyakan kepadanya tentang firmanNya: (Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya) Maka aku bertanya kepadanya tentang itu, lalu dia-Hasan menjawab, “Maha Suci Allah, siapakah yang meragukan hal ini? semua musibah yang terjadi di antara langit dan bumi, telah ada dalam kitab Allah sebelum Dia menciptakan manusia"
Qatadah berkata tentang firmanNya (Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi) bahwa makna yang dimaksud adalah musim paceklik atau kekeringan (dan (tidak pula) pada dirimu sendiri) yaitu berupa rasa sakit dan penyakit
Firman Allah SWT: (Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah) yaitu, sesungguhnya pengetahuan Allah SWT tentang segala sesuatu sebelum kejadiannya dan pencatatan semuanya itu sesuai dengan kejadiannya itu mudah bagi Allah. Karena sesungguhnya Dia mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang akan terjadi, dan apa yang tidak akan terjadi, serta bagaimana jika hal itu terjadi.
Firman Allah SWT: (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu) yaitu Kami memberitahukan kepada kalian tentang ilmu Kami dan ketetapan Kami atas segala sesuatu sebelum kejadiannya, dan ukuran-ukuran yang Kami buatkan untuk semua makhluk sebelum keberadaannya, supaya kalian mengetahui bahwa musibah yang menimpa kalian bukanlah hal yang luput dari kalian, dan musibah yang luput dari kalian bukan untuk ditimpakan kepada kalian. Maka janganlah menyesali apa yang luput dari kalian; karena sesungguhnya seandainya hal itu ditakdirkan, maka akan terjadi (dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu) yaitu dengan apa yang didatangkan kepadamu. Makna “aataakum” adalah DIa memberikan kepadamu; kedua maknanya saling berkaitan, yaitu, bahwa janganlah bangga terhadap manusia dengan nikmat yang diberikan Allah kepada kalian. Karena sesungguhnya pemberian itu bukan dari usaha kalian, bukan juga dari hasil jerih payahmu. Sesungguhnya hal itu terjadi hanya semata-mata karena takdir Allah dan pemberian rezekiNya kepada kalian. Maka janganlah nikmat-nikmat Allah menjadikan kalian orang yang jahat dan angkuh, lalu kalian membangga-banggakannya terhadap orang lain. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: (Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri) yaitu, bersikap angkuh, sombong, dan merasa besar diri terhadap orang lain.
Ikrimah berkata bahwa tidak ada seorangpun melainkan gembira dan sedih, akan tetapi bersyukurlah di saat memperoleh kegembiraan dan bersabarlah saat bersedih.
Firman Allah SWT: ((yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir) yaitu suka mengerjakan hal yang mungkar dan menganjurkan kepada orang lain untuk melakukannya (Dan barang siapa yang berpaling) yaitu berpaling dari perintah dan ketaatan kepada Allah (maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji) sebagaimana yang dikatakan nabi Musa: (Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji) (Surah Ibrahim: 8)


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Hadid ayat 24: Allah menjelaskan bahwa mereka yang telah diberikan dunia bakhil dari harta-harta mereka, mereka tidak menginfakkan harta-harta mereka di jalan Allah, dan lebih buruk dari ini, mereka memerintahkan manusia untuk bakhil. Kemudian Allah mengabarkan bahwa barangsiapa yang menolak infak di jalan Allah maka sungguh Allah Maha Kaya darinya, dan dari infak mereka.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Terhadap yang wajib mereka keluarkan.

Yakni bagi mereka ini azab yang pedih. Mereka menggabung antara dua perkara yang tercela, dimana salah satunya sesungguhnya sudah cukup menunjukkan keburukannya. Kedua perkara itu adalah yang pertama bakhil (kikir), yaitu menahan hak-hak yang wajib diberikan, dan yang kedua adalah memerintahkan manusia berbuat demikian dengan mendorong berbuat kikir baik dengan ucapan maupun perbuatan. Ini tidak lain karena berpaling dari menaati Allah, padahal barang siapa berpaling dari menaati Allah, maka tidak ada yang ia rugikan kecuali dirinya dan Allah tidaklah terkena madharrat sedikit pun, karena Dia Mahakaya lagi Maha Terpuji, dimana kekayaan menjadi lawazim (yang mesti) pada zat-Nya; milik-Nya kerajaan langit dan bumi, dan Dialah yang mengkayakan hamba-hamba-Nya dan mencukupkan mereka, dan Dia Maha Terpuji; Dia memiliki semua nama yang baik, sifat yang sempurna, perbuatan yang indah sehingga berhak untuk dipuji, disanjung dan diagungkan.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Hadid Ayat 24

Allah tidak menyukai orang sombong dan membanggakan diri, yaitu orang-orang yang kikir, yang enggan menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah, dan menyuruh orang lain berbuat kikir pula. Barang siapa berpaling dari perintah Allah dan mengingkari ajaran-Nya, maka sesungguhnya Allah, dia mahakaya dan tidak memerlukan sesuatu, maha terpuji dengan segala sifat kebaikan-Nya. 25. Sungguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami kepada umat manusia dengan bukti-bukti yang nyata, dan kami turunkan bersama mereka kitab sebagai pedoman hidup, dan kami turunkan pula neraca sebagai ukuran keadilan agar manusia dapat berlaku adil. Dan kami menciptakan besi sebagai kelengkapan hidup yang mempunyai kekuatan, hebat, dan banyak manfaat bagi manusia, dan kami ciptakan semua itu agar Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya dan rasul-rasul-Nya dalam berdakwah, walaupun Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah mahakuat terhadap segala sesuatu, mahaperkasa menghadapi semua yang mengingkari-Nya.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikian sekumpulan penafsiran dari banyak mufassirin berkaitan makna dan arti surat Al-Hadid ayat 24 (arab-latin dan artinya), moga-moga bermanfaat bagi kita bersama. Dukunglah usaha kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Link Cukup Banyak Dibaca

Tersedia banyak materi yang cukup banyak dibaca, seperti surat/ayat: Al-Jumu’ah 10, Al-Anfal, Al-Jatsiyah, An-Nisa 146, An-Nisa 29, Al-Ahzab 56. Ada juga Al-Baqarah 168, Al-Insyirah 6, Al-Baqarah 152, An-Nur 26, Ali ‘Imran 110, Thaha.

  1. Al-Jumu’ah 10
  2. Al-Anfal
  3. Al-Jatsiyah
  4. An-Nisa 146
  5. An-Nisa 29
  6. Al-Ahzab 56
  7. Al-Baqarah 168
  8. Al-Insyirah 6
  9. Al-Baqarah 152
  10. An-Nur 26
  11. Ali ‘Imran 110
  12. Thaha

Pencarian: bacaan surat asy syams, ashabil fil artinya, quran surat al a'raf ayat 26 menjelaskan tentang, innal insaana lafii khusrin artinya, arti ittaqullah

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: